Salah seorang dokter ahli bayi tabung, Benediktus Arifin MPH SpOG(K) FICS Obstetrics and Gynaecology menyatakan ada tiga hal yang wajib disiapkan oleh para orang tua dalam merencanakan program bayi tabung.

Dokter Benediktus dalam keterangannya di Surabaya, Senin, mengatakan, program bayi tabung yang juga disebut dengan in vitro fertilizarion atau IVF menjadi salah satu penanganan masalah infertilitas bagi pasangan yang ingin memiliki anak.  

"Nah, sebelum melakukan IVF, ada beberapa hal yang wajib tidak boleh dilewatkan oleh para mama dan ayah. Apa saja itu?," katanya.

Pertama, cari tahu tempat IVF yang memiliki teknologi mutakhir dan paling bagus dengan tujuan mendapatkan hasil yang maksimal.

"Kedua, journey-nya. Journey ini berdampak terhadap pasien. Bagaimana tempat IVF tadi memiliki experience journey bagus untuk pasien," ujar dr Benediktus Arifin atau dikenal dengan dr Ben di 11 Tahun Morula IVF Surabaya.

Experience journey, lanjut dia, meliputi bagaimana tempat IVF mendampingi pasien secara baik dan terus menjadi support system yang baik.

"Apakah pasien mendapatkan penanganan secara komprehensif? apakah suasana yang diciptakan juga nyaman". Karena program IVF ini sebuah perjalanan yang panjang tidak singkat. Butuh kedekatan, ketepatan, dan kepercayaan dari pasangan," kata dr Ben.

Lalu, hal ketiga adalah mengenai pengalaman dari tempat IVF. Dokter Ben menyebutkan, tempat IVF yang berpengalaman secara waktu menjadi poin penting untuk pasien.

"Morula IVF ini sudah seperempat abad, 25 tahun, menemani mama dan ayah untuk mewujudkan garis dua," ucapnya.

Dokter PHD Programme-Faculty of Health Medicine and Life Science, Maastricht University di Belanda itu menyatakan, program IVF tidak mengenal usia. Dia menyebutkan, selama sperma dan telur masih ada, IVF masih bisa dilakukan.
"Pasien saya yang paling sepuh tadi ada usia 47 tahun. Tapi, jangan beranggapan, nanti saja deh 47 tahun itu pasien saya ada yang bisa. Semakin muda, tingkat keberhasilannya semakin bagus. Dan, ini bukan hanya urusan perempuan, pria pun demikian," kata dr Ben.

Operation manager Morula IVF Surabaya, Arik Lisarja menyampaikan, di Morula IVF Surabaya, pasien bisa juga melakukan pemeriksaan PGTA. Pemeriksaan tersebut bisa membantu pasien menganalisis kromosom embrio sebelum di transfer ke dalam rahim.

"Kami hadirkan pasien yang sudah sukses dalam IVF, salah satunya ada . Tujuannya untuk membangun spirit positif terhadap pasien lainnya," ucap Arik.

Sementara itu, VP Business Operation Morula IVF Indonesia, Lisa Budd mengatakan, pihaknya fokus mengedepankan nilai budaya high quality treatment.

"Partisipasi masyarakat Indonesia, khususnya Jawa Timur dan wilayah Indonesia Timur memiliki peran yang cukup besar untuk membuat Morula IVF Surabaya mempunyai level tertentu pada tingkat nasional," katanya.

Salah satu pasien, Linda Kumalasari mengatakan, dirinya menikah sejak 2015. Beberapa opsi untuk mendapatkan garis dua ditempuh mulai inseminasi hingga dua kali IVF.

"Tetap semangat dan cari tempat IVF yang memang berpengalaman," ucapnya.

Sementara itu, Doktor Program Studi (Prodi) Doktor Ilmu Kedokteran, Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia (UI) dr. Achmad Kemal Harzif, Sp.O.G, Subsp.F.E.R menyatakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan proses bayi tabung adalah faktor embrio. 

Oleh sebab itu lanjut dia banyak peneliti yang mengembangkan berbagai cara untuk memilih embrio terbaik.

"Pemilihan embrio terbaik ini dilakukan dengan metode yang lebih presisi untuk memastikan bahwa embrio yang terpilih memiliki keberhasilan implantasi, kehamilan, dan kelahiran yang tinggi," katanya di kampus UI, Kamis.

Salah satunya adalah dengan memastikan bahwa embrio yang dipilih tidak memiliki kromosom yang aneuploidi, yakni ketidaknormalan dalam jumlah kromosom, dengan cara melakukan prosedur Preimplantation Genetic Testing for Aneuploidy (PGT-A). 

"Tindakan ini bersifat invasif karena harus mengambil sebagian embrio untuk dilakukan pemeriksaan. Oleh karena itu, dibutuhkan pemeriksaan yang sifatnya tidak invasif yang tidak harus melakukan biopsi pada embrio," tutur dr. Kemal. 

Baca juga: 10.000 bayi dibantu lahir lewat program tabung dengan TRB

Baca juga: Infertilitas masih jadi masalah utama pasutri sulit miliki anak

Penelitian kemudian dikembangkan untuk menilai kualitas embrio tanpa metode invasif dengan menggunakan beberapa parameter, seperti bentuk dari embrio, perkembangan embrio selama kultur, dan pemeriksaan terhadap cairan sisa kultur embrio tersebut. 

Penelitian ini dilakukan di Klaster Human Reproduction, Infertility and Family Planning (HRIFP) IMERI FKUI selama satu tahun dan mendapatkan data dari 124 embrio. 

Dalam penelitiannya, dr. Kemal menyebutkan ada tiga parameter yang dapat digunakan untuk menilai status kromosom embrio. Parameter pertama adalah derajat pengembangan sel embrio, di mana semakin berkembang sel embrio berhubungan dengan kromosom normal. 

Parameter kedua adalah kadar miRNA-191 dan miRNA-372, di mana kadar yang rendah berhubungan dengan kromosom normal. Parameter terakhir adalah cell free DNA yang terdapat di dalam sisa medium kultur. 

Hasil penelitian ini menemukan bahwa bila tiga parameter tersebut dikombinasikan, maka dapat diaplikasikan model prediksi kromosom embrio dengan akurasi yang baik. Penelitian ini juga menghasilkan alur dalam diagnosis kromosom embrio yang dapat digunakan oleh klinisi dengan akurasi tinggi.

 Baca juga: Dokter: Diet sangat tidak dianjurkan untuk ibu yang ikuti bayi tabung

Baca juga: Ahli: Peluang keberhasilan bayi tabung ditentukan oleh usia ibu

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023