Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis sore, ditutup relatif stagnan di tengah kekhawatiran tingginya inflasi global.

IHSG ditutup melemah tipis 0,25 poin ke posisi 7.148,72. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 16,88 poin atau 1,6 persen ke posisi 1.039,9.

Baca juga: IHSG BEI diperkirakan bergerak variatif cenderung melemah


"Indeks saham di Asia sore ini Kamis ditutup turun, tertekan oleh kekhawatiran investor mengenai inflasi yang tinggi dan ancaman resesi ekonomi," tulis Tim Riset Phillip Sekuritas dalam ulasannya di Jakarta, Kamis.

Rilis sejumlah data ekonomi AS semalam memicu kekhawatiran bahwa bank sentral AS The Federal Reserve akan perlu lebih tegas (hawkish) dalam mengontrol lonjakan inflasi.

Data ISM Manufacturing Index bulan Mei dan data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) untuk bulan April keluar lebih baik dari ekspektasi sehingga memperkuat keyakinan investor bahwa The Fed akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuan secara agresif untuk memperlambat laju inflasi.
Keyakinan investor itu juga diperkuat oleh komentar dari sejumlah pejabat The Fed yang meminta agar suku bunga acuan terus dinaikkan.

Presiden Federal Reserve Bank San Francisco Mary Daly dan Presiden Federal Reserve Bank St. Louis James Bullard mendukung rencana kenaikan suku bunga sebesar 50 bps bulan ini.

Sementara Presiden Federal Reserve Bank Richmond Thomas Barkin mengatakan pengetatan kebijakan moneter untuk saat ini adalah sesuatu yang sangat masuk akal.

Baca juga: IHSG BEI menguat seiring aksi beli asing

Dari dalam negeri, data S&P Global Indonesia Manufacturing PMI turun ke level 50,8 pada Mei dari level 51,9 pada bulan sebelumnya, sekaligus menjadi pertumbuhan positif selama sembilan bulan beruntun meskipun dengan laju yang paling lemah.

Selain itu, tingkat inflasi umum Indonesia naik menjadi 3,55 persen (yoy) pada Mei, tertinggi sejak Desember 2017 dan lebih tinggi dari estimasi pasar 3,6 persen (yoy). Pada saat yang sama, inflasi inti melambat menjadi 2,58 persen (yoy) dari 2,6 persen pada April yang juga merupakan tingkat tertinggi dalam 23 bulan terakhir.
Dibuka melemah, tak lama IHSG menguat namun kembali terkoreksi jelang penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG masih tak mampu beranjak dari teritori negatif hingga penutupan perdagangan bursa saham.

Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor meningkat dimana sektor teknologi naik paling tinggi yaitu 4,43 persen, diikuti sektor transportasi & logistik dan sektor barang konsumen non primer masing-masing 2,01 persen dan 0,2 persen.

Sedangkan tujuh sektor terkoreksi dimana sektor barang baku turun paling dalam yaitu minus 1,6 persen, diikuti sektor keuangan dan sektor energi masing-masing minus 1,3 persen dan minus 0,9 persen.

Baca juga: IHSG BEI diprediksikan datar jelang libur Hari Lahir Pancasila

Penutupan IHSG sendiri diiringi aksi beli saham oleh investor asing di seluruh pasar yang ditunjukkan dengan jumlah beli bersih asing di seluruh pasar sebesar Rp341,75 miliar. Sedangkan di pasar reguler tercatat aksi beli asing dengan jumlah beli bersih Rp661,01 miliar.

Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.672.321 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 25 miliar lembar saham senilai Rp20,55 triliun. Sebanyak 278 saham naik, 263 saham menurun, dan 151 tidak bergerak nilainya.

Bursa saham regional Asia sore ini antara lain indeks Nikkei melemah 44,01 poin atau 0,16 persen ke 27.413,88, indeks Hang Seng turun 212,81 poin atau 1 persen ke 21.082,13, dan indeks Straits Times terkoreksi 16,17 poin atau 0,5 persen ke 3.227,83.

 

Pewarta: Citro Atmoko

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022