Sejumlah wilayah Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang pada Selasa ini, menurut peringatan dini cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Dikutip dari situs BMKG di Jakarta, Selasa, terdapat potensi hujan lebat dengan intensitas lebih dari 50 milimeter (mm) per hari diprakirakan terjadi di wilayah Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sejumlah wilayah berpotensi alami hujan lebat dan angin kencang
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Dikutip dari situs BMKG di Jakarta, Selasa, terdapat potensi hujan lebat dengan intensitas lebih dari 50 milimeter (mm) per hari diprakirakan terjadi di wilayah Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Lampung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Timur.
Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat dan Papua.
Sementara itu, wilayah dengan potensi hujan disertai kilat, yakni Aceh, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jawa Barat, DKI Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Maluku dan Papua Barat.
Adanya hujan lebat disertai kilat ini berpotensi menimbulkan banjir di sejumlah wilayah, yakni Aceh, Jambi, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, DKI Jakarta, Kalimantan Tengah, Kalimantan Utara, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua Barat dan Papua. Sementara wilayah dengan status siaga potensi banjir yakni Kalimantan Selatan dan Sulawesi Tengah.
Sedangkan potensi angin kencang berpotensi terjadi di wilayah Aceh, Sumatera Selatan, Kep. Bangka Belitung, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat dan Kalimantan Utara.
Pakar hidrologi dan sumber daya air Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Yanto, Ph.D mengatakan masyarakat perlu lebih aktif mencari informasi terkait peringatan dini yang diberikan pemerintah guna mendukung upaya mitigasi banjir.
"Masyarakat harus aktif mencari informasi peringatan dini terutama bagi mereka yang tinggal di daerah rawan banjir," katanya.
Pancaroba
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa kondisi cuaca ekstrem seperti angin kencang, angin puting beliung, dan hujan lebat berdurasi singkat berpotensi terjadi pada masa pancaroba, masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau.
"Pada Maret, April, Mei 2023, beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi sebelum memasuki kemarau pada bulan Juni. Hal yang perlu diwaspadai, fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat.
BMKG memprakirakan curah hujan di wilayah Indonesia mulai mengalami penurunan karena fenomena La Nina yang semakin melemah.
Ketika La Nina terjadi, suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya dan kondisi tersebut mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Berdasarkan hasil pemantauan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menurut BMKG, saat ini intensitas La Nina terus melemah.
Fenomena La Nina yang semakin melemah dan menuju netral menyebabkan penurunan curah hujan. Saat curah hujan menurun, titik api berpotensi muncul di hutan maupun lahan.
"Kewaspadaan yang lebih tinggi perlu dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau, yang diprediksi umumnya menunjukkan curah hujan yang berkurang, yang lebih rendah dari tiga tahun terakhir meskipun sifatnya kembali ke normal," kata Dwikorita.
Pancaroba
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa kondisi cuaca ekstrem seperti angin kencang, angin puting beliung, dan hujan lebat berdurasi singkat berpotensi terjadi pada masa pancaroba, masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau.
"Pada Maret, April, Mei 2023, beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi sebelum memasuki kemarau pada bulan Juni. Hal yang perlu diwaspadai, fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat.
BMKG memprakirakan curah hujan di wilayah Indonesia mulai mengalami penurunan karena fenomena La Nina yang semakin melemah.
Ketika La Nina terjadi, suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya dan kondisi tersebut mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Berdasarkan hasil pemantauan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menurut BMKG, saat ini intensitas La Nina terus melemah.
Fenomena La Nina yang semakin melemah dan menuju netral menyebabkan penurunan curah hujan. Saat curah hujan menurun, titik api berpotensi muncul di hutan maupun lahan.
"Kewaspadaan yang lebih tinggi perlu dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau, yang diprediksi umumnya menunjukkan curah hujan yang berkurang, yang lebih rendah dari tiga tahun terakhir meskipun sifatnya kembali ke normal," kata Dwikorita.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Sejumlah wilayah berpotensi alami hujan lebat dan angin kencang
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023