Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengembangkan kawasan riset tanaman obat untuk mendukung inovasi di bidang obat dan meningkatkan daya saing Indonesia.

"Sebagai bangsa yang dianugerahi sumber daya alam yang melimpah, utamanya sumber daya tanaman, sudah saatnya upaya-upaya pemanfaatan dan inovasi potensi komparatif menjadi produk-produk kompetitif terus dimaksimalkan," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

BPPT mendapatkan tugas khusus dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Republik Indonesia untuk merancang dan merancang suatu kawasan riset dan inovasi tanaman obat serta tanaman pangan di Kabupaten Humbahas, Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai lahan dan potensi tanaman bermanfaat obat juga tanaman hortikultura yang sangat tinggi.

Ia menjelaskan, penyiapan pusat riset tersebut juga merupakan bagian dari penguatan program prioritas nasional pengembangan lumbung pangan atau food estate nasional di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Menurut dia, pihaknya akan segera menyelesaikan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) untuk persetujuan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan serta menyusun rencana pembangunan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) agar bisa segera dilaksanakan dan menjadi ikon pusat riset yang berkelas.

Kepala BPPT menuturkan perencanaan pembangunan teknologi di kawasan itu telah diawali pengembangannya pada Desember 2020.

Ia menjelaskan, pusat riset itu sebagai pengembangan kognitif yang dibangun untuk memperkuat cadangan pangan nasional dan menggunakan teknologi modern yang akan diintegrasikan dengan percontohan praktik pertanian modern.

Baca juga: Tanaman obat COVID-19 disebut dalam Al Quran, kata Guru Besar UII

Baca juga: Penetapan ganja tanaman obat harus dikaji komprehensif

Baca juga: Balitbangtan sebut Sambiloto berpotensi atasi COVID-19

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021