Harga minyak terus melemah di perdagangan Asia pada Kamis sore, karena investor menilai kembali risiko resesi dan dampak kenaikan suku bunga di negara-negara ekonomi utama terhadap permintaan bahan bakar.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 1,4 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan di 104,78 dolar AS per barel pada pukul 06.43 GMT. Minyak mentah berjangka Brent jatuh 1,3 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 110,40 dolar AS per barel.
Kedua kontrak acuan minyak jatuh sebanyak tiga dolar AS per barel di perdagangan Asia pagi hari, setelah jatuh sekitar 3,0 persen di sesi sebelumnya. Mereka berada di level terendah sejak pertengahan Mei.
Investor terus menilai seberapa khawatir mereka tentang bank-bank sentral yang berpotensi mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi ketika mereka berusaha untuk mengekang inflasi dengan kenaikan suku bunga.
"Pasar minyak tetap di bawah tekanan karena investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga AS akan menghambat pemulihan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar," kata Kazuhiko Saito, kepala analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
"Hedge fund AS dan Eropa telah menjual posisi mereka menjelang akhir kuartal kedua, yang juga mendinginkan sentimen investor," katanya. Ia memprediksi WTI bisa turun di bawah 100 dolar AS per barel sebelum liburan 4 Juli di Amerika Serikat.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada Rabu (22/6/2022) bahwa bank sentral tidak mencoba untuk merekayasa resesi untuk menghentikan inflasi tetapi berkomitmen penuh untuk mengendalikan harga-harga sekalipun jika hal itu berisiko terhadap penurunan ekonomi.
Analis dari Haitong Futures menulis: "Dengan lebih banyak data yang membuktikan bahwa pasokan minyak mentah Rusia kurang terpengaruh oleh sanksi daripada yang diperkirakan kebanyakan orang sebelumnya, sisi pasokan mungkin melihat peningkatan yang lebih besar dari perkiraan dalam waktu dekat."
Baca juga: Minyak jatuh di 111,74 dolar AS per barel
Baca juga: Harga minyak sedikit menguat di tengah permintaan kuat
Baca juga: Harga minyak naik setelah jatuh enam persen karena kekhawatiran ekonomi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 1,4 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi diperdagangkan di 104,78 dolar AS per barel pada pukul 06.43 GMT. Minyak mentah berjangka Brent jatuh 1,3 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 110,40 dolar AS per barel.
Kedua kontrak acuan minyak jatuh sebanyak tiga dolar AS per barel di perdagangan Asia pagi hari, setelah jatuh sekitar 3,0 persen di sesi sebelumnya. Mereka berada di level terendah sejak pertengahan Mei.
Investor terus menilai seberapa khawatir mereka tentang bank-bank sentral yang berpotensi mendorong ekonomi dunia ke dalam resesi ketika mereka berusaha untuk mengekang inflasi dengan kenaikan suku bunga.
"Pasar minyak tetap di bawah tekanan karena investor khawatir bahwa kenaikan suku bunga AS akan menghambat pemulihan ekonomi dan mengurangi permintaan bahan bakar," kata Kazuhiko Saito, kepala analis di Fujitomi Securities Co Ltd.
"Hedge fund AS dan Eropa telah menjual posisi mereka menjelang akhir kuartal kedua, yang juga mendinginkan sentimen investor," katanya. Ia memprediksi WTI bisa turun di bawah 100 dolar AS per barel sebelum liburan 4 Juli di Amerika Serikat.
Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan pada Rabu (22/6/2022) bahwa bank sentral tidak mencoba untuk merekayasa resesi untuk menghentikan inflasi tetapi berkomitmen penuh untuk mengendalikan harga-harga sekalipun jika hal itu berisiko terhadap penurunan ekonomi.
Analis dari Haitong Futures menulis: "Dengan lebih banyak data yang membuktikan bahwa pasokan minyak mentah Rusia kurang terpengaruh oleh sanksi daripada yang diperkirakan kebanyakan orang sebelumnya, sisi pasokan mungkin melihat peningkatan yang lebih besar dari perkiraan dalam waktu dekat."
Baca juga: Minyak jatuh di 111,74 dolar AS per barel
Baca juga: Harga minyak sedikit menguat di tengah permintaan kuat
Baca juga: Harga minyak naik setelah jatuh enam persen karena kekhawatiran ekonomi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022