Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto menyatakan proses rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Cianjur, Jawa Barat saat ini sudah mencapai 80 persen.
“Pada 2023 yang dilakukan oleh BNPB juga adalah proses rehabilitasi rekonstruksi pasca gempa Cianjur. Sekarang yang sudah terbangun itu mungkin 80 persen baik yang bersifat infrastruktur maupun rumah masyarakat,” katanya dalam Kaleidoskop Bencana 2023 dan Outlook Bencana 2024 di Jakarta, Jumat.
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi itu sendiri melalui empat tahap yang meliputi tahap pertama dengan dana Rp251,35 miliar, tahap kedua Rp436,14 miliar, tahap ketiga Rp1,22 triliun, dan tahap keempat yang kini sedang berjalan Rp846,42 miliar.
Dana tahap pertama sampai ketiga yang secara total sebesar Rp1,91 triliun digunakan untuk membangun dan memperbaiki 15.070 unit rumah yang rusak berat, 14.754 rumah rusak sedang, dan 33.103 rumah rusak ringan.
Dana tersebut juga digunakan untuk merelokasi 541 unit rumah yang meliputi 200 unit rumah sudah terisi di Desa Sirnagalih Cilaku, 151 unit rumah yang terisi bertahap di Desa Jammal Mande, dan 190 kartu keluarga (KK) dalam proses penyiapan di Desa Babakan Karet.
Menurut Suharyanto, proses penanganan gempa Cianjur ini termasuk yang tercepat dibanding dengan penanganan tempat-tempat sebelumnya seperti di Palu dan Nusa Tenggara Barat.
“Artinya bukan berarti yang lama itu kurang baik, tidak. Artinya kita memang harus semakin ke sini semakin baik karena bencana ini kan akan ada terus,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto mengimbau pemerintah daerah (pemda) untuk membentuk program membangun rumah yang tahan gempa.
“Kita terus pacu kepada masyarakat dan pemerintah daerah bahwa harus punya program memperkuat rumah-rumah yang sekarang dibangun,” katanya dalam Kaleidoskop Bencana 2023 dan Outlook Bencana 2024 di Jakarta, Jumat.
Pembangunan rumah di Indonesia khususnya di Jawa, harus mulai tahan gempa karena belajar dari pengalaman sebelumnya seperti di Sumedang, Jawa Barat dengan gempa magnitudo 4,1 kemudian gempa magnitudo 4,8 ternyata, mampu meluluhlantakkan rumah-rumah warga.
“Itu kita pikir ah tidak ada masalah, gitu ya. Ternyata begitu kita sampai di sana banyak yang rusak,” ujarnya.
Baca juga: Banyak rumah rusak akibat gempa, BNPB soroti teknik pembangunan rumah
Menurut dia, mayoritas rumah masyarakat di Jawa, baik Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Jawa Barat, strukturnya tidak tahan gempa padahal daerah-daerah itu berpotensi mengalami gempa cukup besar.
Ia menjelaskan struktur bangunan yang tidak tahan gempa menyebabkan potensi menelan korban jiwa yang semakin besar mengingat sebenarnya korban jiwa pada gempa terjadi karena tertimpa runtuhan bangunan.
“Korban jiwa akibat gempa itu tidak ada. Korban jiwa akibat rubuh rumah itu yang menimbulkan luka dan meninggal,” kata Suharyanto.
Ia juga meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan bangunan tujuh lantai ke bawah, tahan gempa karena bangunan yang lebih dari tujuh lantai sudah tahan gempa.
“Kita juga sudah bicara dengan Pak Gubernur tolong diperkuat untuk bangunan tujuh lantai ke bawah, itu pasti tidak tahan gempa. Kalau di DKI mungkin strukturnya dikasih besi atau apa,” katanya.
Baca juga: UI beri strategi efektif bangunan sederhana tahan gempa
Baca juga: Pemkab: Rumah tahan gempa penyintas gempa Cianjur banyak yang rusak
Baca juga: Pakar jelaskan cara masyarakat Minang bangun rumah yang tahan gempa
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPB: Rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Cianjur capai 80 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024
“Pada 2023 yang dilakukan oleh BNPB juga adalah proses rehabilitasi rekonstruksi pasca gempa Cianjur. Sekarang yang sudah terbangun itu mungkin 80 persen baik yang bersifat infrastruktur maupun rumah masyarakat,” katanya dalam Kaleidoskop Bencana 2023 dan Outlook Bencana 2024 di Jakarta, Jumat.
