Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bogor, Jawa Barat, menyebutkan penyebaran penyakit mulut dan kuku (PMK) hewan sapi di rumah potong hewan (RPH) Bubulak mulai meluas menjadi 40 ekor dari semula tujuh ekor.
 
Kepala Unit Pelaksanaan Teknis Dinas (UPTD) RPH Terpadu Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bogor Didong Suherbi saat dikonfirmasi di Kota Bogor, Jumat, mengatakan puluhan sapi yang terindikasi PMK masih dalam pemeriksaan.
 
"Memang sudah ada 40 ekor, tetapi baru terindikasi karena gejalanya hampir sama seperti PMK. Sudah ditangani dan hasil lab belum ada disebutkan PMK," ujarnya.
 
Didong menyampaikan, tujuh sapi yang lebih dulu positif PMK pun sudah sembuh dan dalam proses pemulihan, sehingga mengindikasikan gejala yang dialami memang masih tergolong tidak parah. Demikian pula puluhan sapi lain yang kini bergejala mirip PMK itu tidak parah.
 
Terlebih, pemisahan sapi yang sedang dalam kondisi sakit diduga PMK juga telah dilakukan sejak temuan pada tujuh sapi yang dinyatakan positif menurut pengumuman DKPP pada Selasa, (7/6).
 
Kemudian pada Kamis (16/6), Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bogor, kata Didong, telah membantu melakukan penyemprotan disinfektan.
 
Sejumlah dokter hewan dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor juga terus berkeliling memeriksa kesehatan sapi, kambing dan domba yang ada di RPH Bubulak dan tempat lain.
 
"Jadi perlu disampaikan ke masyarakat, penanganan PMK di RPH sudah ketat. Hewan yang di RPH aman dan PMK tidak berbahaya untuk manusia," katanya.
 
Menurut Didong, titik cegat mobil pembawa hewan di lima titik perbatasan dengan bekerja sama Dinas Perhubungan (Dishub) dan Polresta Bogor Kota juga terus memantau lalu lalang distribusi sapi, kambing dan domba.
 
"Pengawasan juga terus dilakukan. Mobil hewan tidak mudah masuk dan keluar sekarang. Harus benar-benar menunjukkan surat keterangan yang menyatakan hewan sehat," ujarnya.
 

Tutup pasar hewan
 
Sebelumnya Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat menutup sementara pasar hewan di area Rumah Potong Hewan (RPH) Bubulak selama 14 hari akibat temuan sebanyak tujuh sapi bergejala penyakit mulut dan kuku (PMK).

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Anas Rasmana saat dikonfirmasi  di Kota Bogor, mengatakan penutupan dilakukan untuk menghindari potensi penyebaran PMK kepada 400 sapi lain di pasar hewan area RPH Bubulak.
 
"Sama seperti pasien yang terkena COVID-19 pada manusia ada masa karantina, untuk hewan yang terkena PMK juga kami karantina supaya penyakitnya tidak menyebar," ujar Anas.
 
Anas menerangkan, PMK pada tujuh sapi itu mulai terdeteksi setelah empat hari berada di pasar hewan area RPH Bubulak Kota Bogor.
 
Ketujuh sapi datang dari wilayah Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah dengan dokumen Surat Keterangan kesehatan hewan (SKKH) lengkap dari pengirim dan terlihat sehat sehingga lolos dari pos penyekatan di Kota Bogor pada Minggu (29/5).

Selanjutnya, pada Rabu (1/6) ketujuh sapi menujukan gejala PMK dan terus semakin nampak sehingga pada Sabtu (4/6) dilakukan uji klinis dan kini tengah menunggu hasil laboratorium
 
"Jadi negatif atau positif sapi-sapi itu PMK baru malam ini mungkin ada hasil, besok sudah ada kepastian," kata Anas.
 
Sementara ini, kata Anas, RPH hanya berjalan untuk pemotongan sapi kebutuhan daging di pasar tradisional. Sedangkan Ratusan sapi yang berjarak 10 meter sampai 3 kilometer dari lokasi sapi bergejala PMK menjalankan karantina selama 14 hari.
 
Karantina sapi dan upaya pencegahan penularan dilakukan agar persediaan hewan kurban jelang Idul Adha 1443 Hijriah tidak terimbas kekurangan terlalu banyak.
 
"Yang untuk dipotong terus berjalan, kesehatannya juga dipantau. Tapi untuk persiapan kurban yang sekarang terimbas di RPH," terangnya.
 

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022