Jakarta (Antaranews Jabar) - Laporan survei HSBC Navigator menunjukkan, perusahaan-perusahaan Indonesia relatif lebih optimistis dibandingkan dengan perusahaan global untuk prospek perdagangan jangka pendek, meskipun terjadi ketegangan dan volatilitas pada perdagangan global.
"Pertumbuhan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia menunjang perkembangan bisnis bagi industri terkait," kata Direktur Commercial Banking PT Bank HSBC Indonesia Catherine Hadiman melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Laporan HSBC Navigator merupakan survei global yang mengukur sentimen bisnis dan ekspektasi terhadap aktivitas perdagangan dan pertumbuhan bisnis dari 8.650 pembuat keputusan di 34 pasar. Penelitian dilakukan antara Agustus dan September 2018.
Menurut survei tersebut, perusahaan-perusahaan Indonesia optimistis terhadap prospek bisnis sesuai dengan prospek ekonomi Indonesia yang terus berkembang pada paruh pertama 2018.
Dalam kaitannya dengan pasar yang dituju untuk ekspansi bisnis perusahaan Indonesia, Malaysia menempati posisi teratas (22 persen) diikuti oleh Singapura (18 persen) dan Jepang (17 persen). Pertumbuhan ekspor cukup kuat terutama di Asia, dan eksportir masih menikmati lingkup perdagangan yang mendukung.
Laporan HSBC Navigator juga menyajikan data bahwa sembilan dari sepuluh responden survei (88 persen) memiliki pandangan positif terhadap lingkungan perdagangan internasional dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan mata uang yang Iebih kompetitif sebagai pendorong utama.
"Dengan ini, pelaku bisnis di Indonesia menjadi lebih berdaya tahan kuat dalam menghadapi ketegangan yang terjadi di kancah internasional. HSBC Indonesia mengapresiasi kontribusi para pebisnis lokal atas pertumbuhan yang progresif," ujar dia.
Sebanyak 87 persen responden dari perusahaan Indonesia menunjukkan keyakinan mereka bahwa perusahaan mereka akan berhasil dalam lingkungan perdagangan global saat ini.
"Perusahaan Indonesia mengharapkan kebijakan yang mendukung produksi guna meningkatkan daya saing, salah satunya melalui pertumbuhan nilai ekspor yang pesat pada 2018, sejalan dengan pertumbuhan belanja dan berkurangnya investasi pribadi selama tahun ini," kata Hadiman.
Di sisi lain, HSBC Navigator juga menunjukkan 71 persen responden Indonesia berasumsi bahwa pemerintah negara mitra dagang utama semakin protektif. Hal ini menunjukkan kekhawatiran perusahaan Indonesia terhadap perang dagang.
Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang saat ini berada di urutan ke-16 di dunia, dan berambisi untuk berada di urutan ke-7 pada 2030.
Indonesia diharapkan memiliki 135 juta konsumen, di mana 71 persen dari mereka akan tinggal di daerah perkotaan dan menyumbang sekitar 86 persen terhadap PDB Indonesia.
Perbaikan kondisi ekonomi Indonesia didorong oleh kenaikan harga komoditas, menguatnya pertumbuhan global, kenaikan perdagangan internasional dan kondisi keuangan dan moneter yang akomodatif.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Pertumbuhan perilaku konsumsi masyarakat Indonesia menunjang perkembangan bisnis bagi industri terkait," kata Direktur Commercial Banking PT Bank HSBC Indonesia Catherine Hadiman melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Selasa.
Laporan HSBC Navigator merupakan survei global yang mengukur sentimen bisnis dan ekspektasi terhadap aktivitas perdagangan dan pertumbuhan bisnis dari 8.650 pembuat keputusan di 34 pasar. Penelitian dilakukan antara Agustus dan September 2018.
Menurut survei tersebut, perusahaan-perusahaan Indonesia optimistis terhadap prospek bisnis sesuai dengan prospek ekonomi Indonesia yang terus berkembang pada paruh pertama 2018.
Dalam kaitannya dengan pasar yang dituju untuk ekspansi bisnis perusahaan Indonesia, Malaysia menempati posisi teratas (22 persen) diikuti oleh Singapura (18 persen) dan Jepang (17 persen). Pertumbuhan ekspor cukup kuat terutama di Asia, dan eksportir masih menikmati lingkup perdagangan yang mendukung.
Laporan HSBC Navigator juga menyajikan data bahwa sembilan dari sepuluh responden survei (88 persen) memiliki pandangan positif terhadap lingkungan perdagangan internasional dengan pertumbuhan ekonomi yang sehat dan mata uang yang Iebih kompetitif sebagai pendorong utama.
"Dengan ini, pelaku bisnis di Indonesia menjadi lebih berdaya tahan kuat dalam menghadapi ketegangan yang terjadi di kancah internasional. HSBC Indonesia mengapresiasi kontribusi para pebisnis lokal atas pertumbuhan yang progresif," ujar dia.
Sebanyak 87 persen responden dari perusahaan Indonesia menunjukkan keyakinan mereka bahwa perusahaan mereka akan berhasil dalam lingkungan perdagangan global saat ini.
"Perusahaan Indonesia mengharapkan kebijakan yang mendukung produksi guna meningkatkan daya saing, salah satunya melalui pertumbuhan nilai ekspor yang pesat pada 2018, sejalan dengan pertumbuhan belanja dan berkurangnya investasi pribadi selama tahun ini," kata Hadiman.
Di sisi lain, HSBC Navigator juga menunjukkan 71 persen responden Indonesia berasumsi bahwa pemerintah negara mitra dagang utama semakin protektif. Hal ini menunjukkan kekhawatiran perusahaan Indonesia terhadap perang dagang.
Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara yang saat ini berada di urutan ke-16 di dunia, dan berambisi untuk berada di urutan ke-7 pada 2030.
Indonesia diharapkan memiliki 135 juta konsumen, di mana 71 persen dari mereka akan tinggal di daerah perkotaan dan menyumbang sekitar 86 persen terhadap PDB Indonesia.
Perbaikan kondisi ekonomi Indonesia didorong oleh kenaikan harga komoditas, menguatnya pertumbuhan global, kenaikan perdagangan internasional dan kondisi keuangan dan moneter yang akomodatif.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018