Karya "Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling Komprehensif Untuk Akselerasi Kesehatan Mental Remaja Dalam Mempersiapkan Generasi Emas 2045" disampaikan oleh Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd yang merupakan Guru Besar pada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia pada acara pidato kehormatan guru besar Universitas Pendidikan Indonesia yang diselenggarakan secara luring di Gedung Achmad Sanusi Pada Rabu, 19 Oktober 2022.

Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd menjelaskan bahwa kehidupan umat manusia saat ini dihadapkan dengan berbagai masalah atau tantangan yang semakin kompleks, yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti masalah sosial, ekonomi dan lingkungan hidup, yang dipicu oleh akselerasi globalisasi dan perkembangan teknologi yang sangat cepat. Masa depan dampak negatif era globalisasi yang terjadi di abad 21 ini telah memicu lahirnya berbagi problema kehidupan manusia, baik secara personal maupun sosial.

Fakta-fakta dan fenomena mengejutkan yang sangat mengkhawatirkan pada abad ini, yaitu perdagangan obat-obat terlarang (ilegal), penyalahgunaan alkohol, kelaparan, cadangan bahan bakar minyak dan mineral dunia yang berkurang, penyebaran penyakit positif HIV yang jumlahnya terus bertambah, orang mati bunuh diri setiap tahunnya, pornografi, perdagangan seks dan prostitusi, perang, pekerja, dampak dari rokok, penyuapan/sogokan, hubungan seks pranikah, perusakan lingkungan dan lainnya.

Lingkungan kehidupan yang buruk tersebut, berdampak kurang menguntungkan bagi kehidupan umat manusia itu sendiri, yaitu menggejalanya berbagai problema yang semakin kompleks, baik yang bersifat personal maupun sosial. Disamping itu saat ini munculnya juga fenomena kehidupan yang tidak sehat di kalangan masyarakat, seperti maraknya tayangan video porno; penjualan alat kontrasepsi, minuman keras, dan obat-obat terlarang/NAPZA yang tak terkontrol; ketidakharmonisan dalam kehidupan keluarga (broken home);  kebobrokan moral orang dewasa; dan masifnya gerakan LGBT. 

Kondisi lingkungan yang tidak sehat ini sangat memengaruhi perkembangan pola perilaku atau gaya hidup (life style) peserta didik (khususnya yang berusia remaja) yang cenderung menyimpang dari kaidah-kaidah moral (akhlaq yang mulia), atau gejala perilaku salah suai (maladjustment), seperti: pelanggaran tata tertib sekolah, tawuran, mengonsumsi minuman keras, menjadi pecandu Narkoba atau NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya, seperti : ganja, ectasy, putau, dan sabu-sabu), kriminalitas, bullying, pergaulan bebas (free sex), dan prostitusi. Pengaruh lainnya adalah berkembangnya mental yang tidak sehat, seperti: perasaan cemas, stress, dan perasaan terasing.

Fenomena masalah mental yang tidak sehat ini banyak dialami oleh peserta didik, baik pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Maraknya perilaku menyimpang di kalangan para siswa atau mahasiswa saat ini, seperti dikemukakan di atas, menunjukkan bahwa mereka masih lemah dalam aspek kepribadian atau dimensi psikososiospiritual-nya. Kondisi ini menunjukkan pula bahwa mereka membutuhkan sentuhan pendidikan yang dapat memfasilitasi berkembangnya kepribadian atau karakter yang mantap sehingga mereka dapat mencegah terjadinya penyimpangan perilaku tersebut. Sentuhan pendidikan tersebut adalah layanan bimbingan dan konseling.

Konsepsi Kesehatan Mental
Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd menjelaskan bahwa kesehatan mental merupakan komponen utama dari kohesi sosial, produktivitas, kedamaian, dan stabilitas dalam kehidupan bersama; serta berkontribusi terhadap pengembangan sosial-ekonomi masyarakat. Promosi Kesehatan mental dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan mental (mental well-being) untuk semua lapisan masyarakat, termasuk orang-orang yang mengalami masalah kesehatan mental. Pengembangan dan implementasi perencanaan yang efektif untuk mempromosikan kesehatan mental sangat kondusif bagi peningkatan kesejahteraan mental bagi semua orang.

