PT Indonesia Power menjalin sinergi dengan masyarakat untuk melindungi hutan di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum agar debit air tetap stabil untuk menggerakkan turbin-turbin pembangkit listrik.
 
"Saguling punya cara untuk mengantisipasi perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan. Kami sudah kerja sama dengan masyarakat untuk melestarikan sungai," kata Direktur Utama Indonesia Power Ahsin Sidqi di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
 
Sidqi menjelaskan masa pakai mesin turbin dan peralatan pembangkit listrik tenaga air sangat bergantung dengan kondisi air sungai. Tingkat korosi yang tinggi akibat sampah yang mencemari sungai dapat mengurangi keawetan mesin pembangkit, sehingga kegiatan penanaman pohon dan pembersihan sampah menjadi upaya menjaga keberlangsungan PLTA di sepanjang Sungai Citarum.
 
"Ketergantungan kami kepada masyarakat ada untuk menjaga kelestarian DAS sehingga debit air cukup untuk menggerakkan turbin-turbin di PLTA," ujar Sidqi.
 
PLTA Saguling memiliki kapasitas daya listrik mencapai 700,72 megawatt dan berkontribusi sebesar 2,5 persen dari sistem Jawa-Bali yang memiliki total kapasitas 27,7 gigawatt.
 
Pembangkit ini mengemban fungsi utama yaitu baseload, stabilizer dan mengurangi emisi karena menggunakan energi terbarukan yang bersumber dari air.
 
General Manager PLTA Saguling Rusdiansyah mengatakan pihaknya melakukan penghijauan dengan menanam pohon keras, seperti mangga untuk menjaga kerapatan vegetasi tanaman di DAS Citarum.
 
 
Selain itu ada juga pohon energi jenis kaliandra dan gamal yang akan ditanam di area lahan seluas 300 hektare milik perusahaan yang berfungsi bagi ekosistem sungai sekaligus bahan baku energi biomassa.
 
"Waduk ini bentuknya seperti jari-jari meliputi lima kecamatan dan ini nanti yang kami lakukan penghijauan," kata Rusdiansyah.
 
"Pilot project 100 pohon kaliandra dan 100 pohon gamal. Rencana dua minggu ke depan kami tanam perdana," tambahnya.
 
Selain melakukan upaya penanaman pohon, Indonesia Power juga melibatkan masyarakat bersama Dansatgas Sektor IX untuk membersihkan Sungai Citarum dari sampah terutama eceng gondok yang luasnya telah mencapai 94 hektare.
 
Mereka mengambil eceng gondok itu untuk diolah menjadi briket yang nantinya digunakan sebagai bahan bakar biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap.
 
Dalam dua tahun terakhir, Indonesia Power telah menjalankan Program Biomass Operating System of Saguling (BOSS) guna merawat waduk tetap bersih dari sampah dan gulma eceng gondok.
 
"Produksi sekarang masih kecil dalam sehari hanya satu ton briket karena ini masih skala pilot project," jelas Rusdiansyah.
 
Beroperasi sejak 1985, pembangkit yang dikelola dan dioperasikan oleh Indonesia Power sebagai anak usaha PT PLN (Persero) ini merupakan pembangkit pendukung beban puncak di sistem Jawa-Bali.
 
Listrik ramah lingkungan dari PLTA Saguling disalurkan melalui Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi (GITET) Saguling dan diinterkonesikan ke jaringan seluruh Jawa dan Bali melalui Saluran Utama Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) 500 kilovolt.
 
 
Saat terjadi kendala listrik, pembangkit listrik yang memasok kebutuhan Cibinong, Cirata, dan Bandung Selatan, tersebut akan dialihkan ke jaringan Jawa dan Bali.
 
Selain itu PLTA Saguling juga berfungsi sebagai pengatur frekuensi sistem dengan menerapkan Load Frequency Control (LFC).

Baca juga: PLTA Saguling berfungsi sebagai filter air di Sungai Citarum

Baca juga: Panelis asing puji strategi Gubernur Jabar pulihkan DAS Citarum

Baca juga: Gubernur Jabar: Air Sungai Citarum sudah bisa digunakan budi daya ikan

Pewarta: Sugiharto Purnama

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021