Antarajawabarat.com,29/10- Inpektorat Daerah (Irda) Cianjur, Jawa Barat, segera lakukan pemeriksaan terkait dugaan kasus suap Rp20 juta sampai Rp50 juta dalam penerimaan pegawai non-PNS di lingkungan RSUD Cianjur.
"Mengenai dugaan uang pelican ini, kami juga menerima pengaduan tertulis dari lembaga swadaya masyarakat, di samping ramainya pemberitaan melalui media massa," kata Kepala Irda Cianjur Agus Indra kepada wartawan di Cianjur, Selasa.
Namun, kata dia, karena banyaknya pengaduan yang disampaikan ke Irda, untuk pemeriksaan dugaan uang pelicin dalam penerimaan pegawai non-PNS di RUSD Cianjur, akan dilakukan melalui pemeriksaan reguler.
Menurut dia, pihak RSUD Cianjur yang sudah berbentuk BULD seharusnya dalam perekrutan pegawai dapat dilakukan dengan merekrut lulusan Akademi Perawat, tidak usah dibuka secara umum ke publik.
"Akibatnya, semula berniat baik, dengan dibukanya kesempatan bagi pelamar, justru sebaliknya menjadi buruk. Padahal RSUD untuk memenuhi kebutuhan pegawai bisa langsung merekrut lulusan Akper," ucapnya.
Sejumlah calon pegawai non-PNS di RSUD Cianjur harus mengeluarkan uang pelicin hingga Rp50 juta per orang agar dapat diterima bekerja sebagai bidan dan perawat di rumah sakit milik pemerintah daerah itu.
Beberapa orang calon pegawai mengakui ditawari dan dijamin lulus oleh oknum pegawai RSUD dengan catatan dapat menyediakan uang pelicin mulai dari Rp30 juta.
Uang pelicin tersebut diduga disetorkan sejumlah oknum kepada anak seorang pejabat penting di Cianjur melalui mantan ajudan pejabat tersebut.
"Setelah diterima oknum di RSUD Cianjur, selanjutnya akan diambil mantan ajudan pejabat tersebut kemudian disetorkan kepada anak pejabat itu. Saya sempat menerima pesan seperti itu," kata RN (23) salah seorang calon pelamar di RSUD Cianjur yang sempat memberikan uang pelicin.
Namun hal tersebut dibantah Kasubag TU RSUD Cianjur, Cicih Permasih, yang mengatakan hal tersebut tidak benar karena proses seleksi yang dilakukan cukup ketat dan tidak ada celah untuk menyogok agar lulus.
"Peluang adanya uang pelicin sangat sulit dilakukan karena sistem yang diterapkan melalui proses seleksi secara bertahap dan berjenjang. Petugas yang melakukan seleksi memiliki peran masing-masing," katanya. ***2***(KR,FKR)
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013
"Mengenai dugaan uang pelican ini, kami juga menerima pengaduan tertulis dari lembaga swadaya masyarakat, di samping ramainya pemberitaan melalui media massa," kata Kepala Irda Cianjur Agus Indra kepada wartawan di Cianjur, Selasa.
Namun, kata dia, karena banyaknya pengaduan yang disampaikan ke Irda, untuk pemeriksaan dugaan uang pelicin dalam penerimaan pegawai non-PNS di RUSD Cianjur, akan dilakukan melalui pemeriksaan reguler.
Menurut dia, pihak RSUD Cianjur yang sudah berbentuk BULD seharusnya dalam perekrutan pegawai dapat dilakukan dengan merekrut lulusan Akademi Perawat, tidak usah dibuka secara umum ke publik.
"Akibatnya, semula berniat baik, dengan dibukanya kesempatan bagi pelamar, justru sebaliknya menjadi buruk. Padahal RSUD untuk memenuhi kebutuhan pegawai bisa langsung merekrut lulusan Akper," ucapnya.
Sejumlah calon pegawai non-PNS di RSUD Cianjur harus mengeluarkan uang pelicin hingga Rp50 juta per orang agar dapat diterima bekerja sebagai bidan dan perawat di rumah sakit milik pemerintah daerah itu.
Beberapa orang calon pegawai mengakui ditawari dan dijamin lulus oleh oknum pegawai RSUD dengan catatan dapat menyediakan uang pelicin mulai dari Rp30 juta.
Uang pelicin tersebut diduga disetorkan sejumlah oknum kepada anak seorang pejabat penting di Cianjur melalui mantan ajudan pejabat tersebut.
"Setelah diterima oknum di RSUD Cianjur, selanjutnya akan diambil mantan ajudan pejabat tersebut kemudian disetorkan kepada anak pejabat itu. Saya sempat menerima pesan seperti itu," kata RN (23) salah seorang calon pelamar di RSUD Cianjur yang sempat memberikan uang pelicin.
Namun hal tersebut dibantah Kasubag TU RSUD Cianjur, Cicih Permasih, yang mengatakan hal tersebut tidak benar karena proses seleksi yang dilakukan cukup ketat dan tidak ada celah untuk menyogok agar lulus.
"Peluang adanya uang pelicin sangat sulit dilakukan karena sistem yang diterapkan melalui proses seleksi secara bertahap dan berjenjang. Petugas yang melakukan seleksi memiliki peran masing-masing," katanya. ***2***(KR,FKR)
Fikri
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013