Entomolog Kesehatan Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bogor, Jawa Barat, Fairuz Hayati menjelaskan potensi dan pencegahan kasus pasien penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) di daerahnya yang biasa dijuluki Kota Hujan sangat dimungkinkan atas faktor cuaca dan tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan.
Menurut Fairuz saat menerangkan mengenai penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus, di Kota Bogor, Minggu, perlu diwaspadai masyarakat Kota Bogor karena memiliki curah hujan yang tinggi.
Baca juga: Kasus DBD Bogor rata-rata di atas 100 pasien selama 4 bulan terakhir
"Julukan kota hujan bagi Kota Bogor, salah satunya karena memang lebih sering hujan dibanding daerah lain. Memberantas sarang nyamuk harus jadi agenda masyarakat yang memiliki lingkungan banyak genangan, sebab DBD dapat menyebabkan kematian," katanya.
Fairuz menyampaikan curah hujan yang tinggi menyebabkan potensi genangan air semakin tinggi, terlebih pada tempat-tempat yang jarang digunakan, atau tidak terawat dengan baik.
Selayaknya nyamuk, Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus juga senang berada di genangan air pada tempat yang jarang dibersihkan.
Penyakit DBD yang dapat menyebabkan kematian dengan gejala demam tinggi mendadak, sakit kepala, ruam, nyeri otot dan sendi, mual dan muntah serta kelelahan dan pada kasus yang parah terjadi pendarahan hebat dan syok membahayakan nyawa penderitanya.
Fairuz pun mengingatkan pada tahun 2021, jumlah kematian akibat penyakit DBD di Indonesia mencapai 472 orang dan di Kota Bogor dalam empat bulan terakhir mulai Januari-April 2022, rata-rata di atas 100 kasus pasien DBD.
Terlebih, menurut data Dinas Kesehatan Kota Bogor, selama Januari-April 2022 terdapat 511 orang diserang penyakit DBD. Pada Bulan Januari di musim penghujan kasus pasien DBD mencapai 129 orang. Kemudian turun pada Bulan Februari menjadi 75 orang, melonjak 100 persen menjadi 155 orang pada bulan Maret dan mulai turun pada April menjadi 152 orang.
Menurutnya, masyarakat harus mulai menggalakkan kembali 3M plus, yakni menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mendaur ulang atau memanfaatkan barang-barang yang dapat menampung air hujan.
Ditambah mencegah gigitan dan pengembangbiakan nyamuk dengan delapan langkah yaitu memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, tidur menggunakan kelambu dan memasang kawat kasa di lubang ventilasi.
Selanjutnya, menggunakan lotion antinyamuk, tidak menggantung pakaian yang sudah dipakai, memasang perangkap telur nyamuk yang disebut ovitrap/lavitrap/
mosquito trap dan pengendalian larva atau jentik nyamuk dengan pemberian larvasida yang bertujuan untuk membunuhnya.
Baca juga: Warga Kota Bogor meninggal dunia karena DBD bertambah satu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022
Menurut Fairuz saat menerangkan mengenai penyakit yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus, di Kota Bogor, Minggu, perlu diwaspadai masyarakat Kota Bogor karena memiliki curah hujan yang tinggi.
Baca juga: Kasus DBD Bogor rata-rata di atas 100 pasien selama 4 bulan terakhir
"Julukan kota hujan bagi Kota Bogor, salah satunya karena memang lebih sering hujan dibanding daerah lain. Memberantas sarang nyamuk harus jadi agenda masyarakat yang memiliki lingkungan banyak genangan, sebab DBD dapat menyebabkan kematian," katanya.
Fairuz menyampaikan curah hujan yang tinggi menyebabkan potensi genangan air semakin tinggi, terlebih pada tempat-tempat yang jarang digunakan, atau tidak terawat dengan baik.
Selayaknya nyamuk, Aedes Aegypti dan Aedes Albocpictus juga senang berada di genangan air pada tempat yang jarang dibersihkan.
Penyakit DBD yang dapat menyebabkan kematian dengan gejala demam tinggi mendadak, sakit kepala, ruam, nyeri otot dan sendi, mual dan muntah serta kelelahan dan pada kasus yang parah terjadi pendarahan hebat dan syok membahayakan nyawa penderitanya.
Fairuz pun mengingatkan pada tahun 2021, jumlah kematian akibat penyakit DBD di Indonesia mencapai 472 orang dan di Kota Bogor dalam empat bulan terakhir mulai Januari-April 2022, rata-rata di atas 100 kasus pasien DBD.
Terlebih, menurut data Dinas Kesehatan Kota Bogor, selama Januari-April 2022 terdapat 511 orang diserang penyakit DBD. Pada Bulan Januari di musim penghujan kasus pasien DBD mencapai 129 orang. Kemudian turun pada Bulan Februari menjadi 75 orang, melonjak 100 persen menjadi 155 orang pada bulan Maret dan mulai turun pada April menjadi 152 orang.
Menurutnya, masyarakat harus mulai menggalakkan kembali 3M plus, yakni menguras dan membersihkan tempat penampungan air secara rutin, menutup rapat-rapat tempat penampungan air, mendaur ulang atau memanfaatkan barang-barang yang dapat menampung air hujan.
Ditambah mencegah gigitan dan pengembangbiakan nyamuk dengan delapan langkah yaitu memelihara ikan pemakan jentik nyamuk, menanam tanaman pengusir nyamuk, tidur menggunakan kelambu dan memasang kawat kasa di lubang ventilasi.
Selanjutnya, menggunakan lotion antinyamuk, tidak menggantung pakaian yang sudah dipakai, memasang perangkap telur nyamuk yang disebut ovitrap/lavitrap/
mosquito trap dan pengendalian larva atau jentik nyamuk dengan pemberian larvasida yang bertujuan untuk membunuhnya.
Baca juga: Warga Kota Bogor meninggal dunia karena DBD bertambah satu
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022