Pudensia alias Dea, salah satu warga Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), bercerita berhasil menjadi pegawai bandara, dari sebelumnya seorang honorer tanpa gaji di salah satu puskesmas, setelah mengikuti Program Kartu Prakerja.

"Saya mulai mengikuti prakerja itu waktu masih honorer di puskesmas. Kami di NTT honorer tidak digaji," kata Dea, saat tanya jawab dengan Presiden Joko Widodo pada acara "Temu Raya #KitaPrakerja" di Sentul International Convention Center (SICC) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Dea mengaku mengetahui program tersebut sejak awal penerimaan gelombang pertama dari internet, namun tidak mudah baginya untuk bisa lolos menjadi peserta Kartu Prakerja. Ia baru lolos menjadi peserta pada penerimaan gelombang ke-13.

Kemudian, katanya, ia tekun mengikuti pelatihan prakerja melalui platform karier.mu selama menjadi peserta, meski dalam keterbatasan sambungan internet di kampungnya yang tidak stabil.

"Pelatihannya ada tiga jenis. Setelah ikut, puji Tuhan waktu itu saya diterima di bandara terpencil di NTT, Bandara Sabu Raijua," katanya.

Setelah selesai melakukan tanya jawab dengan Presiden Jokowi, Dea kemudian dijanjikan hadiah laptop, sesuai permintaannya dengan alasan laptop milik Dea rusak, sedangkan tiga alumni Program Kartu Prakerja lainnya yang juga bertanya jawab dengan presiden diberikan hadiah, masing-masing satu unit sepeda.
Sementara Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di tempat yang sama menyebutkan bahwa salah satu capaian program Kartu Prakerja saat ini, yaitu 30 persen pesertanya sudah tidak menganggur alias sudah bekerja dan membuka usaha sendiri.

"Sebanyak 30 persen dari yang sebelumnya menganggur kini sudah bekerja atau berusaha. Sebanyak 66 persen menggunakan sertifikasi prakerja untuk mendapatkan pekerjaan," ujarnya.

Menurutnya, program dengan jumlah 12,8 juta peserta itu menjadi pembayaran government to people (G to P) yang paling masif dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal itu membuat Indonesia menjadi negara paling siap di forum UNESCO, terkait informasi digital.

"Di UNESCO, terkait informasi digital, dari hampir seluruh negara yang memaparkan, yang paling siap insya Allah adalah Indonesia. Perdana Menteri Belanda juga ingin melihat Program Kartu Prakerja," kata Airlangga.

Acara "Temu Raya #KitaPrakerja" ini dihadiri sekitar 8.000 alumni Program Kartu Prakerja. Turut hadir pula Menteri Keuangan Sri Mulyani, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

Dalam kesempatan yang sama Presiden Joko Widodo menyebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai salah satu motor penggerak keberhasilan Program Kartu Prakerja.
"Yang saya hormati Pak Menko Perekonomian. Beliau ini "motor"-nya yang menggerakkan Kartu Prakerja, bersama dengan Ibu Deni dan mas Hengki Sihombing (dua orang manajemen pelaksana) beserta seluruh PMO yang tergabung dalamnya," kata Presiden dalam sambutannya pada acara Temu Raya Alumni Program Kartu Prakerja di Sentul International Convention Centre, Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Jokowi mengapresiasi kinerja Airlangga dan manajemen pelaksana Program Kartu Prakerja, karena berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 88,9 persen penerima Kartu Prakerja mengaku keterampilannya meningkat.

"Artinya, hasilnya ketemu 88,9 persen. Ini yang harus saya apresiasi, Pak Menko beserta seluruh tim," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Airlangga melaporkan kepada Jokowi bahwa Program Kartu Prakerja mendapat pujian dari beberapa negara sahabat, salah satunya Belanda. Menurutnya, Program Kartu Prakerja dapat ditiru di berbagai negara berkembang. "Kami juga melihat bahwa program ini dinilai lembaga eksternal, seperti CSIS, BPS, kemudian dari Jepang ada J-PAL Southeast Asia, UNDP, Bank Dunia, dengan TNP2K. Seluruhnya menemukan bahwa program ini berdampak positif dalam peningkatan skill dan kepekerjaan pesertanya dan ini mempertegas dampak positif dari Program Kartu Prakerja," ujar Airlangga.


Evaluasi program

Presiden RI Joko Widodo meminta seluruh jajarannya tetap mengevaluasi Program Kartu Prakerja, meskipun sejauh ini program tersebut terbukti bermanfaat dan berhasil meningkatkan keterampilan para pesertanya.

"Saya rasa sudah jelas semua manfaat (Kartu Prakerja). Ini yang harus saya apresiasi, Pak Menko beserta seluruh tim, dan kita harapkan terus dievaluasi, dikoreksi, diperbaiki. Masukan-masukan saya kira banyak diterima," kata Presiden dalam acara Temu Raya Alumni Program Kartu Prakerja, di Sentul International Convention Centre, Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Dalam acara tersebut sejumlah perwakilan alumni mengusulkan adanya pendampingan bagi para alumni usai mengikuti pelatihan, agar para alumni betul-betul bisa mengaplikasikan keterampilan maupun memasarkan produk usai pelatihan.

Menurut Jokowi, usulan semacam itu sangat baik dan akan ditindaklanjuti seluruh jajarannya. "Tadi bagus, yang harus didampingi saya kira juga baik. Nanti kalau ada yang minta di-endorse lagi, ya di-endorse, satu-satu, nggak apa semuanya. Produknya kalau perlu. Karena memang situasi dunia sekarang bukan situasi gampang. Semua negara mengalami kenaikan inflasi. Semua negara mengalami kenaikan harga pangan. Semua negara mengalami kenaikan harga BBM. Semuanya," jelas Presiden.

Presiden berpesan agar alumni Program Kartu Prakerja dan masyarakat lain untuk tetap produktif guna memajukan bangsa. Dia menekankan sumber daya manusia lebih penting dari pada sumber daya alam.

"Sumber daya alam banyak, kalau sumber daya SDM tidak mendukung, tidak ada artinya. Tapi kalau sumber daya alam ada, didukung SDM yang baik seperti yang ada di kanan-kiri saya ini, ini yang nanti akan membuat negara ini maju," jelas Presiden.
 

Pewarta: M Fikri Setiawan

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022