Peneliti dari lembaga riset Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Ahmad Heri Firdaus mengingatkan bahwa gerakan boikot atas produk Israel haruslah bijak dan dilihat lebih mendalam.
Pasalnya, kata kandidat doktor dari Institut Pertanian Bogor itu, fenomena gerakan yang dikenal sebagai Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) tersebut, tidak akan berdampak langsung secara efektif untuk memutus atau menghambat pendapatan perusahaan hingga berpengaruh pada sokongan dana terhadap Israel.
"Aliran dana yang sebenarnya signifikan bagi Israel berasal dari pinjaman luar negeri, penjualan migas, hingga transaksi perangkat lunak untuk gawai. Dengan demikian, aksi boikot terhadap perusahaan dalam negeri yang terlibat dalam BDS mungkin tidak memberikan dampak yang diharapkan terhadap Israel," kata Heri dalam keterangan, di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Terlebih, kata Heri lagi, banyak perusahaan yang masuk dalam daftar boikot di dalam negeri itu, sebenarnya sudah memiliki lisensi domestik dan telah menyerap tenaga kerja serta sumber daya lokal.
"Oleh karena itu, gerakan boikot yang tidak tepat sasaran justru dapat merugikan tenaga kerja lokal yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut," ujarnya pula.
Dia mengharapkan masyarakat termasuk di Jawa Barat untuk lebih bijak dalam memahami dampak dari gerakan boikot yang mereka dukung, sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman dan merugikan perekonomian serta lapangan pekerjaan di tingkat lokal.
"Karena beberapa merek yang disebut terafiliasi dengan Israel, telah puluhan tahun beroperasi di Indonesia dan menyerap ratusan ribu tenaga kerja," ujarnya lagi.
Apa yang disampaikan oleh Heri ini, senada dengan yang disampaikan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang juga mengingatkan agar gerakan BDS jangan sampai salah alamat, menyusul kemungkinan adanya produk lokal yang justru terkena boikot.
"Yang dikhawatirkan oleh Wakil Presiden adalah jangan sampai melakukan boikot yang kemudian salah alamat," kata Juru Bicara Wakil Presiden Masduki Baidlowi melalui keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.
Gerakan boikot yang salah sasaran, dikhawatirkan akan berdampak pada potensi peningkatan tingkat pengangguran akibat gerakan boikot.
Sehingga, katanya, harus dipilah mana pemboikotan yang musti dilakukan, mana negara yang selama ini berdiplomasi dengan baik, dan di sisi yang lain jangan menimbulkan korban-korban yang tidak kita semua inginkan.
Pasalnya, kata kandidat doktor dari Institut Pertanian Bogor itu, fenomena gerakan yang dikenal sebagai Boikot, Divestasi, dan Sanksi (BDS) tersebut, tidak akan berdampak langsung secara efektif untuk memutus atau menghambat pendapatan perusahaan hingga berpengaruh pada sokongan dana terhadap Israel.
"Aliran dana yang sebenarnya signifikan bagi Israel berasal dari pinjaman luar negeri, penjualan migas, hingga transaksi perangkat lunak untuk gawai. Dengan demikian, aksi boikot terhadap perusahaan dalam negeri yang terlibat dalam BDS mungkin tidak memberikan dampak yang diharapkan terhadap Israel," kata Heri dalam keterangan, di Bandung, Jawa Barat, Rabu.
Terlebih, kata Heri lagi, banyak perusahaan yang masuk dalam daftar boikot di dalam negeri itu, sebenarnya sudah memiliki lisensi domestik dan telah menyerap tenaga kerja serta sumber daya lokal.
"Oleh karena itu, gerakan boikot yang tidak tepat sasaran justru dapat merugikan tenaga kerja lokal yang bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut," ujarnya pula.
Dia mengharapkan masyarakat termasuk di Jawa Barat untuk lebih bijak dalam memahami dampak dari gerakan boikot yang mereka dukung, sehingga dapat mencegah terjadinya kesalahpahaman dan merugikan perekonomian serta lapangan pekerjaan di tingkat lokal.
"Karena beberapa merek yang disebut terafiliasi dengan Israel, telah puluhan tahun beroperasi di Indonesia dan menyerap ratusan ribu tenaga kerja," ujarnya lagi.
Apa yang disampaikan oleh Heri ini, senada dengan yang disampaikan oleh Wakil Presiden Ma'ruf Amin yang juga mengingatkan agar gerakan BDS jangan sampai salah alamat, menyusul kemungkinan adanya produk lokal yang justru terkena boikot.
"Yang dikhawatirkan oleh Wakil Presiden adalah jangan sampai melakukan boikot yang kemudian salah alamat," kata Juru Bicara Wakil Presiden Masduki Baidlowi melalui keterangan tertulisnya beberapa waktu lalu.
Gerakan boikot yang salah sasaran, dikhawatirkan akan berdampak pada potensi peningkatan tingkat pengangguran akibat gerakan boikot.
Sehingga, katanya, harus dipilah mana pemboikotan yang musti dilakukan, mana negara yang selama ini berdiplomasi dengan baik, dan di sisi yang lain jangan menimbulkan korban-korban yang tidak kita semua inginkan.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat mengingatkan gerakan boikot produk Israel harus bijak
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023