Proses rehabilitasi dan rekonstruksi itu sendiri melalui empat tahap yang meliputi tahap pertama dengan dana Rp251,35 miliar, tahap kedua Rp436,14 miliar, tahap ketiga Rp1,22 triliun, dan tahap keempat yang kini sedang berjalan Rp846,42 miliar.
Dana tahap pertama sampai ketiga yang secara total sebesar Rp1,91 triliun digunakan untuk membangun dan memperbaiki 15.070 unit rumah yang rusak berat, 14.754 rumah rusak sedang, dan 33.103 rumah rusak ringan.
Dana tersebut juga digunakan untuk merelokasi 541 unit rumah yang meliputi 200 unit rumah sudah terisi di Desa Sirnagalih Cilaku, 151 unit rumah yang terisi bertahap di Desa Jammal Mande, dan 190 kartu keluarga (KK) dalam proses penyiapan di Desa Babakan Karet.
Menurut Suharyanto, proses penanganan gempa Cianjur ini termasuk yang tercepat dibanding dengan penanganan tempat-tempat sebelumnya seperti di Palu dan Nusa Tenggara Barat.
“Artinya bukan berarti yang lama itu kurang baik, tidak. Artinya kita memang harus semakin ke sini semakin baik karena bencana ini kan akan ada terus,” ujarnya.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal TNI Suharyanto mengimbau pemerintah daerah (pemda) untuk membentuk program membangun rumah yang tahan gempa.
“Kita terus pacu kepada masyarakat dan pemerintah daerah bahwa harus punya program memperkuat rumah-rumah yang sekarang dibangun,” katanya dalam Kaleidoskop Bencana 2023 dan Outlook Bencana 2024 di Jakarta, Jumat.
Pembangunan rumah di Indonesia khususnya di Jawa, harus mulai tahan gempa karena belajar dari pengalaman sebelumnya seperti di Sumedang, Jawa Barat dengan gempa magnitudo 4,1 kemudian gempa magnitudo 4,8 ternyata, mampu meluluhlantakkan rumah-rumah warga.
“Itu kita pikir ah tidak ada masalah, gitu ya. Ternyata begitu kita sampai di sana banyak yang rusak,” ujarnya.
Baca juga: Banyak rumah rusak akibat gempa, BNPB soroti teknik pembangunan rumah
Menurut dia, mayoritas rumah masyarakat di Jawa, baik Jawa Tengah, Jawa Timur, maupun Jawa Barat, strukturnya tidak tahan gempa padahal daerah-daerah itu berpotensi mengalami gempa cukup besar.
Ia menjelaskan struktur bangunan yang tidak tahan gempa menyebabkan potensi menelan korban jiwa yang semakin besar mengingat sebenarnya korban jiwa pada gempa terjadi karena tertimpa runtuhan bangunan.
“Korban jiwa akibat gempa itu tidak ada. Korban jiwa akibat rubuh rumah itu yang menimbulkan luka dan meninggal,” kata Suharyanto.
Ia juga meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memastikan bangunan tujuh lantai ke bawah, tahan gempa karena bangunan yang lebih dari tujuh lantai sudah tahan gempa.
“Kita juga sudah bicara dengan Pak Gubernur tolong diperkuat untuk bangunan tujuh lantai ke bawah, itu pasti tidak tahan gempa. Kalau di DKI mungkin strukturnya dikasih besi atau apa,” katanya.
Baca juga: UI beri strategi efektif bangunan sederhana tahan gempa
Baca juga: Pemkab: Rumah tahan gempa penyintas gempa Cianjur banyak yang rusak
Baca juga: Pakar jelaskan cara masyarakat Minang bangun rumah yang tahan gempa
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPB: Rehabilitasi dan rekonstruksi pascagempa Cianjur capai 80 persen
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2024