Presiden Joko Widodo (Jokowi) memaparkan tiga hal yang bisa menjadi fondasi pendongkrak daya saing Indonesia yakni infrastruktur, hilirisasi dan industrialisasi, serta digitalisasi, yang disampaikan saat menghadiri Silatnas PPAD 2022 di Sentul, Kabupaten Bogor, Jumat.
Presiden menyatakan bahwa pemerintah telah berusaha memperkuat ketiga fondasi tersebut, karena peta persaingan global tidak lagi tentang negara besar atau kaya mengalahkan negara kecil atau miskin.
"Ke depan bukan negara besar mengalahkan negara kecil, bukan negara kaya mengalahkan negara miskin, bukan. Pertarungannya, kompetisinya adalah negara cepat akan mengalahkan negara yang lambat dan untuk cepat itu dibutuhkan fondasi-fondasi inilah yang sedang kita kerjakan," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya yang disiarkan kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden.
Presiden menyampaikan aspek infrastruktur dampaknya tidak terasa instan melainkan lima sampai 10 tahun mendatang yang terlihat jelas dalam peta persaingan dengan negara-negara lain.
"Dalam tujuh tahun ini kita sudah bertambah 2.042 km jalan tol, 5.500 km jalan non tol, bandara baru 15, pelabuhan baru 18, bendungan baru 38, irigasi baru 1,1 juta hektare. Inilah fondasi kita untuk berkompetisi dengan negara-negara lain. Mungkin tidka bisa kita rasakan instan sekarang dan efeknya akan ke APBN," ujarnya.
Dalam aspek hilirisasi dan industrialisasi, Presiden menyatakan bahwa kedua hal itu tidak berani dilakukan Indonesia untuk kurun waktu yang cukup panjang.
Presiden mengingatkan bahwa semenjak era VOC masih beroperasi di Hindia Belanda, ekspor selalu dilakukan dalam bentuk bahan mentah dan kerap melupakan untuk mempersiapkan fondasi industrialisasinya.
"Saya beri contoh nikel kita ekspor bertahun-tahun, nilainya 1,1 billion USD tahun 2014, kira-kira Rp15 triliun ekspor bahan mentah. Begitu kita stop 2017, ekspor di 2021 mencapai Rp300 triliun lebih. Dari Rp15 triliun melompat Rp300 triliun, itu baru satu komoditi," ujarnya.
Presiden mengakui keputusan itu menimbulkan gugatan oleh Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) tapi Indonesai tidak gentar karenanya.
"Sampai sekarang gugatan belum selesai karena kita mengajukan alasan-alasan yang masuk akal, barang-barang kita sendiri, nikel-nikel kita sendiri," katanya.
Presiden menyatakan langkah Uni Eropa itu tidak lepas bahwa karena industri baja mereka tidak mendapatkan pasokan bahan baku, sehingga industri tersebut justru beralih ke Indonesia.
Dari industrialisasi tersebut Indonesia mendapatkan keuntungan berupa lompatan pajak sekira 20 kali lipat.
Ia juga menegaskan bahwa pemerintah tidak gentar dengan gugatan ke WTO dan melanjutkan penghentian ekspor mentah untuk timah, bauksit, dan tembaga.
"Tembaga stop, bauksit stop, ini yang akan berkontribusi untuk perekonomian kita dan membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya," ujar Presiden.
Berkenaan dengan fondasi digitalisasi, Presiden secara khusus mengarahkan agar pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) harus memiliki keberanian untuk masuk ke platform.
"Ada 65,4 juta UMKM dan itu memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi kita 61 persen. Jangan lupakan yang kecil-kecil ini, sebab itu kita terus mendorong mereka masuk ke ekosistem digital ini, yang akan menjadi fondasi kuat ekonomi Indonesia," katanya.
Presiden mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi itu harus dilakukan demi mengimbangi dengan produksi domestik bruto (PDB/GDP) Indonesia yang diproyeksikan mencapai peringkat ketujuh dunia pada 2030 dan keempat pada 2045.
