Wakil Ketua Perhimpunan Dokter Gizi Klinik Indonesia (PDGKI) Cabang Banten dr Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK menyarankan keluarga membiasakan makan bersama setidaknya sekali dalam sehari dengan nutrisi seimbang guna mendorong pola makan sehat.

"Hal ini dapat menjadi sarana bagi anak-anak untuk melihat orang tua sebagai contoh yang baik dalam menerapkan pola makan sehat," ujar dia yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah itu melalui keterangan tertulisnya kepada ANTARA, Selasa.

Juwita yang menamatkan gelar magister ilmu gizi dan spesialis gizi klinik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan, penerapan pola makan sehat dapat mencegah timbulnya penyakit, terutama penyakit tidak menular seperti tekanan darah tinggi, diabetes, penyakit jantung, kanker, dan lainnya.

Selain itu, pola makan yang sehat juga dapat meningkatkan kesehatan, menjaga kebugaran dan meningkatkan produktivitas seseorang.

Menurut Juwalita, agar keluarga sebagai lingkup sosial terkecil masyarakat dapat menerapkan pola makan sehat, maka perlu edukasi kepada orangtua sebagai penyedia atau pengatur menu makanan di rumah.

"Selain itu, orangtua juga berperan sebagai role model bagi anak-anaknya dalam menerapkan pola hidup sehat," kata dia.

Cara yang bisa dilakukan untuk memberikan edukasi pola hidup sehat kepada orangtua dapat dimulai dari pendidikan pranikah yang membahas pendidikan gizi keluarga. Edukasi juga dapat diberikan melalui informasi di televisi maupun media sosial dengan bahasa yang mudah dimengerti.

"Selain kepada orangtua, topik hidup sehat dan pola makan sehat sebaiknya juga masuk ke dalam kurikulum pada setiap jenjang pendidikan anak," tutur Juwalita.

Berkaca pada pandemi COVID-19 yang sudah melanda hampir tiga tahun terakhir, Juwalita mencatat masyarakat saat ini lebih sadar untuk memasukkan nutrisi penting ke dalam diet harian.
Tetapi, sayangnya, sebagian besar mereka hanya mengonsumsi nutrisi dalam bentuk suplemen dan tidak diikuti dengan pola makan yang lebih baik.

Hal ini terlihat dari semakin tingginya angka masyarakat yang mengalami peningkatan berat badan yang berlebihan. Kondisi ini juga didorong oleh kebiasaan berkirim makanan dan kemudahan memesan makanan secara daring.
 
Sementara itu pasien COVID-19 dengan gangguan penciuman atau pengecapan memerlukan modifikasi pada makanan mereka agar semua kebutuhan nutrisinya tetap terpenuhi di tengah nafsu makan yang berkurang.

Dokter spesialis gizi klinik dari PPSI Ilmu Gizi Klinik Universitas Indonesia, dr. Juwalita Surapsari, M.Gizi, Sp.GK. mengatakan, modifikasi ini melalui pilihan makanan yang lembut atau bahkan cair.

"Di panduan gizi klinis disebutkan akan mudah ketika seseorang terkena COVID-19, konsumsi makanan yang soft atau liquid," ujar dia dalam sebuah webinar kesehatan, Rabu.

Contoh makanan yang dimaksud misalnya oat ditambah susu low fat, peanut butter untuk menambah rasa dan pisang.

"Yang akhirnya bisa makan whole grain, protein, folat dan B6 dari pisang sehingga mikronutrien juga akan lebih lengkap," kata Juwalita.

Pilihan makanan lainnya yakni bubur kacang hijau tanpa santan. Makanan ini mengandung protein dan serat, folat, B6, magnesium. Selain itu, bisa juga bubur yang diperkaya dengan ubi berwarna oranye (mengandung betakaroten sebagai sumber antioksidan) dan sumber protein seperti telur atau ayam.

Lebih lanjut mengenai kebutuhan vitamin serta mikronutrisi lain dari sayuran dan buah, pasien bisa memilih dalam bentuk jus. Asalkan, mereka perlu memastikan bahan yang digunakan segar dan jus dibuat tanpa gula tambahan. Studi menunjukkan, konsumsi jus bisa membantu mencukupi kebutuhan nutrisi sekaligus menjaga kesehatan pembuluh darah.

Juwalita mengatakan, terganggunya indra penciuman dan pengecapan yang dialami 68-88 persen pasien COVID-19 bisa menurunkan nafsu makan mereka.

Kondisi ini ini dapat menurunkan asupan makanan sehingga berpotensi menyebabkan malnutrisi dan menghambat penyembuhan. Oleh karena itu, perlu modifikasi makanan agar mudah dikonsumsi namun tetap bernutrisi.

"Memang tantangannya makan, walau gejala mereka (pasien) ringan. Artinya mencukupi kebutuhan nutrisi, tidak asal makan saja," tutur Juwalita.


Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Dokter sarankan keluarga biasakan makan bersama minimal sekali sehari

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022