Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB University) Bayu Krisnamurthi menyebutkan perlu adanya investasi yang lebih besar ke sektor pertanian.

“Menurut saya ke depan, kita perlu investasi lebih besar untuk pertanian,” kata Bayu saat media gathering di Bandung, Kamis.

Bayu menyoroti rata-rata pendapatan petani di Indonesia yang masih rendah, yaitu sekitar Rp1 juta per bulan. Rendahnya pendapatan petani membuat mereka masih bergantung pada pendapatan dari luar sektor pertanian.

“Kira-kira sekarang 50 persen sampai 60 persen pendapatan keluarga petani dari luar pertanian,” ujar dia.

Akibatnya, jumlah petani menurun sebanyak 5 juta dalam kurun waktu 10 tahun terakhir. Demografi petani Indonesia saat ini didominasi oleh kelompok berusia di atas 45 tahun, yakni sekitar 60,8 persen. Kebanyakan dari petani juga berlatar belakang lulusan SD (72,6 persen).

Di samping itu, lahan pertanian tiap petani di Indonesia terbilang kecil, yaitu hanya sekitar 0,17 hektare.

Padahal, sektor pangan tengah menghadapi banyak tantangan, misalnya dampak fenomena El Nino serta ketidakpastian iklim yang mungkin membuat musim tanam-panen mundur selama dua bulan.

Ketidakpastian pasokan dan harga pupuk, harga minyak, serta harga komoditi juga menjadi kendala di sektor pertanian.

“Selama 2022, produktivitas pertanian kita turun 2 persen, berakibat produksi turun sekitar 600 ribu ton beras,” jelas Bayu.

Selama enam bulan ke depan, sektor pertanian masih diselimuti berbagai kondisi ekonomi dan geopolitik global yang mungkin berdampak pada kinerja, seperti perang Rusia-Ukraina, nilai tukar dan suku bunga yang relatif masih tinggi, pemilu, hingga periode Natal dan Tahun Baru serta Ramadhan dan Idul Fitri.


Oleh sebab itu, pakar pertanian, pangan, energi dan perdagangan itu merekomendasikan adanya dorongan insentif untuk sektor pertanian.

“Kita sedang tidak baik-baik saja, perlu ada investasi lebih besar pada pertanian. Sebab menurut saya, no farmers, no food, no future. Kita butuh petani, petani perlu sejahtera dan disejahterakan agar generasi muda mau jadi petani,” tutur dia.

Sementara itu, Anggota Ombudsman RI, Yeka Hendra Fatika memberikan apresiasi atas langkah kongkret Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengalokasikan dana pribadi Rp36 miliar di bank garansi untuk anggaran Biaya Tambahan (ABT) yang diajukan ke Kementerian Keuangan.

Kebijakan ini guna mempercepat realisasi penyediaan benih padi dan jagung bagi petani untuk masa tanam Oktober 2023 - Maret 2024 yang mulai berjalan di bulan November dan Desember 2023 ini.

"Kebijakan Menteri Pertanian, kami Ombudsman mendukung penuh, beliau menyiapkan dana pribadi Rp36 miliar, agar di masa tanam November dan Desember 2023 ini tersedia benih padi dan jagung," kata Yeka pada acara Panen dan Tanam di Desa Ngadirejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Kamis.

Sebelumnya, Komisi IV DPR RI menyetujui usulan ABT Kementan tahun 2023 sebesar Rp5,83 triliun untuk mempercepat produksi jagung dan padi di tahun 2023-2024.

"Kepastian anggaran kan ditunggu para penyedia benih agar bisa menyediakan stok benih. Sehingga, adanya dana di bank garansi itu bisa membackup merealisasikan bantuan benih. Tentunya setelah realisasi ABT, dana pribadi di bank garansi itu digantikan," ujar Yeka.

"Kami berharap, para penyedia benih benar-benar atau tidak main-main dalam menyediakan benih. Jangan sampai padi dan jagung yang diperuntukan konsumsi dijadikan benih. Kami akan melakukan pengawasan ketat ke para penyedia. Karena program Kementerian Pertanian yang bagus ini harus kitadukungt penuh, jangan sampai disalahgunakan oleh oknum," ujar Yeka.

Mentan Andi Amran Sulaiman mengatakan tambahan anggaran itu dalam rangka upaya peningkatan produksi padi dan jagung melalui penyediaan benih, alsintan, pupuk, dan pestisida, optimalisasi lahan rawa insentif bagi petugas lapangan, serta bimbingan teknis.

Usulan ABT tersebut sudah lebih dahulu disampaikan kepada Kementerian Keuangan melalui Surat Menteri Pertanian Nomor B-241/RC.110/M/11/2023 pada tanggal 6 November 2023.

"Kami fokus sekarang turun ke daerah mempercepat panen dan tanam agar terjadi peningkatan produksi padi dan jagung. Tahun 2024 kita targetkan produksi naik, 2025 kita tekan impor, tahun 2026 kita swasembada kembali dan tahun 2028 kita bisa wujudkan lumbung pangan dunia," tuturnya.

"Untuk mempercepat tanam, kami siapkan benih, pupuk, alat mesin pertanian dan pendampingan. Apa yang terbaik untuk petani itu yang kami serahkan," ucap Amran.

Baca juga: Kementan dan alumni IPB perkuat ketahanan pangan melalui benih unggul
Baca juga: Kejar produksi 35 juta ton beras 2024, Kementan bangun sistem benih



Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Guru Besar IPB sebut perlu ada investasi lebih besar ke pertanian

Pewarta: Imamatul Silfia

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023