Puluhan pelajar kelas III SDN Puncaktugu di Kampung Puncaktugu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat terpaksa harus bergiliran dengan pelajar kelas lainnya untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM) akibat ruang kelas mereka ambruk dampak cuaca ekstrem.
"Ruang kelas III ini ambruk pada Senin (14/10) sekitar pukul 05.30 WIB akibat hujan deras disertai angin kencang. Namun beruntung kejadian ini di saat sekolah tidak ada aktivitas," kata Kepala SDN Puncak Tugu Dedi Setiadi di Sukabumi, Senin.
Menurut Dedi, sebelum ambruk, ruang kelas III SDN Puncaktugu yang berada di Desa/Kecamatan Pabuaran ini sudah terlebih dahulu dikosongkan karena kondisinya sudah tidak layak, bahkan pada bagian atap kayunya sudah banyak yang keropos karena tidak ada renovasi selama belasan tahun. Ruang kelas ini dibangun pada 2011 dan hingga ambruk belum ada perbaikan.
Pengosongan ruang kelas sudah dilakukan seminggu sebelum kejadian, sehingga total sudah dua pekan pelajar kelas III tidak memiliki ruang kelas dan harus bergiliran dengan siswa kelas lainnya. Langkah ini terpaksa dilakukan agar KBM tetap berlangsung meskipun dampak dari kebijakan ini pelajar sulit berkonsentrasi.
"Jumlah murid kelas III ini ada 28 orang dan untuk jadwal KBM terpaksa bergiliran dengan murid kelas I atau II karena murid di kelas ini jadwal pulangnya lebih awal atau dengan kata lain kelas III masuk siang," tambahnya.
Pascakejadian, pihaknya telah melapor ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sukabumi dan sejumlah instansi terkait mengenai kondisi kerusakan ruang kelas III SDN Puncak Tugu.
Bahkan Dedi mengaku sudah tiga kali membuat berita acara dan dilaporkan pihak Disdikbud dan PGRI, kemudian tembusan ke Kantor Kecamatan Pabuaran serta Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Pabuaran, namun hingga kini belum ada tindak lanjut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
"Ruang kelas III ini ambruk pada Senin (14/10) sekitar pukul 05.30 WIB akibat hujan deras disertai angin kencang. Namun beruntung kejadian ini di saat sekolah tidak ada aktivitas," kata Kepala SDN Puncak Tugu Dedi Setiadi di Sukabumi, Senin.
Menurut Dedi, sebelum ambruk, ruang kelas III SDN Puncaktugu yang berada di Desa/Kecamatan Pabuaran ini sudah terlebih dahulu dikosongkan karena kondisinya sudah tidak layak, bahkan pada bagian atap kayunya sudah banyak yang keropos karena tidak ada renovasi selama belasan tahun. Ruang kelas ini dibangun pada 2011 dan hingga ambruk belum ada perbaikan.
Pengosongan ruang kelas sudah dilakukan seminggu sebelum kejadian, sehingga total sudah dua pekan pelajar kelas III tidak memiliki ruang kelas dan harus bergiliran dengan siswa kelas lainnya. Langkah ini terpaksa dilakukan agar KBM tetap berlangsung meskipun dampak dari kebijakan ini pelajar sulit berkonsentrasi.
"Jumlah murid kelas III ini ada 28 orang dan untuk jadwal KBM terpaksa bergiliran dengan murid kelas I atau II karena murid di kelas ini jadwal pulangnya lebih awal atau dengan kata lain kelas III masuk siang," tambahnya.
Pascakejadian, pihaknya telah melapor ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Sukabumi dan sejumlah instansi terkait mengenai kondisi kerusakan ruang kelas III SDN Puncak Tugu.
Bahkan Dedi mengaku sudah tiga kali membuat berita acara dan dilaporkan pihak Disdikbud dan PGRI, kemudian tembusan ke Kantor Kecamatan Pabuaran serta Petugas Penanggulangan Bencana Kecamatan (P2BK) Pabuaran, namun hingga kini belum ada tindak lanjut.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024