Presiden Joko Widodo menyebut Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebagai salah satu motor penggerak keberhasilan Program Kartu Prakerja.

"Yang saya hormati Pak Menko Perekonomian. Beliau ini "motor"-nya yang menggerakkan Kartu Prakerja, bersama dengan Ibu Deni dan mas Hengki Sihombing (dua orang manajemen pelaksana) beserta seluruh PMO yang tergabung dalamnya," kata Presiden dalam sambutannya pada acara Temu Raya Alumni Program Kartu Prakerja di Sentul International Convention Centre, Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Jokowi mengapresiasi kinerja Airlangga dan manajemen pelaksana Program Kartu Prakerja, karena berdasarkan hasil survei Badan Pusat Statistik (BPS), sebanyak 88,9 persen penerima Kartu Prakerja mengaku keterampilannya meningkat.

"Artinya, hasilnya ketemu 88,9 persen. Ini yang harus saya apresiasi, Pak Menko beserta seluruh tim," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Airlangga melaporkan kepada Jokowi bahwa Program Kartu Prakerja mendapat pujian dari beberapa negara sahabat, salah satunya Belanda. Menurutnya, Program Kartu Prakerja dapat ditiru di berbagai negara berkembang.
"Kami juga melihat bahwa program ini dinilai lembaga eksternal, seperti CSIS, BPS, kemudian dari Jepang ada J-PAL Southeast Asia, UNDP, Bank Dunia, dengan TNP2K. Seluruhnya menemukan bahwa program ini berdampak positif dalam peningkatan skill dan kepekerjaan pesertanya dan ini mempertegas dampak positif dari Program Kartu Prakerja," ujar Airlangga.


Tak nganggur

Sebelumnya Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebutkan capaian program Kartu Prakerja, saat ini 30 persen pesertanya sudah tidak menganggur alias sudah bekerja dan membuka usaha sendiri.

"Sebanyak 30 persen dari yang sebelumnya menganggur kini sudah bekerja atau berusaha. Sebanyak 66 persen (peserta) menggunakan sertifikasi prakerja untuk mendapatkan pekerjaan," ungkapnya di hadapan Presiden Joko Widodo dan alumni Program Kartu Prakerja dalam acara "Temu Raya #KitaPrakerja" di Sentul International Convention Center (SICC) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.

Menurutnya, program dengan jumlah 12,8 juta peserta itu menjadi pembayaran G to P (Government to People) yang paling masif dibandingkan dengan negara-negara lain. Hal itu membuat Indonesia menjadi negara paling siap di forum UNESCO terkait informasi digital.

"Di UNESCO, terkait informasi digital, dari hampir seluruh negara yang memaparkan, yang paling siap, Insya Allah adalah Indonesia. Perdana Menteri Belanda juga ingin melihat Program Kartu Prakerja," kata Airlangga.
Di samping itu, program ini juga menjadi inklusi keuangan, karena sebanyak 93 persen peserta program memilih menggunakan e-money, dan sebanyak 28 persen peserta baru mengenal rekening bank atau e-money melalui Program Kartu Prakerja.

Kemudian, menurut Airlangga, Program Kartu Prakerja juga berhasil menggerakkan pasar pelatihan prakerja dengan nilai belanja dari pemerintah sekitar Rp6 triliun.

"Pasar yang dibentuk dari pelatihan prakerja adalah pasar pelatihan, nilainya adalah Rp6 triliun, sebelum pelatihan pasarnya kosong. Keberhasilan ini menggabungkan supply and demand," tuturnya.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022