Harga minyak merosot pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), memperpanjang kerugian sesi sebelumnya karena pesanan pabrik terkait industri AS melemah, sementara dolar AS menguat yang membuat minyak mentah lebih mahal untuk pembeli non-Amerika.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret tergelincir 53 sen atau 0,7 persen, menjadi menetap pada 75,88 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April merosot 67 sen atau 0,8 persen, menjadi ditutup pada 82,17 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara pesanan baru untuk barang-barang manufaktur AS naik secara luas pada Desember, pesanan untuk peralatan industri dan mesin lainnya turun, menurut data Departemen Perdagangan terbaru.
"Hal itu menyoroti lebih banyak perlambatan ekonomi, terutama di sisi industri, yang berdampak negatif bagi minyak bumi," kata John Kilduff, partner di Again Capital.
Sebuah rebound dalam indeks dolar, yang mencapai level terendah sembilan bulan di awal sesi karena taruhan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang lebih lemah, juga membebani harga minyak, menurut Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar seperempat persentase poin pada Rabu (1/2), tetapi terus menjanjikan "peningkatan berkelanjutan" dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempurannya melawan inflasi.
"Inflasi agak mereda tetapi tetap tinggi," kata Bank Sentral AS dalam sebuah pernyataan yang menandai pengakuan eksplisit atas kemajuan yang dibuat dalam menurunkan laju kenaikan harga dari level tertinggi 40 tahun yang dicapai tahun lalu.
Sementara inflasi tampaknya telah melambat di negara-negara ekonomi utama, respons bank-bank sentral dan kecepatan pembukaan kembali dari penguncian COVID-19 tidak pasti.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret tergelincir 53 sen atau 0,7 persen, menjadi menetap pada 75,88 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April merosot 67 sen atau 0,8 persen, menjadi ditutup pada 82,17 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
Sementara pesanan baru untuk barang-barang manufaktur AS naik secara luas pada Desember, pesanan untuk peralatan industri dan mesin lainnya turun, menurut data Departemen Perdagangan terbaru.
"Hal itu menyoroti lebih banyak perlambatan ekonomi, terutama di sisi industri, yang berdampak negatif bagi minyak bumi," kata John Kilduff, partner di Again Capital.
Sebuah rebound dalam indeks dolar, yang mencapai level terendah sembilan bulan di awal sesi karena taruhan kenaikan suku bunga Federal Reserve AS yang lebih lemah, juga membebani harga minyak, menurut Jim Ritterbusch dari Ritterbusch and Associates.
Greenback yang lebih kuat membuat minyak yang dihargakan dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
The Fed menaikkan suku bunga acuannya sebesar seperempat persentase poin pada Rabu (1/2), tetapi terus menjanjikan "peningkatan berkelanjutan" dalam biaya pinjaman sebagai bagian dari pertempurannya melawan inflasi.
"Inflasi agak mereda tetapi tetap tinggi," kata Bank Sentral AS dalam sebuah pernyataan yang menandai pengakuan eksplisit atas kemajuan yang dibuat dalam menurunkan laju kenaikan harga dari level tertinggi 40 tahun yang dicapai tahun lalu.
Sementara inflasi tampaknya telah melambat di negara-negara ekonomi utama, respons bank-bank sentral dan kecepatan pembukaan kembali dari penguncian COVID-19 tidak pasti.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2023