Pelaksana harian (Plh) Wali Kota Bandung Ema Sumarna mengimbau masyarakat untuk menjaga kesehatan serta tetap waspada terhadap potensi bencana alam di tengah mulainya musim kemarau seperti saat ini.
"Kita rasakan ada perubahan iklim tidak seperti biasa, udara sangat dingin, tapi bisa dikatakan ini masuk musim kemarau. Masyarakat harus menjaga kesehatan. Kemudian masyarakat harus waspada terhadap potensi bencana termasuk kebakaran yang sangat bisa terjadi saat musim kemarau seperti ini," ucap Ema di Bandung, Kamis.
Terkait dengan potensi bencana termasuk kebakaran, Ema meminta Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung untuk meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi.
"Kita saling berbagi untuk mengingatkan biasanya dalam masa seperti ini potensi kebakaran cukup tinggi. Untuk Diskar, agar terus meningkatkan kewaspadaan melakukan antisipasi, apalagi dengan terpaan angin lebih kencang," katanya.
Ema juga menginstruksikan aparat kewilayahan untuk terus mengedukasi masyarakat terkait mitigasi bencana.
"Para relawan di kewilayahan juga bisa dioptimalkan supaya mereka bisa terus mengingatkan warga sekitar," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Kota Bandung mengungkapkan saat ini memang tengah memasuki musim kemarau, namun suhu udara di Kota Bandung memang lebih dingin dari biasanya.
Berdasarkan catatan BMKG Kota Bandung, dari tanggal 14-18 Juli 2023, suhu Kota Bandung sempat mengalami kenaikan dari 19 derajat ke 20 derajat celsius, namun pada tanggal 18 Juli terjadi penurunan suhu ke 17 derajat celsius, padahal suhu minimum normal pada bulan Juli adalah 18,2 derajat Celsius, dan pada Agustus diperkirakan 17,5 derajat Celsius.
Kepala BMKG Kota Bandung Teguh Rahayu menjabarkan bahwa suhu dingin di bawah kondisi normal memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, terutama di malam hari.
Karena ketika musim kemarau, pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan, akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal.
Sedangkan pada malam hari, bumi akan melepaskan energi karena tidak ada awan. Karenanya, di malam hari sampai dini hari, radiasi yang disimpan di permukaan bumi akan secara maksimal dilepaskan.
"Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang terbilang ekstrim di malam hingga dini hari," ucap Ayu.
"Kita rasakan ada perubahan iklim tidak seperti biasa, udara sangat dingin, tapi bisa dikatakan ini masuk musim kemarau. Masyarakat harus menjaga kesehatan. Kemudian masyarakat harus waspada terhadap potensi bencana termasuk kebakaran yang sangat bisa terjadi saat musim kemarau seperti ini," ucap Ema di Bandung, Kamis.
Terkait dengan potensi bencana termasuk kebakaran, Ema meminta Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung untuk meningkatkan kewaspadaan untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan yang terjadi.
"Kita saling berbagi untuk mengingatkan biasanya dalam masa seperti ini potensi kebakaran cukup tinggi. Untuk Diskar, agar terus meningkatkan kewaspadaan melakukan antisipasi, apalagi dengan terpaan angin lebih kencang," katanya.
Ema juga menginstruksikan aparat kewilayahan untuk terus mengedukasi masyarakat terkait mitigasi bencana.
"Para relawan di kewilayahan juga bisa dioptimalkan supaya mereka bisa terus mengingatkan warga sekitar," ujarnya.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, Geofisika (BMKG) Kota Bandung mengungkapkan saat ini memang tengah memasuki musim kemarau, namun suhu udara di Kota Bandung memang lebih dingin dari biasanya.
Berdasarkan catatan BMKG Kota Bandung, dari tanggal 14-18 Juli 2023, suhu Kota Bandung sempat mengalami kenaikan dari 19 derajat ke 20 derajat celsius, namun pada tanggal 18 Juli terjadi penurunan suhu ke 17 derajat celsius, padahal suhu minimum normal pada bulan Juli adalah 18,2 derajat Celsius, dan pada Agustus diperkirakan 17,5 derajat Celsius.
Kepala BMKG Kota Bandung Teguh Rahayu menjabarkan bahwa suhu dingin di bawah kondisi normal memang cenderung berpeluang terjadi saat musim kemarau, terutama di malam hari.
Karena ketika musim kemarau, pada siang hari, terik sinar matahari maksimal karena tidak ada tutupan awan, akibatnya permukaan bumi menerima radiasi yang maksimal.
Sedangkan pada malam hari, bumi akan melepaskan energi karena tidak ada awan. Karenanya, di malam hari sampai dini hari, radiasi yang disimpan di permukaan bumi akan secara maksimal dilepaskan.
"Kondisi inilah yang kemudian menyebabkan permukaan bumi mendingin dengan cepat karena kehilangan energi secara maksimal. Dampaknya adalah suhu minimum atau udara dingin yang terbilang ekstrim di malam hingga dini hari," ucap Ayu.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023