Jakarta (ANTARA) - Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan, nilai tukar (kurs) rupiah berpotensi melemah seiring penegasan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dalam pidato pelantikan terkait penyesuaian tarif impor untuk negara-negara mitra dagang AS.
“Presiden Trump dalam pidato pelantikannya masih menyebutkan soal penyesuaian tarif impor untuk negara-negara partner dagangnya untuk memperbaiki pendapatan AS. Trump juga menegaskan kenaikan tarif impor 25 persen untuk Meksiko dan Kanada,” ucapnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa.
Kenaikan tarif ini dianggap bisa memicu aksi balasan dari negara yang bersangkutan dan akhirnya bisa menimbulkan perang dagang.
Tarif sebesar 25 persen terhadap barang-barang yang berasal dari Meksiko dan Kanada karena masalah imigrasi ilegal yang belum terselesaikan serta masuknya obat-obatan terlarang ke AS.
“Rupiah berpotensi melemah hari ini dari penegasan Trump tersebut. Potensi pelemahan ke arah Rp16.400-Rp16.450, dengan potensi support di Rp16.300,” ujar dia.
Selain itu, Kebijakan Trump untuk menghentikan perang di Ukraina dan membina hubungan baik dengan China tentunya akan menjadi sentimen positif untuk pasar risk asset. Namun di sisi lain, ada yang lebih ditakutkan pasar, yaitu perang dagang karena dipicu kenaikan tarif Trump.
Nilai tukar rupiah (kurs) pada pembukaan perdagangan hari ini di Jakarta menguat 75 poin atau 0,46 persen menjadi Rp16.293 per dolar AS dari sebelumnya Rp16.368 per dolar AS.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah berpotensi melemah seiring penegasan Trump terkait tarif impor