Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto meminta kepada guru memberi perhatian terhadap kemungkinan psikososial siswanya selama menjalani pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di semua jenjang dengan target semua sekolah sudah mendapat izin akhir November 2021.
Hal itu diungkapkan Bima saat menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) menggunakan zoom meeting baru-baru ini, bersama Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota Bogor.
"Hari ini dunia pendidikan Indonesia memang mengalami masa-masa yang sangat tidak mudah. Saya titip beberapa hal saja pada bapak ibu," ujar Bima Arya dalam rilis yang diterima Antara, Senin.
Menurut Bima Arya, kenyataannya di dunia pendidikan saat ini terkait dengan perkembangan psikososial siswa selama proses belajar di rumah secara daring mau tidak mau memberikan dampak yang bisa sangat serius.
Menurutnya, tidak bertatap muka selama lebih dari satu tahun berarti kehilangan masa-masa untuk berkomunikasi, berinteraksi dengan teman-teman, guru dan lain-lain.
Ini tidak saja memberikan dampak bagi berkurangnya hal-hal yang bisa membantu transfer ilmu, tetapi yang sangat penting dampak bagi perkembangan psikososial siswa.
"Satu tahun tidak berinteraksi langsung, satu tahun tidak berkomunikasi ini yang mempengaruhi apalagi di masa-masa 'golden age', di masa-masa anak itu tumbuh. Jadi ketika sekarang dilakukan PTM masih sistem bergiliran terbatas, saya kira aspek ini harus kita perhatikan bersama-sama," tuturnya.
Bima Arya menuturkan, Pemerintah Kota Bogor melakukan sensus cepat terhadap anak-anak, mengenai apakah mereka senang kembali ke sekolah atau tidak.
Jawabannya hampir semua menyatakan sangat senang tapi tidak sedikit pula anak-anak yang terlihat canggung karena sudah lama tidak tatap muka..
Bima menilai hal ini menjadi tantangan bagi para pendidik semua bagaimana di masa yang sangat terbatas ini, metode pengajaran tidak hanya berorientasi kepada transfer daring. Namun harus berekspresi, berkreasi, melakukan inovasi, menguatkan kembali aspek-aspek psikososial.
Oleh karena itu, kata Bima, semua harus tetap siaga dan waspada mengantisipasi apapun yang terjadi dalam Pelaksanaan Tatap Muka (PTM) Terbatas.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Hal itu diungkapkan Bima saat menggelar Rapat Kerja Daerah (Rakerda) menggunakan zoom meeting baru-baru ini, bersama Ikatan Guru Indonesia (IGI) Kota Bogor.
"Hari ini dunia pendidikan Indonesia memang mengalami masa-masa yang sangat tidak mudah. Saya titip beberapa hal saja pada bapak ibu," ujar Bima Arya dalam rilis yang diterima Antara, Senin.
Menurut Bima Arya, kenyataannya di dunia pendidikan saat ini terkait dengan perkembangan psikososial siswa selama proses belajar di rumah secara daring mau tidak mau memberikan dampak yang bisa sangat serius.
Menurutnya, tidak bertatap muka selama lebih dari satu tahun berarti kehilangan masa-masa untuk berkomunikasi, berinteraksi dengan teman-teman, guru dan lain-lain.
Ini tidak saja memberikan dampak bagi berkurangnya hal-hal yang bisa membantu transfer ilmu, tetapi yang sangat penting dampak bagi perkembangan psikososial siswa.
"Satu tahun tidak berinteraksi langsung, satu tahun tidak berkomunikasi ini yang mempengaruhi apalagi di masa-masa 'golden age', di masa-masa anak itu tumbuh. Jadi ketika sekarang dilakukan PTM masih sistem bergiliran terbatas, saya kira aspek ini harus kita perhatikan bersama-sama," tuturnya.
Bima Arya menuturkan, Pemerintah Kota Bogor melakukan sensus cepat terhadap anak-anak, mengenai apakah mereka senang kembali ke sekolah atau tidak.
Jawabannya hampir semua menyatakan sangat senang tapi tidak sedikit pula anak-anak yang terlihat canggung karena sudah lama tidak tatap muka..
Bima menilai hal ini menjadi tantangan bagi para pendidik semua bagaimana di masa yang sangat terbatas ini, metode pengajaran tidak hanya berorientasi kepada transfer daring. Namun harus berekspresi, berkreasi, melakukan inovasi, menguatkan kembali aspek-aspek psikososial.
"Cara anak-anak berkomunikasi, kerja sama dalam tim, menyampaikan pendapat, beraktualisasi dan sebagainya," jelasnya.
Wali Kota Bogor itu tidak ingin anak-anak yang seharusnya ada di masa produktif, berinteraksi secara intens dengan temannya berdampak karena adanya Pandemi COVID-19.
Ia meyakini para pendidik punya pengalaman untuk itu dan jika ada keterbatasan pemahaman atau pengetahuan tentu bisa berdiskusi dengan sesama pendidik dan guru lainnya.
"Pemerintah Kota Bogor turut ikut berkolaborasi dengan IGI Kota Bogor tidak saja dalam konteks Pandemi Covid-19, tapi ke depan untuk membentuk karakter anak yang siap menjemput masa depan," katanya.
Oleh karena itu, kata Bima, semua harus tetap siaga dan waspada mengantisipasi apapun yang terjadi dalam Pelaksanaan Tatap Muka (PTM) Terbatas.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor dan Satgas COVID-19 Kota Bogor akan bertindak jika ditemukan ada kasus positif ketika masa tatap muka ini.
"Saya minta untuk semua selalu siaga, membangun komunikasi dengan komite sekolah dan dewan pendidikan agar tidak terjadi persoalan yang kemudian membesar. Semoga tidak ada lagi klaster terbaru atau tidak ada gelombang ketiga," katanya.
Baca juga: DPRD Kota Bogor minta Disdik laporkan pantauan mental siswa
Baca juga: Pemkot Bogor dorong subsidi silang biaya sekolah siswa terdampak COVID-19
Baca juga: Survei Tim IPB: Ada warga Kota Bogor alami gangguan mental akibat pandemi
Baca juga: DPRD Kota Bogor minta Disdik laporkan pantauan mental siswa
Baca juga: Pemkot Bogor dorong subsidi silang biaya sekolah siswa terdampak COVID-19
Baca juga: Survei Tim IPB: Ada warga Kota Bogor alami gangguan mental akibat pandemi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021