"Akhirnya apa? Kalau pertumbuhan ekonomi dan GDP kita baik berkiraakn kita tiga kali lipat yang sekarang dari 1,1 sampai 1,2 triliun USD menjadi di atas 3, akhirnya APBN akan menggelembung lebih besar. Akhirnya apa? Porsi anggaran untuk gaji dan pensiunan juga akan lebih besar," ujarnya.
Silatnas PPAD 2022 turut dihadiri Wakil Presiden RI keenam Try Sutrisno, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto serta Ketua UMUM PPAD Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo.
Hadir pula Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri BUMN Erick Thohir, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa saat ini dunia dalam kondisi yang mengerikan karena pertumbuhan ekonomi yang melemah, namun inflasi juga meningkat sehingga membuat harga sejumlah komoditas naik.
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut saat membuka Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022 di Sentul, Jawa Barat, Jumat.
"Pertumbuhan ekonomi turun tapi inflasi naik, harga-harga barang semua naik. Ini kondisi yang sangat boleh saya sampaikan dunia pada kondisi yang mengerikan," kata Presiden Jokowi seperti disaksikan secara virtual melalui akun YouTube PPAD TNI TV, Jumat.
Presiden menjelaskan bahwa IMF dan Bank Dunia mencatat akan ada 66 negara yang ambruk ekonominya akibat dampak perang dan krisis pangan.
Dari 66 negara tersebut, Kepala Negara menyampaikan bahwa sembilan negara secara bertahap telah berada dalam kondisi perekonomian yang sulit, kemudian disusul 25 negara, dan 42 negara.
Presiden Jokowi menekankan saat ini ada 320 juta orang di dunia yang menderita kelaparan akut dan sebagian besar kelaparan karena perekonomian tidak hanya turun, tetapi juga anjlok.
Negara-negara seperti Singapura, kawasan Eropa, Australia hingga Amerika Serikat, tidak terhindarkan mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi.
Apalagi tingginya harga minyak dunia juga menyumbang tingginya inflasi yang merembet pada harga komoditas pangan dan lainnya.
"Amerika yang biasa kenaikan barang atau inflasi 1 persen, hari ini di posisi 9,1 persen, bensin naik dua kali lipat, Eropa juga sama," kata Presiden Jokowi.
Pemerintah Indonesia juga sudah menaikkan harga Pertalite menjadi Rp7.650 per liter atau 10 persen dari harga sebelumnya. Padahal, dengan kondisi melonjaknya harga minyak dunia, seharusnya harga Pertalite dipatok hingga Rp17.100 per liter.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,64 persen pada Juli 2022 atau adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 111,09 pada Juni menjadi 111,8 pada Juli.
“Pada Juli 2022 terjadi inflasi sebesar 0,64 persen atau terjadi peningkatan IHK dari 111,09 pada Juni 2022 menjadi 111,8,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Margo menjelaskan penyumbang inflasi pada Juli yang sebesar 0,64 persen (mtm) ini utamanya berasal dari kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan cabai rawit.
Dengan terjadinya inflasi pada Juli, maka inflasi tahun kalender Juli 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 3,85 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Juli 2022 terhadap Juli 2021 sebesar 4,94 persen.
Margo menuturkan inflasi pada Juli 2022 sebesar 4,94 persen (yoy) ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015 yakni pada saat itu terjadi inflasi sebesar 6,25 persen (yoy).
Ia mengatakan dari 90 kota IHK, seluruhnya mengalami inflasi, dengan yang tertinggi terjadi di Kendari yaitu sebesar 2,27 persen dan terendah di Pematang Siantar sebesar 0,04 persen.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Presiden paparkan tiga fondasi pendongkrak daya saing Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Presiden menyatakan bahwa pemerintah telah berusaha memperkuat ketiga fondasi tersebut, karena peta persaingan global tidak lagi tentang negara besar atau kaya mengalahkan negara kecil atau miskin.
