Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir meminta masyarakat menilai kasus penganiayaan salah seorang santri hingga meninggal di Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor (PMDG) dengan proporsional dan tidak menggeneralisasi secara berlebihan.
"Gontor telah berjasa bagi negeri ini dan para lulusannya berkontribusi di banyak ranah kebangsaan dan global. Jangan sampai nila setitik rusak susu sebelanga," kata Haedar melalui keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Kamis.
Haedar berharap publik lebih adil dan bijak dalam menyikapi insiden di Ponpes Gontor tersebut dengan menyerahkan kepada aparat penegak hukum.
"Lebih baik serahkan kasusnya ke ranah hukum untuk diproses secara transparan dan objektif. Hukum adalah instrumen paling baik dan memiliki tingkat kepastian yang dapat menjadi rujukan semua pihak menyelesaikan kasus seperti itu," jelasnya.
Haedar berharap dan percaya pihak Gontor bersikap terbuka dalam menghadapi kasus yang telah menyita keprihatinan publik tersebut, dengan sepenuhnya menyerahkan perkara ke proses hukum.
"Sekaligus pihak Gontor berlapang hati bermuhasabah dan memberi jalan terbuka pada proses hukum, seraya konsolidasi agar hal tersebut tidak terulang kembali dalam bentuk apapun," tambahnya.
PP Muhammadiyah juga menaruh simpati dan duka cita kepada keluarga korban, katanya.
"Semoga diberi kekuatan dan kesabaran, serta dilimpahi rahmat oleh Allah," ujar Haedar Nashir.
Pra Rekonstruksi
Aparat Kepolisian Resor Ponorogo telah menggelar pra-rekonstruksi kasus penganiayaan santri Albar Mahdi (17) hingga tewas yang dilakukan sejumlah oknum santri senior di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Reka kejadian awal itu dilakukan di titik-titik lokasi kejadian penganiayaan, hingga santri Albar Mahdi mulai dievakuasi ke pos kesehatan pondok dan akhirnya dibawa ke IGD rumah sakit.
"Total ada 50 adegan dilakukan saksi dan peran pengganti korban dalam pra-rekonstruksi hari ini,” kata Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono, Rabu.
Dalam prarekonstruksi itu, pelaku yang lebih dari satu orang bersama pemeran pengganti korban memeragakan bagaimana penganiayaan terjadi hingga akhirnya Albar Mahdi dilarikan ke rumah sakit.
Misalnya, ada adegan dimana korban berada di ruangan pramuka, hingga korban dilarikan ke rumah sakit milik ponpes setelah mengalami penganiayaan.
"Poin-poinnya yang penting, seperti penjemputan dan kegiatan sampai meninggal dunia hingga di IGD rumah sakit sudah kami rangkum,"terangnya.
Selain melakukan pra-rekonstruksi, ada sejumlah alat bukti yang juga diamankan mulai dari pentungan, botol air mineral, hingga minyak kayu putih.
“Kami juga mengamankan beberapa barang bukti di TKP,” ujarnya.
Dugaan tindak kekerasan yang mengakibatkan salah satu santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor, terus dilakukan penyelidikan oleh pihak Polres Ponorogo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Haedar Nashir minta masyarakat proporsional memandang kasus Gontor
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
"Gontor telah berjasa bagi negeri ini dan para lulusannya berkontribusi di banyak ranah kebangsaan dan global. Jangan sampai nila setitik rusak susu sebelanga," kata Haedar melalui keterangan tertulis yang diterima di Yogyakarta, Kamis.
Haedar berharap publik lebih adil dan bijak dalam menyikapi insiden di Ponpes Gontor tersebut dengan menyerahkan kepada aparat penegak hukum.
"Lebih baik serahkan kasusnya ke ranah hukum untuk diproses secara transparan dan objektif. Hukum adalah instrumen paling baik dan memiliki tingkat kepastian yang dapat menjadi rujukan semua pihak menyelesaikan kasus seperti itu," jelasnya.
Haedar berharap dan percaya pihak Gontor bersikap terbuka dalam menghadapi kasus yang telah menyita keprihatinan publik tersebut, dengan sepenuhnya menyerahkan perkara ke proses hukum.
"Sekaligus pihak Gontor berlapang hati bermuhasabah dan memberi jalan terbuka pada proses hukum, seraya konsolidasi agar hal tersebut tidak terulang kembali dalam bentuk apapun," tambahnya.
PP Muhammadiyah juga menaruh simpati dan duka cita kepada keluarga korban, katanya.
"Semoga diberi kekuatan dan kesabaran, serta dilimpahi rahmat oleh Allah," ujar Haedar Nashir.
Pra Rekonstruksi
Aparat Kepolisian Resor Ponorogo telah menggelar pra-rekonstruksi kasus penganiayaan santri Albar Mahdi (17) hingga tewas yang dilakukan sejumlah oknum santri senior di lingkungan Pondok Pesantren Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur.
Reka kejadian awal itu dilakukan di titik-titik lokasi kejadian penganiayaan, hingga santri Albar Mahdi mulai dievakuasi ke pos kesehatan pondok dan akhirnya dibawa ke IGD rumah sakit.
"Total ada 50 adegan dilakukan saksi dan peran pengganti korban dalam pra-rekonstruksi hari ini,” kata Kapolres Ponorogo AKBP Catur Cahyono, Rabu.
Dalam prarekonstruksi itu, pelaku yang lebih dari satu orang bersama pemeran pengganti korban memeragakan bagaimana penganiayaan terjadi hingga akhirnya Albar Mahdi dilarikan ke rumah sakit.
Misalnya, ada adegan dimana korban berada di ruangan pramuka, hingga korban dilarikan ke rumah sakit milik ponpes setelah mengalami penganiayaan.
"Poin-poinnya yang penting, seperti penjemputan dan kegiatan sampai meninggal dunia hingga di IGD rumah sakit sudah kami rangkum,"terangnya.
Selain melakukan pra-rekonstruksi, ada sejumlah alat bukti yang juga diamankan mulai dari pentungan, botol air mineral, hingga minyak kayu putih.
“Kami juga mengamankan beberapa barang bukti di TKP,” ujarnya.
Dugaan tindak kekerasan yang mengakibatkan salah satu santri Pondok Pesantren Darussalam Gontor, terus dilakukan penyelidikan oleh pihak Polres Ponorogo.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Haedar Nashir minta masyarakat proporsional memandang kasus Gontor
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022