Bandung, 14/13 (ANTARA) - Sekitar seratusan hektare tanaman padi di wilayah Ciparay Kabupaten Bandung rusak diserang hama tikus yang mengakibatkan bagian tengah sawah itu "botak."
Warga mengaku sudah berusaha melakukan antisipasi dan menebar racun, namun belum bisa menghalau hama tikus yang biasa menyerang pada malam hari itu.
"Tikus menyerang bagian tengah sawah, sedangkan dekat pematangnyan tetap utuh. Serangan tikus memang selalu ada di sini," kata Maman (50) salah seorang petani di Desa Sumbersari Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Selasa.
Para petani berusaha membuat perangkap untuk menangkap hama tikus yang biasanya menyerang secara berkelompok. Perangkap terbuat dari bambu yang dilubangi dan kemudian ditutup untuk menangkap tikus.
Sebagian lagi menebar belerang untuk menghalau tikus, namun tidak efektif. Tikus datang setiap malam dan mengerat tanaman padi sehingga pertumbuhan padi yang baru berusia 40 harian itu menjadi keriting dan botak bagian tengah pematangnya.
Petani juga menabur obat furadan untuk mematikan tikus, namun upaya itupun tidak berhasil maksimal.
"Bila tidak ada tikus, hama juga dari kungkang dan keong emas. Namun sebagian sudah diberantas dengan cara diambil pada saat membajak sawah," katanya.
Serangan tikus juga dialami oleh petani di daerah lainnya seperti Pacet dan Bojongemas. Pada musim penghujan saat ini tikus-tikus mencari makan ke areal pesawahan. Meski belum ada bulir padi, namun hama "si monyong" itu memakan batang padi yang masih muda.
Dipihak lain, Sahri (49) petani di Tegaluar Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung, mengalami bajir. Ia terpaksa harus melakukan tanam ulang sawahnya akibat seminggu terendam banjir.
Padi yang mereka tanam dengan umur 30 harian itu mati membusuk setelah tergenang banjir. Mereka tidak bisa berbuat banyak mengatasi banjir luapan Sungai Cikeruh yang mengakibatkan drainase di pesawahan itu tidak berfungsi dan merendam pesawahan di sana.
"Bila hujan terus menerus dengan intensitas seperti saat ini, kecil kemungkinan padi kami akan mulus. Banjir akan mengancam terus sepanjang musim hujan ini," katanya.***3***
Syarif A
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010
Warga mengaku sudah berusaha melakukan antisipasi dan menebar racun, namun belum bisa menghalau hama tikus yang biasa menyerang pada malam hari itu.
"Tikus menyerang bagian tengah sawah, sedangkan dekat pematangnyan tetap utuh. Serangan tikus memang selalu ada di sini," kata Maman (50) salah seorang petani di Desa Sumbersari Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung, Selasa.
Para petani berusaha membuat perangkap untuk menangkap hama tikus yang biasanya menyerang secara berkelompok. Perangkap terbuat dari bambu yang dilubangi dan kemudian ditutup untuk menangkap tikus.
Sebagian lagi menebar belerang untuk menghalau tikus, namun tidak efektif. Tikus datang setiap malam dan mengerat tanaman padi sehingga pertumbuhan padi yang baru berusia 40 harian itu menjadi keriting dan botak bagian tengah pematangnya.
Petani juga menabur obat furadan untuk mematikan tikus, namun upaya itupun tidak berhasil maksimal.
"Bila tidak ada tikus, hama juga dari kungkang dan keong emas. Namun sebagian sudah diberantas dengan cara diambil pada saat membajak sawah," katanya.
Serangan tikus juga dialami oleh petani di daerah lainnya seperti Pacet dan Bojongemas. Pada musim penghujan saat ini tikus-tikus mencari makan ke areal pesawahan. Meski belum ada bulir padi, namun hama "si monyong" itu memakan batang padi yang masih muda.
Dipihak lain, Sahri (49) petani di Tegaluar Kecamatan Bojongsoang Kabupaten Bandung, mengalami bajir. Ia terpaksa harus melakukan tanam ulang sawahnya akibat seminggu terendam banjir.
Padi yang mereka tanam dengan umur 30 harian itu mati membusuk setelah tergenang banjir. Mereka tidak bisa berbuat banyak mengatasi banjir luapan Sungai Cikeruh yang mengakibatkan drainase di pesawahan itu tidak berfungsi dan merendam pesawahan di sana.
"Bila hujan terus menerus dengan intensitas seperti saat ini, kecil kemungkinan padi kami akan mulus. Banjir akan mengancam terus sepanjang musim hujan ini," katanya.***3***
Syarif A
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2010