Dinas Perikanan dan Peternakan (Diskanak) Kabupaten Garut, Jawa Barat sudah menyiapkan tim kesehatan hewan untuk mewaspadai penyebaran wabah penyakit kulit virus Lumpy Skin Disease (LSD) pada ternak sapi dan kerbau yang saat ini kasusnya sudah mulai ditemukan di sejumlah daerah.
"Sekarang yang dikhawatirkan Lumpy Skin Disease atau LSD, gejala penyakit kulit," kata Kepala Diskanak Kabupaten Garut Sofyan Yani kepada wartawan di Garut, Kamis.
Baca juga: Dinkes Garut waspadai penyebaran sifilis meski kasusnya rendah
Ia menuturkan kasus penyakit menyerang ternak sapi dan kerbau itu bermula ditemukan di daerah Jawa Tengah, kemudian dilaporkan muncul di beberapa daerah lainnya.
Termasuk daerah Garut, kata dia, juga dilaporkan pertama kali ditemukan kasus LSD di Kecamatan Kadungora, kemudian tersebar di beberapa daerah lainnya yang jumlahnya belum diketahui karena masih didata di lapangan.
"Awal mulanya terjadi di Jawa Tengah, kemudian menyebar ke Garut, pertama kali muncul di Kadungora," kata Sofyan.
Ia menyampaikan kemunculan wabah menyerang ternak itu tidak membuat bahaya atau menular ke manusia, melainkan hanya berpengaruh pada pertumbuhan ternak sendiri.
Penyakit pada ternak itu, kata dia, sama dengan kasus sebelumnya seperti penyakit mulut dan kuku (PMK) yang hanya bisa menular ke hewan lainnya, bukan ke manusia.
"Tidak menular kepada manusia seperti flu burung, LSD hanya berpengaruh pada kondisi pertumbuhan hewan yang terpapar," katanya.
Baca juga: Pemkab Garut latih 100 juru sembelih hewan agar bersertifikasi halal
Ia menjelaskan gejala penyakit kulit LSD itu seperti umumnya yakni kudis, kemudian ada benjolan pada kulit, meski begitu tetap harus menjadi perhatian untuk dicegah dan diobati karena akan berpengaruh pada pertumbuhan ternak tersebut.
Diskanak Garut, kata dia, sudah menyiapkan tim kesehatan hewan dan obat-obatan maupun vaksinasi bagi ternak agar tetap sehat dan tidak mudah terserang berbagai penyakit.
"Penanganan untuk hewan terpapar nanti diberikan antibiotik hingga vitamin, kami akan berupaya melakukan pencegahan," kata Sofyan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
"Sekarang yang dikhawatirkan Lumpy Skin Disease atau LSD, gejala penyakit kulit," kata Kepala Diskanak Kabupaten Garut Sofyan Yani kepada wartawan di Garut, Kamis.
Baca juga: Dinkes Garut waspadai penyebaran sifilis meski kasusnya rendah
Ia menuturkan kasus penyakit menyerang ternak sapi dan kerbau itu bermula ditemukan di daerah Jawa Tengah, kemudian dilaporkan muncul di beberapa daerah lainnya.
Termasuk daerah Garut, kata dia, juga dilaporkan pertama kali ditemukan kasus LSD di Kecamatan Kadungora, kemudian tersebar di beberapa daerah lainnya yang jumlahnya belum diketahui karena masih didata di lapangan.
"Awal mulanya terjadi di Jawa Tengah, kemudian menyebar ke Garut, pertama kali muncul di Kadungora," kata Sofyan.
Ia menyampaikan kemunculan wabah menyerang ternak itu tidak membuat bahaya atau menular ke manusia, melainkan hanya berpengaruh pada pertumbuhan ternak sendiri.
Penyakit pada ternak itu, kata dia, sama dengan kasus sebelumnya seperti penyakit mulut dan kuku (PMK) yang hanya bisa menular ke hewan lainnya, bukan ke manusia.
"Tidak menular kepada manusia seperti flu burung, LSD hanya berpengaruh pada kondisi pertumbuhan hewan yang terpapar," katanya.
Baca juga: Pemkab Garut latih 100 juru sembelih hewan agar bersertifikasi halal
Ia menjelaskan gejala penyakit kulit LSD itu seperti umumnya yakni kudis, kemudian ada benjolan pada kulit, meski begitu tetap harus menjadi perhatian untuk dicegah dan diobati karena akan berpengaruh pada pertumbuhan ternak tersebut.
Diskanak Garut, kata dia, sudah menyiapkan tim kesehatan hewan dan obat-obatan maupun vaksinasi bagi ternak agar tetap sehat dan tidak mudah terserang berbagai penyakit.
"Penanganan untuk hewan terpapar nanti diberikan antibiotik hingga vitamin, kami akan berupaya melakukan pencegahan," kata Sofyan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023