Menurutnya, kesehatan mental merupakan kondisi kesehatan yang tidak hanya absen dari penyakit (yang bersifat fisik), tetapi terjadinya keseimbangan yang harmonis di antara seluruh dimensi kehidupan individu, yaitu: fisik, mental, sosial, vokasional, dan spiritual. Semua dimensi itu secara terus menerus berinteraksi satu sama lainnya, dan masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh lingkungan.

Kesehatan mental sangatlah penting dalam kehidupan, karena berpengaruh kepada kesejahteraan hidup seseorang. Cara berpikir dan merasa yang sehat berkontribusi terhadap produktivitas dan efektivitas kinerja seseorang, baik dalam bekerja, belajar, maupun dalam aktivitas lainnya. Kesehatan metal berkontribusi terhadap kemampuan seseorang untuk mengambil keputusan, mengatasi stress dan berinteraksi dengan orang lain secara baik.

Kerangka Kerja Bimbingan dan Konseling (BK) Komprehensif dalam Mengembangkan Kesehatan Mental Peserta Didik

Pada abad 21 ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi konvensional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan Bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling) ini bersifat edukatif, perkembangan, dan outreach

Masalah kehidupan saat ini menjadi lebih kompleks. Nilai-nilai tradisional dan keyakinan pribadi individu terkait dengan ukuran sikap dan perilaku yang benar atau salah mengalami keterpurukan. Jutaan anak (terutama usia remaja dan mahasiswa) mengalami masalah, seperti: kecanduan obat- obat terlarang dan alkohol, tindak kekerasan, bunuh diri, tindak kriminal (kejahatan), drop out, pengangguran, dan keterpurukan nilai-nilai moral yang dialami oleh hampir semua negara di dunia ini. Berbagai masalah tersebut tidak hanya membutuhkan tindakan penyembuhan, tetapi yang lebih penting adalah upaya-upaya preventif, yaitu melalui layanan bimbingan secara profesional. Bimbingan membantu individu untuk mencapai keberhasilan dalam berbagai bidang atau aspek kehidupan: pribadi, sosial, pendidikan dan karir.

Secara khusus strategi yang selayaknya ditempuh sekolah dalam membangun mental yang sehat (mental health) peserta didik adalah memperkokoh fungsi dan implementasi layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini sekolah memberdayakan konselor atau guru bimbingan dan konseling. Konselor atau guru bimbingan dan konseling memiliki peranan penting untuk memfasilitasi atau memberikan layanan bantuan (helping) kepada peserta didik agar mampu mengembangkan potensi dirinya, sehingga menjadi sosok pribadi yang sehat mentalnya, yang menunjukkan kemampuan berpikir logis-rasional, kemampuan mengendalikan diri, kemampuan interpersonal, dan kemampuan mengamalkan nilai-nilai spiritual keagamaan.

Untuk merealisasikan pencapaian tujuan yang telah dikemukakan di atas, maka konselor atau guru bimbingan dan konseling dalam mengimplementasikan program bimbingan dan konseling di sekolah, seyogyanya melaksanakan beberapa layanan, yaitu: Layanan dasar, Layanan Responsif, Layanan Perencanaan Individual, dan Layanan Dukungan Sistem.

Prof. Dr. Syamsu Yusuf LN, M.Pd menjelaskan bahwa dalam rangka akselerasi kesehatan mental bagi peserta didik agar berkembang menjadi wellness person atau insan kamil, perlu lebih diperkokoh peranan program bimbingan dan konseling di sekolah, melalui regulasi yang jelas dari pihak pengambil kebijakan atau pemerintah, dan komitmen dari berbagai pihak untuk secara sinergi atau kolaborasi dalam mengimplementasikan program. Penyelenggaraan program bimbingan dan konseling yang dilakukan oleh konselor atau guru bimbingan dan konseling meliputi: layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem. Sementara strategi layanannya adalah bimbingan dalam skala besar (large group guidance), bimbingan klasikal (class room guidance), bimbingan kelompok (small group guidance), konseling individual, dan konseling kelompok.

 

Pewarta: Inforial/Humas UPI

Editor : Zaenal A.


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022