ANTARAJAWABARAT.com, 30/12 - Untuk menghadapi tantangan dan persaingan global ke depan, Jawa Barat sudah selayaknya dipimpin oleh orang yang mampu dan cakap berkomunikasi, baik dengan Pemerintah Pusat maupun dengan Pemerintah Daerah Tingkat Dua yang ada di wilayah itu.
Komunikasi dengan Pemerintah Pusat dan dengan Pemerintah Daerah Tingkat Dua itu penting, karena sukses tidaknya dalam bidang pembangunan perekonomian maupun politik, oleh karena itu pemimpin Jabar masa depan harus cakap dalam berkomunikasi, kata pakar politik Universitas Padjadjaran Bandung Prof Dede Mariana di Bandung, Jumat.
Dalam diskusi renungan akhir tahun bertema "Sosok Seperti Apa yang Harus Memimpin Jawa Barat ke Depan" yang digagas wartawan Bandung, Dede Mariana mengatakan, guna mewujudkan cita-cita dan keinginan warga Jawa Barat itu, pemimpin masa depan perlu memiliki beberapa kriteria selain cakap berkomunikasi tersebut.
Diantaranya, kata Dede yang juga Staf Ahli Gubernur Jabar itu, yakni harus paham dengan karakteristik geografis dan budaya masyarakat Jabar, merakyat, soleh, mampu membina hubungan dengan pusat maupun daerah tingkat dua, dan paham birokrasi.
"Kriteria seperti itu penting mengingat Jabar posisinya bertetangga dengan ibu kota negara, Jakarta dan masyarakatnya yang heterogen," kata Dede Mariana.
Menyinggung soal kepemimpinan Gubernur Jabar saat ini, Ahmad Heryawan, Dede berpendapat, banyak kebijakan pembangunan yang dilakukannya miss-komunikasi dengan keinginan masyarakatnya.
"Sebagai contoh kasus yang dianggap miss-komunikasi, diantaranya pengembangan Jabar selatan, pengembangan pabrik gula yang digagas APTRI, industri rotan dan batik Cirebon, pembangunan Bandara Kertajati Majalengka dan pengembangan kawasan lembah silikon," kata Dede.
Ditanya mengenai kepemimpinan Ahmad Heryawan secara umum, Dede mengatakan, berdasarkan penilaian Pemerintah Pusat, Ahmad Heryawan ternyata banyak memperoleh berbagai penghargaan.
"Saya tidak bisa mengatakan, kepemimpinan Ahmad Heryawan layak mendapat rapor merah atau hijau, yang pasti yang bersangkutan dalam beberapa bulan terakhir ini banyak memperoleh penghargaan dari Pemerintah Pusat," tukasnya.
Sementara itu pembicara lainnya yang juga pakar politik Unpad, Dr Indra Prawira berpendapat, Jabar akan lebih maju bila dipimpin oleh orang yang tepat, yakni sosok yang dekat dengan semua partai politik, merakyat, banyak bersilaturahim, yang mampu dan cakap berpolitik.
Terkait dengan suksesi Jabar pada 2013, Indra berpendapat, sudah banyak tokoh yang mencalonkan diri untuk menduduki kursi "Jabar Satu", namun sebagian besar belum ada yang memenuhi kriteria sosok pemimpin Jabar masa depan yang mumpuni.
Berdasarkan catatan ANTARA, hingga saat ini sudah ada sejumlah tokoh yang mendaftarkan diri sebagai calon Gubernur Jabar untuk bertarung pada Pilkada 2013, diantaranya Rieke Diah Pitaloka (Oneng), Dedi Supardi (Bupati Cirebon), Eep Hidayat (Bupati Subang), Edi Darnadi (mantan Kapolda Jabar), Dada Rosada (Wali Kota Bandung), Dede Macan Yusuf Effendy (Wagub Jabar) dan Iwan Sulanjana (mantan Pangdam III/Siliwangi).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011
Komunikasi dengan Pemerintah Pusat dan dengan Pemerintah Daerah Tingkat Dua itu penting, karena sukses tidaknya dalam bidang pembangunan perekonomian maupun politik, oleh karena itu pemimpin Jabar masa depan harus cakap dalam berkomunikasi, kata pakar politik Universitas Padjadjaran Bandung Prof Dede Mariana di Bandung, Jumat.
Dalam diskusi renungan akhir tahun bertema "Sosok Seperti Apa yang Harus Memimpin Jawa Barat ke Depan" yang digagas wartawan Bandung, Dede Mariana mengatakan, guna mewujudkan cita-cita dan keinginan warga Jawa Barat itu, pemimpin masa depan perlu memiliki beberapa kriteria selain cakap berkomunikasi tersebut.
Diantaranya, kata Dede yang juga Staf Ahli Gubernur Jabar itu, yakni harus paham dengan karakteristik geografis dan budaya masyarakat Jabar, merakyat, soleh, mampu membina hubungan dengan pusat maupun daerah tingkat dua, dan paham birokrasi.
"Kriteria seperti itu penting mengingat Jabar posisinya bertetangga dengan ibu kota negara, Jakarta dan masyarakatnya yang heterogen," kata Dede Mariana.
Menyinggung soal kepemimpinan Gubernur Jabar saat ini, Ahmad Heryawan, Dede berpendapat, banyak kebijakan pembangunan yang dilakukannya miss-komunikasi dengan keinginan masyarakatnya.
"Sebagai contoh kasus yang dianggap miss-komunikasi, diantaranya pengembangan Jabar selatan, pengembangan pabrik gula yang digagas APTRI, industri rotan dan batik Cirebon, pembangunan Bandara Kertajati Majalengka dan pengembangan kawasan lembah silikon," kata Dede.
Ditanya mengenai kepemimpinan Ahmad Heryawan secara umum, Dede mengatakan, berdasarkan penilaian Pemerintah Pusat, Ahmad Heryawan ternyata banyak memperoleh berbagai penghargaan.
"Saya tidak bisa mengatakan, kepemimpinan Ahmad Heryawan layak mendapat rapor merah atau hijau, yang pasti yang bersangkutan dalam beberapa bulan terakhir ini banyak memperoleh penghargaan dari Pemerintah Pusat," tukasnya.
Sementara itu pembicara lainnya yang juga pakar politik Unpad, Dr Indra Prawira berpendapat, Jabar akan lebih maju bila dipimpin oleh orang yang tepat, yakni sosok yang dekat dengan semua partai politik, merakyat, banyak bersilaturahim, yang mampu dan cakap berpolitik.
Terkait dengan suksesi Jabar pada 2013, Indra berpendapat, sudah banyak tokoh yang mencalonkan diri untuk menduduki kursi "Jabar Satu", namun sebagian besar belum ada yang memenuhi kriteria sosok pemimpin Jabar masa depan yang mumpuni.
Berdasarkan catatan ANTARA, hingga saat ini sudah ada sejumlah tokoh yang mendaftarkan diri sebagai calon Gubernur Jabar untuk bertarung pada Pilkada 2013, diantaranya Rieke Diah Pitaloka (Oneng), Dedi Supardi (Bupati Cirebon), Eep Hidayat (Bupati Subang), Edi Darnadi (mantan Kapolda Jabar), Dada Rosada (Wali Kota Bandung), Dede Macan Yusuf Effendy (Wagub Jabar) dan Iwan Sulanjana (mantan Pangdam III/Siliwangi).
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2011