Institut Pertanian Bogor (IPB) membentuk Satuan Tugas (Satgas) Pengendalian penyakit mulut dan kuku (PMK) yang terdiri atas 198 mahasiswa kedokteran hewan untuk membantu tenaga medis memastikan persiapan sapi, kambing dan domba menjelang Idul Adha 1443 Hijriah di wilayah Jabodebek.
“Tingkat kematian pada kasus ini di bawah lima persen. Penanganan dini dari penyakit ini akan memberikan tingkat kesembuhan yang tinggi. Beberapa obat yang dapat diberikan untuk PMK adalah antibiotik, anti radang, dan vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh,” kata I Wayan Teguh Wibawan pada sebuah webinar yang dikutip dari keterangan tertulis IPB University.
Menurut Wayan Teguh, kunci dari penanganan PMK di Indonesia adalah dengan mengendalikan lalu lintas ternak, penerapan biosekuriti yang ketat, serta pelaksanaan vaksinasi.
“Terdapat tujuh serotipe virus PMK yang ada di dunia dan yang paling banyak menginfeksi adalah serotype A dan O,” katanya.
Sementara itu, Drh Pebi Purwo Suseno dari Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian Republik Indonesia, menyampaikan bahwa penyakit PMK yang menyerang ternak di Indonesia adalah serotype O.
“Sapi merupakan spesies indikator, yaitu hewan yang menunjukkan gejala sangat jelas. Babi merupakan 'amplifying host', yaitu inang yang dapat mempercepat replikasi dari virus PMK. Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang tidak menunjukkan gejala klinis jelas,” tuturnya.
Beberapa prinsip pencegahan penularan penyakit PMK, kata dia, adalah mencegah kontak hewan peka seperti sapi, kerbau, domba, kambing, dan babi dengan virus PMK.
Menurut dia, upaya pencegahan penyakit PMK yang utama adalah biosekuriti. Hewan dapat ditransportasikan dengan dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan berwenang terlebih dahulu untuk mendapatkan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
“Daging yang berasal dari hewan penderita PMK yang tidak sengaja tersembelih aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan bagi manusia. Beberapa herbal dan jamu yang mampu meningkatkan kekebalan dapat diaplikasikan untuk menangani PMK,” imbuhnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Ketua Satgas Pengendalian PMK IPB yang juga Dekan Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis Institut tersebut, Prof Deni Noviana dalam jumpa pers di Kafe Taman Koleksi IPB di Kota Bogor, Rabu, mengatakan, ratusan mahasiswa kedokteran hewan itu sudah terbiasa melakukan pemantauan kesehatan hewan, sehingga diharapkan dapat membantu pengendalian PMK bagi pemerintah.
"Jadi yang pertama mereka sebelum ke lapangan akan diberikan pelatihan dulu. Pelatihannya biasanya sekitar dua hari, bagaimana mereka terbiasa, mereka sih sebenarnya sudah terbiasa. Tapi tetap ada pelatihan dulu, setelah itu diterjunkan ke lapangan H-1," katanya.
Prof Deni menyampaikan, 198 mahasiswa kedokteran hewan yang akan membantu pengendalian PMK di Jakarta, Kota dan Kabupaten Bogor, Depok dan Kota serta Kabupaten Bekasi itu melakukan pemeriksaan klinis kesehatan hewan menjelang hari H Idul Kurban.
Selanjutnya pada hari H, bersama-sama tim pemantauan PMK dari pemerintah daerah, tim Satgas Pengendalian PMK IPB juga akan ikut penyembelihan hewan kurban.
Mereka juga akan memeriksa kelayakan daging dari hewan kurban yang baru saja dipotong, termasuk jeroan seperti hati dan lain-lain.
"Setelah itu, jika dipastikan ada yang kurang baik itu biasanya disampaikan ke pengurus DKM kemudian nanti harus dipisahkan. Kalau dagingnya yang baik tentu bisa didistribusikan," ungkap Prof Deni.
Menurut Prof Deni, Satgas Pengendalian IPB bisa ditempatkan selama dua hari pada Hari Raya Idul Adha di daerah yang melaksanakan penyembelihan tidak hanya pada hari H.
Mereka akan menyebar bukan hanya di rumah potong hewan (RPH), tetapi juga di masjid-masjid dan lokasi penyembelihan di lingkungan warga.
Bukan di RPH, tapi kan pasti ada yang menyembelih di luar RPH. Jadi karena itu kita menugaskan mereka ke lapang, di masjid tertentu biasanya ada penyembelihan," jelasnya.
Tingkat Kematiannya Rendah
Guru Besar Imunologi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University Prof I Wayan Teguh Wibawan menyatakan bahwa penyakit mulut dan kuku (PMK) merupakan penyakit hewan berkuku genap yang mudah menular tapi tingkat kematiannya rendah.Bukan di RPH, tapi kan pasti ada yang menyembelih di luar RPH. Jadi karena itu kita menugaskan mereka ke lapang, di masjid tertentu biasanya ada penyembelihan," jelasnya.
Tingkat Kematiannya Rendah
“Tingkat kematian pada kasus ini di bawah lima persen. Penanganan dini dari penyakit ini akan memberikan tingkat kesembuhan yang tinggi. Beberapa obat yang dapat diberikan untuk PMK adalah antibiotik, anti radang, dan vitamin untuk meningkatkan kekebalan tubuh,” kata I Wayan Teguh Wibawan pada sebuah webinar yang dikutip dari keterangan tertulis IPB University.
Menurut Wayan Teguh, kunci dari penanganan PMK di Indonesia adalah dengan mengendalikan lalu lintas ternak, penerapan biosekuriti yang ketat, serta pelaksanaan vaksinasi.
“Terdapat tujuh serotipe virus PMK yang ada di dunia dan yang paling banyak menginfeksi adalah serotype A dan O,” katanya.
Sementara itu, Drh Pebi Purwo Suseno dari Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Jenderal (Ditjen) Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian Republik Indonesia, menyampaikan bahwa penyakit PMK yang menyerang ternak di Indonesia adalah serotype O.
“Sapi merupakan spesies indikator, yaitu hewan yang menunjukkan gejala sangat jelas. Babi merupakan 'amplifying host', yaitu inang yang dapat mempercepat replikasi dari virus PMK. Domba dan kambing merupakan hewan ternak yang tidak menunjukkan gejala klinis jelas,” tuturnya.
Beberapa prinsip pencegahan penularan penyakit PMK, kata dia, adalah mencegah kontak hewan peka seperti sapi, kerbau, domba, kambing, dan babi dengan virus PMK.
Menurut dia, upaya pencegahan penyakit PMK yang utama adalah biosekuriti. Hewan dapat ditransportasikan dengan dilakukan pemeriksaan oleh dokter hewan berwenang terlebih dahulu untuk mendapatkan surat keterangan kesehatan hewan (SKKH).
“Daging yang berasal dari hewan penderita PMK yang tidak sengaja tersembelih aman untuk dikonsumsi dan tidak membahayakan bagi manusia. Beberapa herbal dan jamu yang mampu meningkatkan kekebalan dapat diaplikasikan untuk menangani PMK,” imbuhnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022