Sejumlah pebisnis tangguh di Indonesia mengungkapkan kearifan dan strategi mereka bertahan bahkan mampu tumbuh di tengah krisis multidimensi akibat pandemi COVID-19 yang hampir dua tahun ini melanda dunia, termasuk Indonesia.

"Jangan pernah menyerah dalam menghadapi masa krisis, karena kapan pun, dimana pun krisis pasti akan ada, yang penting mau bangkit, putar otak cari solusi dan berani mengambil keputusan,” ungkap Pendiri Dwisapta & Preskom Dentsu Adji Watono dalam webinar yang diselenggarakan majalah SWA dengan tajuk “Leadership Wisdom: Building Resilience and Agility in Good Times dan Bad Times.”

Berdasarkan keterangan tertulis di Jakarta, Kamis, pada webinar tersebut Adji berbagi kearifan bagaimana ia da bisnis yang dibangunnya keluar dari krisis, yaitu berpikir positif; adaptif, kreatif, dan inovatif; ciptakan peluang-peluang baru; siap bergotong royong dan berkolaborasi; improve all the time, go digital, dan continuous improvement; serta profesional dan produktif.

Pebinis lainnya Pendiri dan Preskom PT Paragon Technology and Innovation Nurhayati Subakat , mengungkapkan ada 5 nilai yang dianutnya ketika menghadapi krisis akibat pandemi, yaitu ketuhanan, kepedulian, kerendahan hati untuk mau belajar, ketangguhan, dan inovasi.

"Selama masa pandemi ini, sebagian besar karyawan kami, terutama yang di pabrik tidak mungkin bekerja dari rumah, maka saya secara langsung memotivasi mereka. saya sampaikan kalau mereka kerja di tengah pandemi ini adalah sebagai ibadah untuk mempertahankan perusahaan ini, mereka ibarat pahlawan yang akan menyelamatkan perusahaan karena produksi tetap bisa jalan,” kata pemilik industri kosmetik itu.

Sementara itu para pebisnis tangguh dari generasi ke-2 yaitu Komisaris Utama Samudera Indonesia Shanti L Poesposoetjipto dan Presiden Direktur RS Awal Bros Group dan Primaya Hospital Arfan Awaloeddin membagi pengalaman mereka membawa perusahaan melewati krisis.

Arfan menceritakan pihaknya sampai harus memberi pendampingan psikolog pada tenaga medis dan karyawan agar mereka tetap tenang menghadapi pasien COVID-19 yang membludak, serta melakukan edukasi ke pasien.

Prinsipnya, kata dia, dalam krisis pebisnis harus mengikuti perubahan sehingga mendapatkan contoh pengalaman baru dengan memberikan cara berbeda atau berinovasi untuk melayani, kemudian mencari cara alternatif untuk terus berkembang, dan ambil momentum peluang bisnis baru, serta melihat lanskap industri dari atas sehingga punya perspektif luas.

Sementara itu Preskom Samudra Indonesia Shanti mengakui bagi perusahaan yang belum transformasi digital, krisis akibat pandemi pasti berat. “Digitalisasi membantu kami menjadi lebih efisien karena biaya perjalanan berkurang banyak,” katanya.

Dalam krisis, lanjut dia, tiga sikap penting yang jadi pedoman para penerus Samudera Indonesia, yaitu saling empati, menjaga visi pendiri perusahaan, dan berpikir terbuka

Webinar itu merupakan rangkaian dari peluncuran buku “Legacy & Wisdom: Inspirasi Bisnis dan Nasihat Kepemimpinan dari Para Pebisnis Senior Panutan” yang diterbitkan SWA. Ada 9 tokoh Adji Watono, Arfan Awaloeddin, TP Rachmat, Shanti L Poesposoetjipto, Nurhayati Subakat, Kuncuro Wibowo, Djoko Susanto, Stanley S Atmaja, dan George S Tahija yang membagi pengalaman mereka berbisnis sesuai situasi di Indonesia.

Baca juga: Tiga pebisnis sukses tembus kancah global berkat gandeng petani dan dukungan BNI

Baca juga: Pebisnis Indonesia lebih optimistis, ini hasil survei HSBC

Baca juga: Kunjungi Jabar, Dubes Australia temui pebisnis bahas IA-CEPA

Pewarta: Risbiani Fardaniah

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021