Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada akhir perdagangan Rabu sore tertekan peningkatan ketegangan perdagangan Amerika Serikat (AS) dan China.
 
Kurs Garuda pada Rabu ditutup turun 23 poin atau 0,15 persen ke posisi Rp15.018 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.995 per dolar AS.
 
"Ketegangan meningkat setelah importir utama Tiongkok memblokir ekspor beberapa produk galium dan germanium, yang merupakan bahan utama dalam proses pembuatan cip, ke AS," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam hasil kajiannya di Jakarta, Rabu.
 
Ibrahim menilai langkah ini merupakan pembalasan atas tindakan Negeri Paman Sam yang memblokir akses China ke teknologi pembuatan cip utama, sehingga memicu kekhawatiran atas konflik perdagangan yang lebih besar antara ekonomi terbesar di dunia tersebut.
 
Secara khusus, investor mengkhawatirkan lebih banyak gangguan pada rantai pasokan global, terutama jika Negeri Panda memblokir ekspor mineral tanah jarang, dimana China merupakan pengekspor terbesar dunia.
 
Langkah itu juga dilakukan pada saat ekonomi Tiongkok berada di ujung tanduk, karena berjuang untuk pulih dari aturan anti-COVID yang ketat selama tiga tahun. Hambatan lebih lanjut terhadap ekonomi Tiongkok diperkirakan membebani seleranya terhadap tembaga.
 
Selain itu, Ibrahim menyebutkan nilai tukar rupiah juga lesu karena fokus saat ini menuju pada risalah pertemuan Bank Sentral AS, The Fed bulan Juni, untuk petunjuk lebih lanjut tentang jalur suku bunga AS.

 
 
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah tertekan peningkatan ketegangan perdagangan AS dan China

Pewarta: Agatha Olivia Victoria

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023