"Ke depan bukan negara besar mengalahkan negara kecil, bukan negara kaya mengalahkan negara miskin, bukan. Pertarungannya, kompetisinya adalah negara cepat akan mengalahkan negara yang lambat dan untuk cepat itu dibutuhkan fondasi-fondasi inilah yang sedang kita kerjakan," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya yang disiarkan kanal YouTube resmi Sekretariat Presiden.
Presiden menyampaikan aspek infrastruktur dampaknya tidak terasa instan melainkan lima sampai 10 tahun mendatang yang terlihat jelas dalam peta persaingan dengan negara-negara lain.
"Dalam tujuh tahun ini kita sudah bertambah 2.042 km jalan tol, 5.500 km jalan non tol, bandara baru 15, pelabuhan baru 18, bendungan baru 38, irigasi baru 1,1 juta hektare. Inilah fondasi kita untuk berkompetisi dengan negara-negara lain. Mungkin tidka bisa kita rasakan instan sekarang dan efeknya akan ke APBN," ujarnya.
Dalam aspek hilirisasi dan industrialisasi, Presiden menyatakan bahwa kedua hal itu tidak berani dilakukan Indonesia untuk kurun waktu yang cukup panjang.
Presiden mengingatkan bahwa semenjak era VOC masih beroperasi di Hindia Belanda, ekspor selalu dilakukan dalam bentuk bahan mentah dan kerap melupakan untuk mempersiapkan fondasi industrialisasinya.
"Saya beri contoh nikel kita ekspor bertahun-tahun, nilainya 1,1 billion USD tahun 2014, kira-kira Rp15 triliun ekspor bahan mentah. Begitu kita stop 2017, ekspor di 2021 mencapai Rp300 triliun lebih. Dari Rp15 triliun melompat Rp300 triliun, itu baru satu komoditi," ujarnya.
Presiden mengakui keputusan itu menimbulkan gugatan oleh Uni Eropa ke Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) tapi Indonesai tidak gentar karenanya.
"Sampai sekarang gugatan belum selesai karena kita mengajukan alasan-alasan yang masuk akal, barang-barang kita sendiri, nikel-nikel kita sendiri," katanya.
Presiden menyatakan langkah Uni Eropa itu tidak lepas bahwa karena industri baja mereka tidak mendapatkan pasokan bahan baku, sehingga industri tersebut justru beralih ke Indonesia.
Dari industrialisasi tersebut Indonesia mendapatkan keuntungan berupa lompatan pajak sekira 20 kali lipat.
Ia juga menegaskan bahwa pemerintah tidak gentar dengan gugatan ke WTO dan melanjutkan penghentian ekspor mentah untuk timah, bauksit, dan tembaga.
"Tembaga stop, bauksit stop, ini yang akan berkontribusi untuk perekonomian kita dan membuka lapangan pekerjaan sebanyak-banyaknya," ujar Presiden.
Berkenaan dengan fondasi digitalisasi, Presiden secara khusus mengarahkan agar pelaku usaha kecil, mikro, dan menengah (UMKM) harus memiliki keberanian untuk masuk ke platform.
"Ada 65,4 juta UMKM dan itu memberikan kontribusi pada pertumbuhan ekonomi kita 61 persen. Jangan lupakan yang kecil-kecil ini, sebab itu kita terus mendorong mereka masuk ke ekosistem digital ini, yang akan menjadi fondasi kuat ekonomi Indonesia," katanya.
Presiden mengingatkan bahwa pertumbuhan ekonomi itu harus dilakukan demi mengimbangi dengan produksi domestik bruto (PDB/GDP) Indonesia yang diproyeksikan mencapai peringkat ketujuh dunia pada 2030 dan keempat pada 2045.
"Akhirnya apa? Kalau pertumbuhan ekonomi dan GDP kita baik berkiraakn kita tiga kali lipat yang sekarang dari 1,1 sampai 1,2 triliun USD menjadi di atas 3, akhirnya APBN akan menggelembung lebih besar. Akhirnya apa? Porsi anggaran untuk gaji dan pensiunan juga akan lebih besar," ujarnya.
