Harga minyak turun untuk sesi kedua berturut-turut pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), di tengah prospek permintaan yang tidak pasti karena lebih banyak negara mempertimbangkan pembatasan pada pelancong China ketika infeksi COVID-19 menyebar di negara pengimpor minyak terbesar itu.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari terpangkas 56 sen atau 0,7 persen, menjadi menetap di 78,40 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Februari merosot 1,0 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi ditutup di 82,26 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Pemerintah China membongkar pembatasan pandemi, namun lonjakan infeksi di sana mendorong aturan perjalanan yang lebih ketat bagi pengunjung China di beberapa negara.

Inggris sedang meninjau apakah akan memberlakukan pembatasan pada orang yang datang dari China. Amerika Serikat, Jepang, India, dan Taiwan telah memberlakukan pengujian pada kedatangan dari negara tersebut.

"Minyak mentah tertatih-tatih menjelang akhir tahun dalam perdagangan yang tipis - tidak terinspirasi oleh pencabutan pembatasan COVID di China di tengah meroketnya kasus, dengan sedikit penguatan atau penurunan minyak mentah dalam laporan EIA hari ini," kata Matt Smith, analis minyak utama di Kpler.

Persediaan minyak mentah AS meningkat secara tak terduga minggu lalu karena impor naik dan ekspor turun, Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan pada Kamis (29/12/2022).

Meskipun meningkatnya stok minyak mentah itu mengejutkan, laporan itu sendiri "positif" dan menunjukkan "rebound yang kuat" dalam permintaan minyak tersirat, mengakibatkan penarikan besar produk olahan, kata Giovanni Staunovo dari bank Swiss UBS.

Kedua kontrak minyak turun lebih dari 2,0 persen di awal sesi, tetapi mengurangi kerugian karena dolar AS tergelincir, dengan investor gelisah tentang kenaikan suku bunga.

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022