Antarajawabarat.com,13/8 - Dokter Ahli Kesehatan Jiwa (psikiater) RS Cipto Mangunkusumo Dr dr Nurmiati Amir SpKJ (K) memaparkan gejala penyakit bipolar, yakni gangguan kejiwaan yang menyebabkan penderitanya memiliki dua sifat yang bertolak belakang pada waktu hampir bersamaan.
Nurmiati menjelaskan dalam diskusi yang bertajuk "Penanganan Kegawatdaruratan Gangguan Jiwa" di Jakarta, Rabu, gejala tersebut dibagi menjadi dua bagian, yakni manik dan depresif yang keduanya sangat elastis.
"Manik ini 'mood' yang bersemangat, enggak capek-capek, kalau berbicara terus saja tidak mau berhenti, memiliki ide yang sangat banyak, pd-nya (percaya dirinya) luar biasa," katanya.
Gejala pada manik tersebut, lanjut dia, terjadi pada keadaan seksual yang terus-menerus aktif, merasa lebih boros dan tidak tertutup kemungkinan memicu untuk pergi ke diskotik dan menggunakan narkoba.
"Skemanya tidak terkontrol," katanya.
Nurmiati menambahkan, sebaliknya dari sisi depresif, penderita merasa sangat sedih luar biasa, terus menerus menangis, tidak memiliki energi dan tenaga untuk melakukan sesuatu.
"Bahkan, untuk mengangkat sendoknya untuk makan saja tidak mampu," katanya.
Selain itu, lanjut dia, penderita seringkali merasa bersalah, padahal ia tidak melakukan kesalahan.
"Yang lebih parah, dia berpikir bisa sekitika bunuh diri dan tidak memiliki masa depan," katanya.
Namun, dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak perlu khawatir dengan penyakit kejiwaan tersebut karena bisa diketahui sejak dini.
"Lingkungan sekitar mestinya bisa mengenali gejala ini karena gejalanya ini, tetapi memang gejal bipolar tidak serta merta langsung pada espisode yang parah, tetapi juga dalam tahap ringan terlebih dahulu," katanya.
Nurmiati mengatakan gejala bipolar tersebut hanya terjadi ketika si penderita sedang sakit, tetapi ketika dalam kondisi stabil ia bersikap seperti biasa layaknya orang normal.
Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI ) dr.Danardi Sosrosumihardjo,SpKJ(K) mengimbau kepada masyarakat untuk segera memeriksakan ke dokter spesialis apabila ada indikasi terkena bipolar karena gejalanya yang hampir mirip dengan orang normal.
"Jangan orang 'workaholic' (gemar bekerja) langsung disimpulkan bipolar, karena itu harus dibawa dulu ke ahlinya karena kita membuat diagnosis tidak berdasarkan satu fakta," katanya.
Selain itu, dia mengatakan mengonsumsi obat secara rutin, yakni "mood stabilizer" (penstabil mood) juga penting untuk mengendalikan perilaku-perilaku menyimpang yang membahayakan. ***3***
antara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2014
Nurmiati menjelaskan dalam diskusi yang bertajuk "Penanganan Kegawatdaruratan Gangguan Jiwa" di Jakarta, Rabu, gejala tersebut dibagi menjadi dua bagian, yakni manik dan depresif yang keduanya sangat elastis.
"Manik ini 'mood' yang bersemangat, enggak capek-capek, kalau berbicara terus saja tidak mau berhenti, memiliki ide yang sangat banyak, pd-nya (percaya dirinya) luar biasa," katanya.
Gejala pada manik tersebut, lanjut dia, terjadi pada keadaan seksual yang terus-menerus aktif, merasa lebih boros dan tidak tertutup kemungkinan memicu untuk pergi ke diskotik dan menggunakan narkoba.
"Skemanya tidak terkontrol," katanya.
Nurmiati menambahkan, sebaliknya dari sisi depresif, penderita merasa sangat sedih luar biasa, terus menerus menangis, tidak memiliki energi dan tenaga untuk melakukan sesuatu.
"Bahkan, untuk mengangkat sendoknya untuk makan saja tidak mampu," katanya.
Selain itu, lanjut dia, penderita seringkali merasa bersalah, padahal ia tidak melakukan kesalahan.
"Yang lebih parah, dia berpikir bisa sekitika bunuh diri dan tidak memiliki masa depan," katanya.
Namun, dia mengimbau kepada masyarakat untuk tidak perlu khawatir dengan penyakit kejiwaan tersebut karena bisa diketahui sejak dini.
"Lingkungan sekitar mestinya bisa mengenali gejala ini karena gejalanya ini, tetapi memang gejal bipolar tidak serta merta langsung pada espisode yang parah, tetapi juga dalam tahap ringan terlebih dahulu," katanya.
Nurmiati mengatakan gejala bipolar tersebut hanya terjadi ketika si penderita sedang sakit, tetapi ketika dalam kondisi stabil ia bersikap seperti biasa layaknya orang normal.
Dalam kesempatan sama, Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI ) dr.Danardi Sosrosumihardjo,SpKJ(K) mengimbau kepada masyarakat untuk segera memeriksakan ke dokter spesialis apabila ada indikasi terkena bipolar karena gejalanya yang hampir mirip dengan orang normal.
"Jangan orang 'workaholic' (gemar bekerja) langsung disimpulkan bipolar, karena itu harus dibawa dulu ke ahlinya karena kita membuat diagnosis tidak berdasarkan satu fakta," katanya.
Selain itu, dia mengatakan mengonsumsi obat secara rutin, yakni "mood stabilizer" (penstabil mood) juga penting untuk mengendalikan perilaku-perilaku menyimpang yang membahayakan. ***3***
antara
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2014