Universitas Padjadjaran (Unpad) Bandung bersama Universitas Tsukuba di Jepang mengembangkan tomat tahan simpan yang tidak cepat busuk dan rusak dan tomat tanpa biji untuk mendukung ketahanan pangan di Tanah Air.
"Ini adalah dua buah tomat yang bisa dikembangkan untuk mengatasi atau menjawab permasalahan tentang pascapanen dan untuk menjawab masalah di dalam produksi tomat khususnya di dataran suhu tinggi," kata Dosen di Unpad Syariful Mubarok dalam Webinar Riset dan Inovasi Ketahanan Pangan sebagai rangkaian dari Ritech Expo 2021 di Jakarta, Kamis.
Dosen Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Syariful Mubarok bersama tim melakukan rekayasa genetika dan rekayasa budidaya terhadap tanaman tomat.
Syariful dan tim menggunakan pendekatan molekular genetika yaitu dengan melakukan mutasi pada gen terkait biosintesis etilen dan atau aksi dari etilen sehingga proses pematangan yang lebih cepat pada pascapanen dapat dihambat.
Dengan demikian, dapat meminimalkan kehilangan kualitas pascapanen produk segar tomat.
Syariful menuturkan pengembangan tomat tahan simpan bertujuan untuk mengatasi masalah pascapanen yakni buah cepat rusak, busuk atau tidak tahan simpan di mana tomat mudah busuk jika disimpan dalam waktu lama di suhu ruangan.
Sementara pengembangan tomat tanpa biji dilakukan untuk menjawab masalah budidaya tomat pada suhu tinggi.
Pada suhu tinggi biasanya proses pembentukan buah tomat seperti tomat beef terhambat yang disebabkan oleh sterilitas dari polen atau serbuk sari yang menyebabkan gagalnya pembuahan, sehingga buah tidak akan terbentuk.
Selama ini tomat beef hanya bisa berproduksi secara optimal jika ditanam di dataran tinggi yang bersuhu rendah. Itu mengakibatkan terjadinya penurunan produksi buah tomat jika dilakukan di dataran dengan suhu tinggi.
Diharapkan dengan hasil riset tersebut, tomat tahan simpan dan tanpa biji dapat menjawab kebutuhan bangsa untuk menyediakan produk segar tomat yang tidak cepat busuk dan mendukung budidaya tomat di dataran suhu tinggi sehingga produksi tomat dapat meningkat.
Baca juga: BRIN dan Unpad selesaikan uji praklinis kuning telur kandidat vaksin pasif COVID-19
Baca juga: Alat pelacak COVID-19 "CePAD" karya Unpad ditawarkan di Dubai Expo 2021
Baca juga: Agar PLTS atap berhasil, pakar Unpad beberkan beberapa catatan ini
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Ini adalah dua buah tomat yang bisa dikembangkan untuk mengatasi atau menjawab permasalahan tentang pascapanen dan untuk menjawab masalah di dalam produksi tomat khususnya di dataran suhu tinggi," kata Dosen di Unpad Syariful Mubarok dalam Webinar Riset dan Inovasi Ketahanan Pangan sebagai rangkaian dari Ritech Expo 2021 di Jakarta, Kamis.
Dosen Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran Syariful Mubarok bersama tim melakukan rekayasa genetika dan rekayasa budidaya terhadap tanaman tomat.
Syariful dan tim menggunakan pendekatan molekular genetika yaitu dengan melakukan mutasi pada gen terkait biosintesis etilen dan atau aksi dari etilen sehingga proses pematangan yang lebih cepat pada pascapanen dapat dihambat.
Dengan demikian, dapat meminimalkan kehilangan kualitas pascapanen produk segar tomat.
Syariful menuturkan pengembangan tomat tahan simpan bertujuan untuk mengatasi masalah pascapanen yakni buah cepat rusak, busuk atau tidak tahan simpan di mana tomat mudah busuk jika disimpan dalam waktu lama di suhu ruangan.
Sementara pengembangan tomat tanpa biji dilakukan untuk menjawab masalah budidaya tomat pada suhu tinggi.
Pada suhu tinggi biasanya proses pembentukan buah tomat seperti tomat beef terhambat yang disebabkan oleh sterilitas dari polen atau serbuk sari yang menyebabkan gagalnya pembuahan, sehingga buah tidak akan terbentuk.
Selama ini tomat beef hanya bisa berproduksi secara optimal jika ditanam di dataran tinggi yang bersuhu rendah. Itu mengakibatkan terjadinya penurunan produksi buah tomat jika dilakukan di dataran dengan suhu tinggi.
Diharapkan dengan hasil riset tersebut, tomat tahan simpan dan tanpa biji dapat menjawab kebutuhan bangsa untuk menyediakan produk segar tomat yang tidak cepat busuk dan mendukung budidaya tomat di dataran suhu tinggi sehingga produksi tomat dapat meningkat.
Baca juga: BRIN dan Unpad selesaikan uji praklinis kuning telur kandidat vaksin pasif COVID-19
Baca juga: Alat pelacak COVID-19 "CePAD" karya Unpad ditawarkan di Dubai Expo 2021
Baca juga: Agar PLTS atap berhasil, pakar Unpad beberkan beberapa catatan ini
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021