Vaksin COVID-19 IndoVac produksi PT Bio Farma (Persero), Holding BUMN Farmasi, telah resmi mendapatkan sertifikat halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) dan perusahaan akan mengekspor vaksin itu dalam beberapa waktu ke depan.
"Alhamdulillah, Vaksin IndoVac telah resmi memperoleh Fatwa dan Ketetapan Halal dari MUI yang kemudian dijadikan dasar penerbitan Sertifikat Halal oleh BPJPH. Kami memastikan seluruh proses dan rantai produksi Vaksin IndoVac, mulai bahan baku dan prosesnya sampai dengan produk jadi telah memenuhi persyaratan produk halal. IndoVac telah memenuhi kebutuhan aspek halal dan thayyib yang memperkuat jaminan kualitas dan keamanan atas vaksin ini," kata Honesti Basyir, Direktur Utama Bio Farma dalam keterangannya pada Kamis.
Selain itu, fasilitas produksi vaksin IndoVac telah lebih dulu mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada 9 April 2022. Sementara itu, data mutu, potensi, proses produksi zat aktif, produk jadi, dan stabilitas juga telah sesuai dengan kebijakan BPOM.
Berdasarkan UU No. 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal, penyertifikasian kehalalan sebuah produk bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian atas ketersediaan produk halal bagi masyarakat.
Menurutnya, sertifikasi halal menjadi salah satu keunggulan IndoVac di pasar global setelah mendapatkan Emergency Use Listing (EUL) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Selain telah mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari BPOM pada 29 September 2022, Bio Farma sedang mendaftarkan EUL ke WHO agar dapat memenuhi permintaan dari luar negeri. Tentunya sertifikat halal menjadi nilai tambah, khususnya untuk pasar negara-negara Muslim."
Honesti menuturkan, Bio Farma telah melaksanakan uji klinis Vaksin IndoVac tahap 1, 2, dan 3 sesuai dengan standar BPOM, dengan hasil seperti efikasi (khasiat), keamanan, dan imunogenitas yang baik. Keamanan IndoVac dapat terlihat dari hasil uji klinis dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang bersifat ringan, berupa nyeri lokal di sekitar area suntik dengan tidak ada kejadian berintensitas berat.
Selain itu, Vaksin IndoVac juga mampu meningkatkan titer antibodi, sehingga dapat mengurangi risiko seseorang untuk terinfeksi COVID-19.
“EUA telah dirilis oleh BPOM, selanjutnya kami siap untuk memproduksi IndoVac untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi masyarakat Indonesia,” kata dia.
Honesti menambahkan vaksin IndoVac akan segera diekspor dengan tahapan awal diawali dengan mendonasikan vaksin IndoVac, ke sejumlah negara berpenghasilan menengah ke bawah, salah satunya Afrika.
Nantinya, lanjut Honesti, skema donasi melalui kerjasama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility.
Sebelumnya PT Bio Farma (Persero), induk usaha (holding) BUMN Farmasi, mengekspor vaksin polio atau Novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) ke sejumlah negara di Afrika, Eropa, dan Timur Tengah, setelah mendapatkan kontrak permintaan dari UNICEF untuk 2022 dan 2023.
"Saat ini yang membeli produk nOPV2 tersebut adalah UNICEF, secara multilateral. Vaksin nOPV2 menjadi salah satu cara untuk mencegah perluasan wabah polio di dunia. Dengan keberhasilan Bio Farma memproduksi dan mengekspor vaksin nOPV2, kami telah berkontribusi pada kesehatan global sekaligus mampu menyiapkan cadangan (stockpile) bagi kebutuhan dunia," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, melalui keterangan tertulis di Bandung, Rabu.
Honesti menuturkan pendistribusian vaksin polio ke berbagai negara dilakukan Bio Farma setelah UNICEF menerbitkan PO (Purchasing Order) untuk pengiriman vaksin.
Vaksin nOPV2 telah mendapatkan izin penggunaan dalam kondisi darurat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Emergency Use of Listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Negara-negara pengguna nOPV2 antara lain Kamerun, Kongo, Djibouti, Ethiopia, Gambia, Ghana, Nigeria, Senegal, dan Uganda (Afrika). Kemudian Israel dan Ukraina, serta Mesir, Iran, Somalia, dan Yaman (Timur Tengah).
Dia menuturkan produksi vaksin nOPV2 merupakan hasil kolaborasi Bio Farma dan lembaga-lembaga penelitian dunia seperti Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF), PATH, dan WHO.
Selain memproduksi vaksin polio, Bio Farma juga menjadi laboratorium rujukan untuk pemeriksaan setiap sampel virus polio.
Lebih jauh Honesti menyampaikan kontribusi Bio Farma dalam menyediakan vaksin polio telah sejalan dengan salah satu isu prioritas yang akan dibahas dalam Presidensi G20 yaitu pembangunan kesehatan global.
