Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto memberi penjelasan mengenai Direktur Perumda Trans Pakuan Lies Permana Lestari yang sudah mengundurkan diri pada April 2022 dapat diterima pemerintah kota karena alasan yang tidak dapat ditolak, yakni karena pribadi dan keluarga.
 
Bima saat dikonfirmasi mengenai pengunduran diri Lies di Kota Bogor, Rabu, mengatakan dirinya sempat menyayangkan pengunduran diri direktur Perumda Trans Pakuan yang baru lima bulan menjabat itu sejak 2 Desember 2021 itu.

Baca juga: Bima Arya: Layanan Biskita Trans Pakuan bukan cari untung
 
"Saya sempat bilang, bu Lies kan bagus kerjanya, bu Lies juga masih mencapai banyak target, saya masih membutuhkan bu Lies, tapi kalau pertimbangan pribadi dan keluarga tentu saya hargai," kata Bima.
 
Bima mengungkapkan, sebetulnya, selama Lies Permana Lestari mengawal Perusahaan Daerah Jasa Transportasi (PDJT) pada akhir tahun 2021 hingga saat disahkan DPRD Kota Bogor berganti nama menjadi Perumda Trans Pakuan memiliki prestasi cukup baik.
 
Biskita Trans Pakuan yang merupakan transportasi baru Kota Bogor dengan sistem subsidi dari Kementerian Perhubungan melalui program buy the service (BTS) oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).

Transportasi baru kota hujan itu merupakan bus ukuran sedang yang menggantikan Bus Trans Pakuan dikelola PDJT sebelumnya yang gagal manajemen dan menyisakan sejumlah tanggung jawab keuangan yang belum terselesaikan.
 
Antara lain hutang gaji karyawan sebesar Rp2,5 miliar, kejelasan aset Rp35 miliar yang kini dikabarkan tinggal Rp600 juta dan amanat Gubernur Jawa Barat soal uji tuntas aset sebelum menggunakan dana penyertaan modal pemerintah (PMP) Rp5,5 miliar.

Baca juga: Bima Arya sebut Manajemen Perumda Trans Pakuan masih solid
 
Biskita Trans Pakuan hadir dengan konsep baru, fasilitas bus memadai dan memiliki jaminan operasional karena disubsidi oleh Kemenhub dengan BTS yang membayar setiap ritase bus yang beroperasi setiap harinya.
 
Kehadiran bus Biskita Trans Pakuan ini sempat memberi kesan ambigu dalam pengelolaannya karena ternyata dikelola oleh tiga perusahaan yakni Koperasi Duta Jasa Angkutan Mandiri (Kodjari) sebagai pemilik bus, PDJT sebagai pengelola operasional dan PT Eka Sari Lorena Transport yang membantu di sisi sumber daya manusia (SDM) untuk manajemen dan operasional di awal dengan sebutan Konsorsium.
 
Lalu dikabarkan PT Eka Sari Lorena Transport sudah tidak ikut lagi dalam mengelola Biskita Trans Pakuan tersebut dan menyisakan dua perusahaan lainnya, yakni Kodjari dan PDJT yang kini disebut Perumda Trans Pakuan.

Belakangan dikonfirmasi Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto bahwa sejak awal bentuk kerja sama pengelolaan Biskita Trans Pakuan adalah kerja sama operasional (KSO) oleh Pemerintah Kota Bogor disubsidi Kemenhub terhadap bus milik Kodjari.
 
Hal itu karena pemerintah Kota Bogor tidak memiliki anggaran cukup untuk membeli bus sendiri dalam program konversi tiga angkutan kota (angkot) menjadi satu bus atau 3:1, untuk mengatasi kesemerawutan transportasi umum di dalam kota.

Sejak 2 November 2021 diluncurkan dengan Plt Dirut PDJT dipegang oleh Eko Harry Wibisono, Biskita Trans Pakuan hanya beberapa bus di dua koridor, setelah berganti ke tangan Lies, sesuai rencana Pemerintah Kota Bogor sudah mencapai 49 bus di empat koridor menggantikan 147 angkot pada 15 Desember 2021.

Baca juga: Dishub Bogor telaah permintaan 54 aset halte oleh Perumda Trans Pakuan
 
Ada 49 bus bus itu tersebar di koridor Stasiun Bogor-Terminal Ciparigi, Parung Banteng-Air Mancur, Terminal Bubulak-Cidangiang (Botani Square) dan Terminal Bubulak hingga Ciawi.
 
PDJT yang berganti jadi Perumda Trans Pakuan itu, sebelumnya sempat dicecar DPRD yang dihadapi Dirutnya Lies Permana Lestari meski tidak terlalu paham permasalahan di masa lalu. Ia juga diminta untuk menyiapkan rencana program pengembangan bisnis Perumda Trans Pakuan selain Biskita Trans Pakuan, seperti iklan di halte, bengkel dan lain-lain.
 
Sejumlah pertanyaan soal bagi hasil atau persentase antara Kodjari sebagai pemilik bus dengan Perumda Trans Pakuan sebagai perusahaan operasional Biskita Trans Pakuan juga bergulir. Terlebih e-katalog yang menjadi acuan pembayaran subsidi Kemenhub juga dikabarkan berada di Kodjari.

Namun demikian, Bima menegaskan alasan pengunduran diri Lies memang karena pertimbangan urusan pribadi dan keluarga. Selama menjabat jadi direktur Perumda Trans Pakuan, Lies bahkan membuktikan prestasi secara nasional, karena Biskita Trans Pakuan menjadi bus dengan layanan BTS terbaik di Indonesia.
 
Lies bersama Pemerintah Kota Bogor sempat memaparkan capaian ritase dan meminimalisasi sanksi BPTJ sehingga progres layanan Biskita Trans Pakuan berkembang positif.
 
Bima pun mengatakan Pemerintah Kota Bogor pun telah menunjuk Plt Direktur Perumda Trans Pakuan, yang kemudian dikonfirmasi Wakil Wali Kota Bogor Dedi A. Rachim adalah Rachma Nissa Fadliya yang telah aktif sejak 1 Mei 2022.


Baca juga: DPRD Kota Bogor setujui Perda yang sahkan status Perumda Trans Pakuan
Rachma merupakan tiga besar dalam lelang jabatan direktur PDJT pada tahun lalu, bersama Lies Permana Lestari dan Wahyu Setiawan.
 
"Jadi sekitar sebulan lalu, Bu Lies sampaikan permohonannya untuk mengundurkan diri karena alasan pribadi dan keluarga. Setelah berdialog cukup lama dengan Lies saya bisa memahami dan bisa menerima, tetapi saya minta Bu Lies menyiapkan dulu lah, berpikir. Kemudian datang lagi beberapa waktu kemudian, menyampaikan hal yang sama, saya minta bu Lies untuk menyelesaikan dulu tugasnya, koordinasi dengan pengawas. Kemudian saya segera mengambil langkah untuk menunjuk Plt dari internal," jelasnya.

Pewarta: Linna Susanti

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022