Bank Indonesia mencatat utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV-2021 mencapai 415,1 miliar dolar AS atau turun dari posisi triwulan sebelumnya yang sebesar 424 miliar dolar AS.

Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Erwin Haryono menyatakan penurunan itu disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik yakni pemerintah dan bank sentral serta sektor swasta.

Baca juga: BI: Utang luar negeri RI turun 5,9 miliar dolar AS per November 2021

“Secara tahunan posisi ULN triwulan IV-2021 terkontraksi 0,4 persen (yoy) setelah tumbuh 3,8 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya,” katanya di Jakarta, Selasa.

Untuk ULN pemerintah pada triwulan IV-2021 tercatat sebesar 200,2 miliar dolar AS turut menurun dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 205,5 miliar dolar AS atau terkontraksi 3 persen (yoy) setelah tumbuh 4,1 persen (yoy) pada triwulan III-2021.

Penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo dan pelunasan sebagian pokok pinjaman di triwulan IV 2021.
Di samping itu, volatilitas di pasar keuangan global yang cenderung tinggi turut berpengaruh pada perpindahan investasi dari SBN ke instrumen lain sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor nonresiden pada SBN.

Sepanjang triwulan IV-2021, ULN pemerintah tetap diarahkan pada pembiayaan sektor produktif dan diutamakan untuk mendukung belanja prioritas termasuk kelanjutan upaya mengakselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Baca juga: Bank Indonesia catat utang luar negeri RI menurun pada Oktober

Hingga akhir 2021, 17,9 persen dari ULN pemerintah telah mendukung kinerja pada sektor administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib sedangkan 17,2 persen untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial.

Kemudian 16,5 persen untuk sektor jasa pendidikan, sebesar 15,5 persen untuk sektor konstruksi dan sebesar 12,1 persen untuk sektor jasa keuangan dan asuransi.

Dari sisi risiko refinancing, posisi ULN pemerintah triwulan IV-2021 masih relatif aman dan terkendali mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah.
Sementara itu untuk posisi ULN swasta juga menurun yakni tercatat sebesar 205,9 miliar dolar AS pada triwulan IV 2021 dari 209,3 miliar dolar AS pada triwulan sebelumnya atau terkontraksi 0,9 persen (yoy) setelah tumbuh 0,6 persen (yoy) dari triwulan sebelumnya.

“Penurunan itu sejalan dengan pembayaran neto pinjaman dan utang lainnya selama periode triwulan IV-2021,” ujar Erwin.

Baca juga: BI catat utang luar negeri RI triwulan I capai 415,6 miliar dolar AS

Perkembangan ini disebabkan oleh semakin dalamnya kontraksi ULN lembaga keuangan menjadi 4,2 persen (yoy) dari minus 2,7 persen (you) pada triwulan III serta kontraksi ULN korporasi bukan lembaga keuangan menjadi 0,01 persen setelah tumbuh 1,5 persen (yoy) pada triwulan III-2021.

Berdasarkan sektor, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin, sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan serta penggalian dengan pangsa mencapai 76,7 persen dari total ULN swasta.
“ULN tersebut tetap didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,4 persen terhadap total ULN swasta,” katanya.

Bank Indonesia memastikan ULN Indonesia pada triwulan IV-2021 tetap terkendali yakni tercermin dari rasio ULN Indonesia terhadap PDB yang terjaga di kisaran 35 persen atau menurun dibandingkan rasio pada triwulan sebelumnya sebesar 37 persen.

Selain itu, struktur ULN Indonesia juga sehat ditunjukkan oleh ULN jangka panjang yang lebih dominan dengan pangsa mencapai 88,3 persen dari total ULN.

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2022