Silatnas PPAD 2022 turut dihadiri Wakil Presiden RI keenam Try Sutrisno, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri Pertahanan Prabowo Subianto serta Ketua UMUM PPAD Letnan Jenderal (Purn) Doni Monardo.
Hadir pula Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri BUMN Erick Thohir, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko, Kepala Staf TNI Angkatan Darat Jenderal Dudung Abdurachman, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa saat ini dunia dalam kondisi yang mengerikan karena pertumbuhan ekonomi yang melemah, namun inflasi juga meningkat sehingga membuat harga sejumlah komoditas naik.
Presiden Jokowi menyampaikan hal tersebut saat membuka Silaturahmi Nasional Persatuan Purnawirawan TNI AD (PPAD) Tahun 2022 di Sentul, Jawa Barat, Jumat.
"Pertumbuhan ekonomi turun tapi inflasi naik, harga-harga barang semua naik. Ini kondisi yang sangat boleh saya sampaikan dunia pada kondisi yang mengerikan," kata Presiden Jokowi seperti disaksikan secara virtual melalui akun YouTube PPAD TNI TV, Jumat.
Presiden menjelaskan bahwa IMF dan Bank Dunia mencatat akan ada 66 negara yang ambruk ekonominya akibat dampak perang dan krisis pangan.
Dari 66 negara tersebut, Kepala Negara menyampaikan bahwa sembilan negara secara bertahap telah berada dalam kondisi perekonomian yang sulit, kemudian disusul 25 negara, dan 42 negara.
Presiden Jokowi menekankan saat ini ada 320 juta orang di dunia yang menderita kelaparan akut dan sebagian besar kelaparan karena perekonomian tidak hanya turun, tetapi juga anjlok.
Negara-negara seperti Singapura, kawasan Eropa, Australia hingga Amerika Serikat, tidak terhindarkan mengalami pelemahan pertumbuhan ekonomi.
Apalagi tingginya harga minyak dunia juga menyumbang tingginya inflasi yang merembet pada harga komoditas pangan dan lainnya.
"Amerika yang biasa kenaikan barang atau inflasi 1 persen, hari ini di posisi 9,1 persen, bensin naik dua kali lipat, Eropa juga sama," kata Presiden Jokowi.
Pemerintah Indonesia juga sudah menaikkan harga Pertalite menjadi Rp7.650 per liter atau 10 persen dari harga sebelumnya. Padahal, dengan kondisi melonjaknya harga minyak dunia, seharusnya harga Pertalite dipatok hingga Rp17.100 per liter.
Sebelumnya Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,64 persen pada Juli 2022 atau adanya kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 111,09 pada Juni menjadi 111,8 pada Juli.
“Pada Juli 2022 terjadi inflasi sebesar 0,64 persen atau terjadi peningkatan IHK dari 111,09 pada Juni 2022 menjadi 111,8,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin.
Margo menjelaskan penyumbang inflasi pada Juli yang sebesar 0,64 persen (mtm) ini utamanya berasal dari kenaikan harga cabai merah, tarif angkutan udara, bawang merah, bahan bakar rumah tangga, dan cabai rawit.
Dengan terjadinya inflasi pada Juli, maka inflasi tahun kalender Juli 2022 terhadap Desember 2021 sebesar 3,85 persen dan inflasi tahun ke tahun (yoy) Juli 2022 terhadap Juli 2021 sebesar 4,94 persen.
Margo menuturkan inflasi pada Juli 2022 sebesar 4,94 persen (yoy) ini merupakan yang tertinggi sejak Oktober 2015 yakni pada saat itu terjadi inflasi sebesar 6,25 persen (yoy).
Ia mengatakan dari 90 kota IHK, seluruhnya mengalami inflasi, dengan yang tertinggi terjadi di Kendari yaitu sebesar 2,27 persen dan terendah di Pematang Siantar sebesar 0,04 persen.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Presiden paparkan tiga fondasi pendongkrak daya saing Indonesia
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022