Melalui momentum Presidensi G20, kata dia, Indonesia juga menunjukkan keberhasilan dalam mengendalikan pandemi COVID-19 dan dan Bio Farma menjadi salah satu garda terdepan dalam vaksinasi di Tanah Air.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kantongi sertifikat halal, Bio Farma siap ekspor vaksin Indovac
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
"Alhamdulillah, Vaksin IndoVac telah resmi memperoleh Fatwa dan Ketetapan Halal dari MUI yang kemudian dijadikan dasar penerbitan Sertifikat Halal oleh BPJPH. Kami memastikan seluruh proses dan rantai produksi Vaksin IndoVac, mulai bahan baku dan prosesnya sampai dengan produk jadi telah memenuhi persyaratan produk halal. IndoVac telah memenuhi kebutuhan aspek halal dan thayyib yang memperkuat jaminan kualitas dan keamanan atas vaksin ini," kata Honesti Basyir, Direktur Utama Bio Farma dalam keterangannya pada Kamis.
Selain itu, fasilitas produksi vaksin IndoVac telah lebih dulu mendapatkan sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) pada 9 April 2022. Sementara itu, data mutu, potensi, proses produksi zat aktif, produk jadi, dan stabilitas juga telah sesuai dengan kebijakan BPOM.
Berdasarkan UU No. 33/2014 tentang Jaminan Produk Halal, penyertifikasian kehalalan sebuah produk bertujuan untuk memberikan kenyamanan, keamanan, keselamatan, dan kepastian atas ketersediaan produk halal bagi masyarakat.
Menurutnya, sertifikasi halal menjadi salah satu keunggulan IndoVac di pasar global setelah mendapatkan Emergency Use Listing (EUL) dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Selain telah mendapatkan izin penggunaan darurat (EUA) dari BPOM pada 29 September 2022, Bio Farma sedang mendaftarkan EUL ke WHO agar dapat memenuhi permintaan dari luar negeri. Tentunya sertifikat halal menjadi nilai tambah, khususnya untuk pasar negara-negara Muslim."
Honesti menuturkan, Bio Farma telah melaksanakan uji klinis Vaksin IndoVac tahap 1, 2, dan 3 sesuai dengan standar BPOM, dengan hasil seperti efikasi (khasiat), keamanan, dan imunogenitas yang baik. Keamanan IndoVac dapat terlihat dari hasil uji klinis dengan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) yang bersifat ringan, berupa nyeri lokal di sekitar area suntik dengan tidak ada kejadian berintensitas berat.
Selain itu, Vaksin IndoVac juga mampu meningkatkan titer antibodi, sehingga dapat mengurangi risiko seseorang untuk terinfeksi COVID-19.
“EUA telah dirilis oleh BPOM, selanjutnya kami siap untuk memproduksi IndoVac untuk memenuhi kebutuhan vaksinasi masyarakat Indonesia,” kata dia.
Honesti menambahkan vaksin IndoVac akan segera diekspor dengan tahapan awal diawali dengan mendonasikan vaksin IndoVac, ke sejumlah negara berpenghasilan menengah ke bawah, salah satunya Afrika.
Nantinya, lanjut Honesti, skema donasi melalui kerjasama multilateral Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) COVAX Facility.
Sebelumnya PT Bio Farma (Persero), induk usaha (holding) BUMN Farmasi, mengekspor vaksin polio atau Novel Oral Polio Vaccine type 2 (nOPV2) ke sejumlah negara di Afrika, Eropa, dan Timur Tengah, setelah mendapatkan kontrak permintaan dari UNICEF untuk 2022 dan 2023.
"Saat ini yang membeli produk nOPV2 tersebut adalah UNICEF, secara multilateral. Vaksin nOPV2 menjadi salah satu cara untuk mencegah perluasan wabah polio di dunia. Dengan keberhasilan Bio Farma memproduksi dan mengekspor vaksin nOPV2, kami telah berkontribusi pada kesehatan global sekaligus mampu menyiapkan cadangan (stockpile) bagi kebutuhan dunia," ujar Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir, melalui keterangan tertulis di Bandung, Rabu.
Honesti menuturkan pendistribusian vaksin polio ke berbagai negara dilakukan Bio Farma setelah UNICEF menerbitkan PO (Purchasing Order) untuk pengiriman vaksin.
Vaksin nOPV2 telah mendapatkan izin penggunaan dalam kondisi darurat dari Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) dan Emergency Use of Listing (EUL) dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Negara-negara pengguna nOPV2 antara lain Kamerun, Kongo, Djibouti, Ethiopia, Gambia, Ghana, Nigeria, Senegal, dan Uganda (Afrika). Kemudian Israel dan Ukraina, serta Mesir, Iran, Somalia, dan Yaman (Timur Tengah).
Dia menuturkan produksi vaksin nOPV2 merupakan hasil kolaborasi Bio Farma dan lembaga-lembaga penelitian dunia seperti Bill and Melinda Gates Foundation (BMGF), PATH, dan WHO.
Selain memproduksi vaksin polio, Bio Farma juga menjadi laboratorium rujukan untuk pemeriksaan setiap sampel virus polio.
Lebih jauh Honesti menyampaikan kontribusi Bio Farma dalam menyediakan vaksin polio telah sejalan dengan salah satu isu prioritas yang akan dibahas dalam Presidensi G20 yaitu pembangunan kesehatan global.
Melalui momentum Presidensi G20, kata dia, Indonesia juga menunjukkan keberhasilan dalam mengendalikan pandemi COVID-19 dan dan Bio Farma menjadi salah satu garda terdepan dalam vaksinasi di Tanah Air.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kantongi sertifikat halal, Bio Farma siap ekspor vaksin Indovac
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022