Penurunan terdalam harga beras di Indonesia terjadi di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB) sebesar 8,5 persen dibanding periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy)
"Secara umum penurunan harga beras mulai banyak terjadi di kota-kota Pulau Jawa dan Sumatera," ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers Indeks Harga Konsumen (IHK) Maret 2023 di Jakarta, Senin.
Pudji membeberkan di Pulau Sumatera, penurunan terdalam harga beras terjadi di Lhokseumawe, Aceh sebesar 3,42 persen (yoy), sedangkan di Pulau Jawa terjadi di Kota Serang, Banten sebesar 4,72 persen (yoy).
Kemudian di Pulau Bali-Nusa Tenggara, penurunan harga beras terdalam terjadi di Kota Mataram, NTB sebesar 8,5 persen (yoy) dan di Pulau Maluku-Papua terjadi di Merauke, Papua Selatan sebesar 0,29 persen (yoy).
Kendati demikian, ia menyebutkan sebanyak 60 kota di Indonesia masih mengalami kenaikan harga beras dan satu kota tidak mengalami perubahan harga. Kenaikan harga beras tertinggi tercatat di Kota Luwuk, Sulawesi Tengah dengan kenaikan sebesar 25,44 persen (yoy).
"Selain Luwuk, Sulawesi Tengah, Kota Palopo, Sulawesi Selatan juga mengalami peningkatan harga beras lebih dari 10 persen (yoy)," tambahnya.
Secara perinci, kata dia, di Pulau Sumatera kenaikan tertinggi harga beras terjadi di Kota Bengkulu sebesar 2,82 persen (yoy), di Pulau Jawa terjadi di Kota Yogyakarta, Jawa Tengah yaitu sebesar 4,72 persen (yoy), serta di Pulau Bali-Nusa Tenggara terjadi di Kota Maumere, Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 7,86 persen (yoy).
Kemudian di Pulau Kalimantan kenaikan tertinggi harga beras terjadi di Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah sebesar 3,11 persen (yoy), di Pulau Sulawesi terjadi di Kota Luwuk, Sulawesi Tengah yaitu sebesar 25,44 persen (yoy), dan di Pulau Maluku-Papua terjadi di Manokwari, Papua Barat yaitu sebesar 2,65 persen (yoy).
Di sisi lain, lanjut Pudji, kenaikan terendah harga beras di Pulau Kalimantan terdapat di Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan yaitu sebesar 0,23% (yoy) serta di pulau Sulawesi di Kota Kotamobagu, Sulawesi Utara sebesar 1,42 persen (yoy).
NTP naik
Sementara itu Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional naik 0,29 persen menjadi 110,85 pada Maret 2023 bila dibandingkan dengan catatan bulan sebelumnya sebesar 110,53.
“Peningkatan NTP terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) naik 0,53 persen atau lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) yang mengalami kenaikan sebesar 0,24 persen,” kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini di Jakarta, Senin.
Pudji menjelaskan, komoditas yang mendominasi kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) adalah kelapa sawit, jagung, cabai rawit, dan kopi. Sedangkan komoditas penyumbang Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) adalah cabai rawit, rokok kretek filter, bawang putih, dan telur ayam ras.
Peningkatan NTP tertinggi terjadi pada subsektor tanaman perkebunan rakyat (NTPR) yakni sebesar 1,94 persen. Peningkatan tersebut terjadi karena kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) sebesar 2,14 persen, lebih tinggi dari kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) sebesar 0,20 persen. Adapun kontributor terbesar berasal dari komoditas kelapa sawit dan kopi.
Sementara penurunan NTP terbesar terjadi pada subsektor tanaman pangan (NTPP) sebesar 1,20 persen. Penurunan terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) terkoreksi sebesar 0,93 persen, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) naik sebesar 0,28 persen.
Penurunan Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) pada subsektor NTPP disebabkan turunnya indeks kelompok padi sebesar 1,95 persen. Sementara kelompok palawjiaya, khususnya komoditas jagung dan ketela pohon, naik sebesar 2,75 persen.
Adapun kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (lb) dipengaruhi oleh kenaikan Indeks Kelompok Konsumsi Rumah Tangga (IKRT) sebesar 0,33 persen dan Indeks Kelompok Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) sebesar 0,14 persen.
Di sisi lain, Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) naik 0,40 persen menjadi 111,18 pada Maret 2023 bila dibandingkan Februari yang tercatat sebesar 110,74.
Peningkatan NTUP terjadi karena Indeks Harga yang Diterima Petani (lt) naik sebesar 0,53 persen menjadi 128,79. Peningkatan tersebut ditopang oleh komoditas kelapa sawit, jagung, cabai rawit, dan kopi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BPS: Penurunan harga beras mulai banyak terjadi di Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023