Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyatakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan II-2021 yang mencapai 7,07 persen (yoy) menunjukkan bahwa arah dan strategi pemulihan sudah benar.
“Triwulan II menunjukkan arah pemulihan sudah benar, strategi pemulihan sudah benar, dan mulai menghasilkan dampak atau hasilnya,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Sri Mulyani menjelaskan hal ini ditandai dengan pulihnya seluruh mesin penggerak ekonomi yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh 5,59 persen, investasi 7,6 persen, ekspor 31,8 persen, konsumsi pemerintah 8,1 persen, dan impor 31,2 persen.
Kemudian juga manufaktur tumbuh 6,6 persen, perdagangan 9,4 persen, konstruksi 4,4 persen, pertambangan 5,2 persen, transportasi 25,1 persen, serta akomodasi makan dan minum 21,6 persen.
Ia menuturkan hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan triwulan-triwulan sebelumnya karena penggerak perekonomian hanya dari konsumsi pemerintah sehingga belum mampu menghasilkan angka positif seperti di triwulan II-2021.
“Ini menggambarkan seluruh sektor bergeliat dan berfungsi. Sebagian adalah karena policy dari pemerintah yang terus melakukan intervensi dari sisi demand dan supply,” ujar Sri Mulyani.
Ia menyebutkan salah satu kebijakan pemerintah yang menunjang pertumbuhan baik konsumsi dan sektor manufaktur adalah relaksasi PPnBM sehingga pada akhirnya memberi dampak luar biasa pada realisasi triwulan II.
Selain itu berbagai bantuan sosial dari pemerintah dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pun turut meminimalisir dampak pandemi terhadap masyarakat terutama bagi kelompok menengah dan bawah.
Menurutnya, bansos yang diberikan pemerintah mampu menekan tingkat kemiskinan maupun tingkat pengangguran agar tidak melonjak terlalu tinggi sehingga mampu mempengaruhi dari sisi demand.
“Kita berharap dengan pemulihan konsumsi maka kelompok menengah atas sudah mulai beraktivitas dan itu akan makin memperkuat pemulihan ekonomi,” kata Sri Mulyani.
Meski demikian, ia mengatakan tren peningkatan kasus COVID-19 akibat munculnya varian Delta berpotensi memberi tekanan terhadap perekonomian pada semester II-2021 mendatang.
Sri Mulyani memastikan pemerintah melalui instrumen APBN akan terus melindungi masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ini sehingga triwulan III-2021 diharapkan mampu tumbuh sekitar 4 persen sampai 5,7 persen.
“Kewaspadaan kita masih sangat tinggi terutama karena masih ada sektor yang terpengaruh adanya COVID-19. Ada sektor yang memiliki daya tahan lebih tinggi dan karenanya kita berharap itu akan terus terjaga,” ujarnya.
Baca juga: BPS: Ekonomi RI triwulan II-2021 tumbuh 7,07 persen
Baca juga: Indonesia resmi keluar dari resesi ekonomi, kata BPS
Baca juga: OJK perkirakan pertumbuhan ekonomi 7 persen kuartal II tercapai
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
“Triwulan II menunjukkan arah pemulihan sudah benar, strategi pemulihan sudah benar, dan mulai menghasilkan dampak atau hasilnya,” kata Menkeu Sri Mulyani dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis.
Sri Mulyani menjelaskan hal ini ditandai dengan pulihnya seluruh mesin penggerak ekonomi yaitu konsumsi rumah tangga tumbuh 5,59 persen, investasi 7,6 persen, ekspor 31,8 persen, konsumsi pemerintah 8,1 persen, dan impor 31,2 persen.
Kemudian juga manufaktur tumbuh 6,6 persen, perdagangan 9,4 persen, konstruksi 4,4 persen, pertambangan 5,2 persen, transportasi 25,1 persen, serta akomodasi makan dan minum 21,6 persen.
Ia menuturkan hal tersebut sangat berbanding terbalik dengan triwulan-triwulan sebelumnya karena penggerak perekonomian hanya dari konsumsi pemerintah sehingga belum mampu menghasilkan angka positif seperti di triwulan II-2021.
“Ini menggambarkan seluruh sektor bergeliat dan berfungsi. Sebagian adalah karena policy dari pemerintah yang terus melakukan intervensi dari sisi demand dan supply,” ujar Sri Mulyani.
Ia menyebutkan salah satu kebijakan pemerintah yang menunjang pertumbuhan baik konsumsi dan sektor manufaktur adalah relaksasi PPnBM sehingga pada akhirnya memberi dampak luar biasa pada realisasi triwulan II.
Selain itu berbagai bantuan sosial dari pemerintah dalam Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) pun turut meminimalisir dampak pandemi terhadap masyarakat terutama bagi kelompok menengah dan bawah.
Menurutnya, bansos yang diberikan pemerintah mampu menekan tingkat kemiskinan maupun tingkat pengangguran agar tidak melonjak terlalu tinggi sehingga mampu mempengaruhi dari sisi demand.
“Kita berharap dengan pemulihan konsumsi maka kelompok menengah atas sudah mulai beraktivitas dan itu akan makin memperkuat pemulihan ekonomi,” kata Sri Mulyani.
Meski demikian, ia mengatakan tren peningkatan kasus COVID-19 akibat munculnya varian Delta berpotensi memberi tekanan terhadap perekonomian pada semester II-2021 mendatang.
Sri Mulyani memastikan pemerintah melalui instrumen APBN akan terus melindungi masyarakat dan menjaga momentum pemulihan ini sehingga triwulan III-2021 diharapkan mampu tumbuh sekitar 4 persen sampai 5,7 persen.
“Kewaspadaan kita masih sangat tinggi terutama karena masih ada sektor yang terpengaruh adanya COVID-19. Ada sektor yang memiliki daya tahan lebih tinggi dan karenanya kita berharap itu akan terus terjaga,” ujarnya.
Baca juga: BPS: Ekonomi RI triwulan II-2021 tumbuh 7,07 persen
Baca juga: Indonesia resmi keluar dari resesi ekonomi, kata BPS
Baca juga: OJK perkirakan pertumbuhan ekonomi 7 persen kuartal II tercapai
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021