Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa didirikannya sekolah lansia di beberapa titik daerah merupakan bentuk konkret persiapan Pemerintah Indonesia untuk menghadapi masa penuaan penduduk (ageing population) di masa depan.
“Jadi ke depannya kita lihat, ada perubahan struktur dalam kependudukan kita yaitu penduduk tua yang semakin bertambah,” kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto di Jakarta, Sabtu.
Boni bercerita bahwa tantangan yang saat ini mulai dikhawatirkan pemerintah adalah adanya gambaran terhadap kondisi demografi Indonesia sekitar 10 hingga 15 tahun lagi, yang penduduknya didominasi oleh lanjut usia (lansia) dibandingkan usia muda.
Di mana menurut Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat 29,3 juta lansia pada 2021. Angka ini setara dengan 10,82 persen dari total penduduk di Indonesia. Jika dilihat dari status ekonomi, 43,29 persen penduduk lansia berasal dari rumah tangga dengan kelompok pengeluaran 40 persen terbawah.
Bentuk segitiga piramida akan terbalik dengan kualitas hidup yang rendah, dikhawatirkan akan menjadi beban tersendiri bagi negara karena harus menanggung keperluan hidup yang jauh lebih tinggi, bila negara tidak segera membangun sebuah ketahanan (resilience) kepada lansia menjadi individu yang tangguh, mandiri dan produktif.
Oleh karenanya, BKKBN menghadirkan sekolah lansia sebagai pemenuhan kebutuhan layanan lansia berbasis jangka panjang, dengan mengembangkan kemampuan kognitif dan sosialnya. Di satu sisi, upaya itu ditujukan agar perekonomian ekonomi bangsa tetap berjalan stabil di masa depan.
Di sana, lansia akan didorong untuk tetap menjadi produktif dan sehat melalui sejumlah aktivitas pemberdayaan masyarakat maupun pengembangan keterampilan dan bakat yang bisa menunjang kualitas hidupnya.
“Oleh karena itu yang harus kita pahami selain menyiapkan generasi muda yang berkualitas di tahun 2045, yang termasuk tua ini usia 50 tahun ke atas itu harus dipersiapkan. Supaya mereka bisa mandiri dan produktif. Makanya kita ada sekolah lansia, itu salah satu persiapan untuk menuju lansia tangguh tadi,” ucap Boni.
BKKBN: Kampung KB jaga mental remaja dari tingkat desa
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa program Kampung Keluarga Berkualitas (Kampung KB) yang menyelipkan aktivitas yang menjaga mental remaja tetap stabil dan sehat sejak dari tingkat desa.
“Jadi desa pun kita lakukan (penggerakan GenRe dan BKR) supaya anak-anak punya kemauan, punya aktivitas dan kegiatan yang tidak gampang stres. Tidak sedikit-sedikit healing, healing dan healing,” kata Deputi Bidang Pengendalian Penduduk BKKBN Bonivasius Prasetya Ichtiarto di Jakarta, Sabtu.
Boni menuturkan program Kampung KB sudah disesuaikan dengan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 3 Tahun 2022 tentang Optimalisasi Penyelenggaraan Kampung Keluarga Berkualitas. Melalui aturan itu, Kampung KB dituntut untuk memperhatikan pembangunan kualitas tiap individu dalam keluarga yang memperhatikan seluruh siklus kehidupan.
Terkait remaja dan adanya masalah angka gangguan emosi mental (mental emotional disorder) yang angkanya meningkat dengan signifikan yakni dari 6,1 persen di tahun 2013 menjadi 9,8 persen pada tahun 2018 berdasarkan data riset kesehatan dasar (riskesdas), BKKBN mengadakan Kelas Bina Keluarga Remaja (BKR).
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BKKBN: Sekolah lansia bentuk persiapan RI hadapi penuaan pendudukCOPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023