Antarajawabarat.com, 4/7 - Selain dampak kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM), sejumlah bandar dan pedagang ayam menilai kenaikan harga ayam dipicu kenaikan 'day old chicken" (DOC).

"Harga doc Rp 4500,- dulu, sekarang harusnya dia jual Rp 16.000/kg.Tapi buktinya dia jual sampai Rp 20.000/kg, dia ambil untung terlalu gede," kata salah seorang pengusaha makanan yang berbahan pokok ayam, Epul di Bandung

Menurutnya apabila dihitung dari modal awal para pengusaha anak ayam tersebut sudah bisa mendapatkan untung tanpa harus menjual DOC hingga mencapai Rp 20.000/kg.

"Sekalipun akibat BBM naik, paling hanya 5 persen kenaikannya, pengusaha doc bisa menjual jadi Rp 18.000/kg, kan sudah ada perhitungannya seperti harga pakan sendiri hanya Rp 4500," kata pengusaha yang memiliki pabrik di kawasan Ciroyom itu.

Untuk mengatasi hal itu, para pedagang ayam yang tergabung dalam keluarga besar Persatuan Pasar dan Warung Tradisional (Pesat), mengadukan hal itu pada komisi dua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dengan melakukan aksi damai didepan kantor DPRD Bandung.

"Pemerintah seolah tidak terlihat perannya untuk mengurusi produk pakan dan doc ini, maka dari itu kami datang ke sini meminta pada DPRD Bandung untuk memberikan solusi terbaik," kata ketua umum Pesat Usep Iskandar Wijaya.

Usep menuturkan hal seperti ini terus terjadi hingga 4 tahun terakhir ini, namun Dinas Perternakan tidak berdaya mengatasi ketidakstabilan harga ayam yang dilakukan pengusaha-pengusaha besar.

"Pengusaha besar mata rantainya, imbasnya ke bandar, pedagang, ujung-ujungnya ke masyarakat dan akhirnya semua merugi," kata Ketua Umum divisi perunggasan Bandung raya, Yoyo sutarya.

Aksi damai yang dilakukan para pedagang dan bandar ayam itu akhirnya membuahkan hasil setelah ketua DPRD Bandung bersama komisi B memberikan penjelasan pada sejumlah massa.

Menurut Asep Nurdin, salah seorang penjual ayam, harga di tingkat pasar kini berada di kisaran Rp 30.000/kg. Padahal menurutnya, harga tersebut biasa terjadi
setelah memasuki bulan ramadhan.

"Setiap hari harga ayam terus naik Rp 1.000, kami kebingungan jadinya harus menjual berapa, biasanya sebelum bulan ramadhan tidak sampai segitu, ini belum juga sudah lebih," kata pedagang yang berjualan di pasar Banjaran itu.

Akibatnya daya beli masyarakat pada daging ayam semakin melemah, bahkan salah seorang Bandar ayam mengaku dirinya merugi hingga 10 juta.

"Dengan naiknya harga ayam, saya selaku bandar pusing, bagaimana mengatasinya, saya jual ke pedagang saja tidak bisa menutupi biaya operasional, karena daya beli masyarakat kini semakin melemah," kata Titin Kartini Bandar ayam dai pasar Banjaran.

Para penjual ayam berencana apabila harga ayam tidak bisa distabilkan hingga awal ramdhan, maka mereka akan lakukan aksi mogok berjualan selama 2 hari.

"Di mulai dari hari ini, sekarang kami akan lakukan sidak langsung untuk memeriksa apakah masih ada penjual ayam yang masih berjualan," kata Titin Kartini menambahkan.



Resita

Pewarta:

Editor : Syarif Abdullah


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2013