Dinas Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Diskar PB) Kota Bandung mengungkapkan jumlah hidran di Bandung masih kurang mencukupi untuk meng-cover 30 kecamatan di Kota Kembang.
Kepala Bidang (Kabid) Sarana Prasarana dan Data Informasi Diskar PB Kota Bandung Riani Indrawati mengatakan saat ini hidran yang aktif dengan tekanan memadai (5-8 bar) untuk ketersediaan air dalam penanganan kebakaran hanya ada tiga yakni di Jalan Supratman, Kordon, dan Cikapayang.
"Sekarang hanya tiga yang debit airnya bagus. Itu untuk meng-cover Kota Bandung yang memiliki 30 kecamatan, itu sangat disayangkan. Kita sangat kewalahan kalau tidak ada sumber air dari sungai misalnya atau lainnya," kata Riani di Bandung, Kamis.
Atas kejadian yang telah bertahun-tahun tersebut, Riani mengatakan pihak Diskar PB Kota Bandung telah berkoordinasi dengan PDAM Tirtawening sebagai penyedia air untuk bisa dibuka suplai airnya secara penuh bagi kebutuhan pemadaman kebakaran, mengingat selama ini dilakukan penjadwalan untuk pengaliran air.
"Mereka juga ada jadwal mengalirkannya, tapi itupun debitnya kecil. Kami minta dibukakan untuk minimal di beberapa wilayah yang sesuai UPT agar bisa dijangkau karena kan kebakaran tak bisa diprediksi kapan dan ada berapa titik," ucapnya.
Riani mengatakan bahwa pihaknya mengusulkan agar di fasilitas-fasilitas umum seperti pasar, gedung, terminal, bandara, stasiun kereta, termasuk kantor pemerintahan memiliki tandon atau tempat penampungan air agar kejadian kebakaran seperti di Pasar Caringin bisa secara ideal ditangani.
"Jadi kita terus sosialisasikan pencegahan bahaya kebakaran, termasuk keharusan setiap rumah ada alat pemadam ringan, kemudian mengusulkan agar ada tandon air di fasilitas umum," katanya.
Diketahui, kebakaran menimpa empat unit ruko di Blok 2 Pasar Induk Caringin, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/6) siang, di mana kejadian kebakaran itu baru bisa padam pada malam hari.
Bahkan kebakaran tersebut menyebabkan satu orang bernama Yuyun (48) yang merupakan penjaga toko buku meninggal dunia karena terjebak di lantai dua toko yang terbakar dan tidak bisa keluar lewat jendela akibat teralis yang menghalangi.
Kepala Bidang (Kabid) Sarana Prasarana dan Data Informasi Diskar PB Kota Bandung Riani Indrawati mengatakan saat ini hidran yang aktif dengan tekanan memadai (5-8 bar) untuk ketersediaan air dalam penanganan kebakaran hanya ada tiga yakni di Jalan Supratman, Kordon, dan Cikapayang.
"Sekarang hanya tiga yang debit airnya bagus. Itu untuk meng-cover Kota Bandung yang memiliki 30 kecamatan, itu sangat disayangkan. Kita sangat kewalahan kalau tidak ada sumber air dari sungai misalnya atau lainnya," kata Riani di Bandung, Kamis.
Atas kejadian yang telah bertahun-tahun tersebut, Riani mengatakan pihak Diskar PB Kota Bandung telah berkoordinasi dengan PDAM Tirtawening sebagai penyedia air untuk bisa dibuka suplai airnya secara penuh bagi kebutuhan pemadaman kebakaran, mengingat selama ini dilakukan penjadwalan untuk pengaliran air.
"Mereka juga ada jadwal mengalirkannya, tapi itupun debitnya kecil. Kami minta dibukakan untuk minimal di beberapa wilayah yang sesuai UPT agar bisa dijangkau karena kan kebakaran tak bisa diprediksi kapan dan ada berapa titik," ucapnya.
Riani mengatakan bahwa pihaknya mengusulkan agar di fasilitas-fasilitas umum seperti pasar, gedung, terminal, bandara, stasiun kereta, termasuk kantor pemerintahan memiliki tandon atau tempat penampungan air agar kejadian kebakaran seperti di Pasar Caringin bisa secara ideal ditangani.
"Jadi kita terus sosialisasikan pencegahan bahaya kebakaran, termasuk keharusan setiap rumah ada alat pemadam ringan, kemudian mengusulkan agar ada tandon air di fasilitas umum," katanya.
Diketahui, kebakaran menimpa empat unit ruko di Blok 2 Pasar Induk Caringin, Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (7/6) siang, di mana kejadian kebakaran itu baru bisa padam pada malam hari.
Bahkan kebakaran tersebut menyebabkan satu orang bernama Yuyun (48) yang merupakan penjaga toko buku meninggal dunia karena terjebak di lantai dua toko yang terbakar dan tidak bisa keluar lewat jendela akibat teralis yang menghalangi.
Editor : Zaenal A.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023