Minyak menguat pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), setelah seorang pejabat AS mengatakan bahwa peningkatan produksi minyak Saudi tidak diharapkan, dan karena investor mempertanyakan apakah OPEC memiliki ruang untuk secara signifikan meningkatkan produksi minyak mentah mereka.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September terangkat 2,06 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi menetap di 101,16 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 1,81 dolar AS atau 1,9 persen, menetap ditutup di 97,59 dolar AS per barel.

Baca juga: Produksi minyak mentah Indonesia 616,6 ribu barel hingga Juni 2022

Kedua kontrak acuan tersebut mengalami penurunan persentase mingguan terbesar dalam waktu sekitar satu bulan, sebagian besar di tengah kekhawatiran awal pekan ini bahwa resesi yang mendekat akan memangkas permintaan. Brent kehilangan 5,5 persen dalam penurunan mingguan ketiga, sementara WTI turun 6,9 persen dalam penurunan mingguan kedua.

Komentar selama kunjungan Presiden AS Joe Biden di Timur Tengah datang pada saat kapasitas cadangan di anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) hampir habis.

“Bagian dari dukungan adalah bahwa setiap orang dan saudara mereka yang menggali situasi Saudi melihat bahwa mereka tidak memiliki banyak kapasitas tersisa,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Biden, didorong oleh kepentingan energi dan keamanan, tiba di Jeddah pada Jumat (15/7/2022) dan diperkirakan akan meminta Arab Saudi untuk memompa lebih banyak minyak.

Tetapi Amerika Serikat tidak mengharapkan Arab Saudi untuk segera meningkatkan produksi minyak dan mengincar hasil pertemuan OPEC+ berikutnya pada 3 Agustus, seorang pejabat AS mengatakan kepada Reuters.

"Jika pasar mengharapkan pengumuman antara Presiden Biden dan (Putra Mahkota Saudi) Mohammed Bin Salman bahwa produksi minyak akan ditingkatkan, mereka sangat kecewa," kata Andrew Lipow dari Lipow Oil Associates di Houston.

Baca juga: Minyak naik di Asia diperdagangkan 99,90 dolar AS per barel

"Tapi saya pikir dalam beberapa minggu mendatang, terutama pada pertemuan OPEC mendatang, kita mungkin melihat peningkatan produksi dari Arab Saudi dan Uni Emirat Arab."

Amerika Serikat masih dapat mengamankan komitmen bahwa OPEC akan meningkatkan produksi dalam beberapa bulan ke depan dengan harapan akan memberikan sinyal ke pasar bahwa pasokan akan datang jika diperlukan.

Sementara itu, jumlah rig minyak AS, indikator awal produksi masa depan, naik tipis dua rig menjadi 599 rig minggu ini ke level tertinggi sejak Maret 2020, kata perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.

Baca juga: Minyak jatuh menetap di 99,10 dolar AS per barel

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022