Antarajabar.com - Di tangan seorang alumnus D3 Jurusan Manajemen Informatika Universitas Padjadjaran Bandung, identitas Kota Bandung dituangkan dalam sebuah tulisan dan gambar pada sebuah kaos oblong dengan jargon  "Baong", kependekan dari Bandung oblong.

"Kalau di Bali itu kan `Jogger', di Yogjakarta ada 'Dagudu'. Dua produk itu seolah mewakili daerahnya masing-masing melalui produk fesyennya. Nah, di kita  juga, ada namanya baong," kata Ahmad Wiguna, di Kota Bandung, Minggu.

Jadi, Baong tidak memiliki arti yang sama dengan kata "baong" dalam bahasa sunda yang berarti nakal. 

Ia mengatakan, ide awal pembuatan kaos tersebut karena melihat kondisi sosial dan melestarikan budaya serta bahasa ibu  dalam kehidupan masyarakat, khususnya di kalangan anak muda tanpa harus membuat tersinggung.

Saat ini, kata dia,  para remaja yang berada di dekat tempat tinggalnya, yakni di Gang Nawawi Kelurahan Pelindung Hewan Kecamatan Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat,  seolah enggan menggunakan bahasa sunda.

"Saat itu saya perhatikan, ada remaja yang ngajak ngobrol temannya pakai sunda, tapi saat membalasnya malah pakai bahasa indonesia. Dari sana saya terpikir bagaimana ya caranya untuk melestarikan bahasa sunda di kalangan remaja atau anak muda. Akhirnya tercetuslah untuk membuat ide kaos ini," kata Ahmad.

Dari sana, sebuah kaos oblong pertama bertuliskan "Nyari Apa Sih di Bandung 5 M Makan, Mojang, Maung, Musik dan Mode" tercipta pada  2008.

" Jadi '5 M'  itu menjelaskan tentang Bandung, yakni Makan diwakili sama gampar Peuyeum, Mojang diwakili sama gambar perempuan, Maung diwakili  Persib, Musiknya diwakili sama angkung, dan Mode diwakili sama gambar kaos," kata dia.

Kritik sosial juga menjadi tema dalam kaos Baong seperti pesatnya pembangunan pusat perbelanjaan di Kota Bandung yang digambarkan melalui pohon yang berdiri ke bawah di atas gedung-gedung, kemudian "Saritem " is dead Hayu Urang Tobat Euy  dan gambar Bus Damri yang penuh sesak serta mengeluarkan asap hitam.

Tak hanya itu, salah satu tokoh pewayangan sunda, Cepot, juga menjadi inspirasi bagi kaos ini yakni sebuah desain kaos dengan tulisan "Calon Presiden Republik Sakahayang" (calon presiden republik semaunya).

Modal Kepercayaan 

Dengan modal keberanian dan nekat, ia membuat sebuah proposal usaha dan menawarkannya kepada orang tua, kakak, dan saudaranya agar tercipta produk kaos Baong tersebut.

"Dan alhamduillah, waktu itu kakak dan ibu saya memberikan modal untuk membuat kaos beberapa kodi. Total ada 22 desain yang dibuat," ujar bungsu dari empat bersaudara itu.

Untuk tempat berjualan, lanjut Ahmad, ia mendapatkan bantuan dari bibinya yang meminjamkan rumah yang berada di dalam gang di depan toko sepatu terkenal di Jalan Cibaduyut Kota Bandung untuk dijadikan toko yang memajang kaos-kaos Baong.

"Tanpa saya sangka, respon terhadap kaos Baong ini luar biasa. Banyak wisatawan lokal yang datang ke Cibaduyut membeli kaos saya. Waktu itu saya masih ingat ada rombongan wisatawan dari Bogor yang membeli delapan kaos saya. Itu rasanya bangga sekali," kata dia.

Ia mengatakan, jika memasuki musim libur panjang seperti libur sekolah dan Idul Fitri dalam seharinya bisa menjual 80 hingga 120 kaos.

Untuk harga satu kaos Baong dipatok  Rp 65.000 hingga Rp99.000.  "Harga ini saya rasa masih terjangkau ya, dengan kualitas seperti kaos distro, tapi harga kaos di sini masih di bawah distro," kata dia.

Saat ini,  Baong sudah menambah produksi, tak hanya kaus melainkan juga tas, sandal, topi, dan buah tangan. "Tetapi semua ini hanya sebagai pelengkap, produk utama kami tetap kaos," Dodo menambahkan.

Jika penasaran dengan berbagai desain unik Kaos Baong,  bisa datang langsung ke  di Cibaduyut, Jalan Cihampelas dan pusat perbelanjaan Cihampelas Walk.

Untuk menjaga keaslian dan kekhasan produknya, kata dia, Baong hanya memasarkan produknya di tiga toko tersebut.

"Memang kami pernah beberapa kali ditawari oleh pihak ketiga untuk bekerja sama pemasaran di Jakarta dan daerah lain, namun saya menolaknya karena saya ingin selain menjual kaos yang nyunda, juga ingin mengajak konsumen untuk berwisata ke Bandung. Jika Baong ada di mana-mana, nanti wisatawan yang mau membeli kaos Baong gak main ke Bandung," kata dia.

Namun, seiring berkembanganya teknologi, saat ini Ahmad membuka akun khusus di media sosial Instagram yakni @baongbdg untuk menjual produknya kepada konsumen yang berada di luar kota.

Ke depannya ia sangat berharap dukungan dari pemerintah daerah untuk usaha yang digelutinya tersebut agar bisa dikenal seperti produk Jogger di Pulau Dewata dan Dagadu di Daerah Istimewa Yogjakarta. 

Pewarta: Ajat Sudrajat

Editor : Sapto HP


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2015