Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mendorong semua koperasi di Jabar melek digital sehingga bisa beradaptasi dengan kemajuan zaman dan pandemi COVID-19 , dan adaptasi pertama yang perlu dilakukan adalah dengan digitalisasi.
Menurut Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, data menunjukkan bahwa angka penjualan produk lewat e-commerce terus mengalami peningkatan dan pada Mei 2020, volume penjualan produk lewat e-commerce mencapai 121 juta atau mengalami peningkatan 44 persen jika dibandingkan periode Februari 2020.
"Ada tren digitalisasi naik ke 44 persen. Sehingga intinya di akhir masa jabatan saya semua koperasi sudah mahir dalam digital. Inilah yang harus dilakukan oleh semuanya. Saya minta tidak ada koperasi yang tidak melek digital," kata Kang Emil saat menjadi pembicara dalam Parade Virtual Cooperator Indonesia "Koperasi Jawa Barat sebagai Solusi Pemulihan Ekonomi" di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis.
Kang Emil mengatakan, ada dua kondisi yang mengharuskan koperasi melakukan digitalisasi. Pertama adalah pandemi COVID-19 yang membuat segala aktivitas dilakukan secara online untuk menghindari penularan virus.
"Kemudian kita geser dua dunia ini oleh dua interupsi. Diinterupsi oleh COVID-19 berikut yang membuat hidup kita beradaptasi," ujarnya.
Kondisi kedua adalah revolusi industri 4.0 yang akan melahirkan jenis pekerjaan baru. Salah satu contohnya adalah pekerjaan seperti penjaga Warung Telekomunikasi (Wartel) sudah tidak lagi dibutuhkan. Namun sebagai gantinya, ada jenis pekerjaan baru seperti reparasi handphone (HP) yang muncul.
"Ada pekerjaan-pekerjaan yang akan hilang, sehingga kita akan bergeser ke pekerjaan-pekerjaan baru. Di setiap revolusi zaman, ada yang hilang, ada yang baru. Yang hilang adalah telpon umum, wartel yang ada sekarang bisnis reparasi handphone. Jadi semua ada yang hilang, ada yang tetap," tuturnya.
"Inilah ilmu-ilmu yang harus di-share. Apakah koperasi-koperasi bisa melihat ini sebagai arah baru terhadap dua disrupsi tadi oleh disrupsi COVID-19. Kita harus contactless oleh 4.0 ada pekerjaan-pekerjaan yang bisa lebih cepat," katanya.
Selain digitalisasi, rantai pasok atau supply chain juga perlu terus disempurnakan oleh koperasi. Kemudian koperasi juga harus bisa beradaptasi pada standar protokol keamanan hingga perubahan diversifikasi pasar.
Adaptasi lainya yang harus dilakukan oleh koperasi adalah memodifikasi produk sesuai dengan kebutuhan. Sebagai salah satu contohnya adalah mengenai trend bersepeda yang bisa menjadi peluang untuk mengembangkan produk
"Memodifikasi produk sesuai kebutuhan. Contoh tiba-tiba pascaCOVID yang bersepeda banyak sekali, berarti bisnis buat sepatu sepeda, kaos kaki sepeda, baju sepeda, sepedanya," kata Kang Emil.
Selain itu, menurut Kang Emil, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar juga menyiapkan sebuah inovasi yang disebut kampus ekspor Shopee. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan semakin banya produk-produk Jabar, termasuk koperasi, yang diekspor.
"Satu inovasi terakhir kampus UMKM Shopee. Kami tidak mau Jabar itu hanya impor. Oleh karena itu, dalam waktu dekat ini, tolong dimanfaatkan. Kita punya kampus untuk ekspor," ujarnya.
"Jadi produk-produknya lihat mana yang ekspor apakah kita tahu di Malaysia butuh apa, di sini nanti kampusnya akan memberi tahu, sehingga pasar kita tidak dibatasi oleh pasar berbasis paspor lagi hanya Indonesia tapi bicaranya minimal sudah satu ASEAN sebagai satu wilayah ekonomi," katanya.
Baca juga: Gubernur Jawa Barat: Tol Cisumdawu rampung akhir tahun 2021
Baca juga: Tenaga kesehatan di 92 rumah sakit dapat kiriman kue dari Gubernur Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Menurut Kang Emil, sapaan Ridwan Kamil, data menunjukkan bahwa angka penjualan produk lewat e-commerce terus mengalami peningkatan dan pada Mei 2020, volume penjualan produk lewat e-commerce mencapai 121 juta atau mengalami peningkatan 44 persen jika dibandingkan periode Februari 2020.
"Ada tren digitalisasi naik ke 44 persen. Sehingga intinya di akhir masa jabatan saya semua koperasi sudah mahir dalam digital. Inilah yang harus dilakukan oleh semuanya. Saya minta tidak ada koperasi yang tidak melek digital," kata Kang Emil saat menjadi pembicara dalam Parade Virtual Cooperator Indonesia "Koperasi Jawa Barat sebagai Solusi Pemulihan Ekonomi" di Gedung Pakuan, Kota Bandung, Kamis.
Kang Emil mengatakan, ada dua kondisi yang mengharuskan koperasi melakukan digitalisasi. Pertama adalah pandemi COVID-19 yang membuat segala aktivitas dilakukan secara online untuk menghindari penularan virus.
"Kemudian kita geser dua dunia ini oleh dua interupsi. Diinterupsi oleh COVID-19 berikut yang membuat hidup kita beradaptasi," ujarnya.
Kondisi kedua adalah revolusi industri 4.0 yang akan melahirkan jenis pekerjaan baru. Salah satu contohnya adalah pekerjaan seperti penjaga Warung Telekomunikasi (Wartel) sudah tidak lagi dibutuhkan. Namun sebagai gantinya, ada jenis pekerjaan baru seperti reparasi handphone (HP) yang muncul.
"Ada pekerjaan-pekerjaan yang akan hilang, sehingga kita akan bergeser ke pekerjaan-pekerjaan baru. Di setiap revolusi zaman, ada yang hilang, ada yang baru. Yang hilang adalah telpon umum, wartel yang ada sekarang bisnis reparasi handphone. Jadi semua ada yang hilang, ada yang tetap," tuturnya.
"Inilah ilmu-ilmu yang harus di-share. Apakah koperasi-koperasi bisa melihat ini sebagai arah baru terhadap dua disrupsi tadi oleh disrupsi COVID-19. Kita harus contactless oleh 4.0 ada pekerjaan-pekerjaan yang bisa lebih cepat," katanya.
Selain digitalisasi, rantai pasok atau supply chain juga perlu terus disempurnakan oleh koperasi. Kemudian koperasi juga harus bisa beradaptasi pada standar protokol keamanan hingga perubahan diversifikasi pasar.
Adaptasi lainya yang harus dilakukan oleh koperasi adalah memodifikasi produk sesuai dengan kebutuhan. Sebagai salah satu contohnya adalah mengenai trend bersepeda yang bisa menjadi peluang untuk mengembangkan produk
"Memodifikasi produk sesuai kebutuhan. Contoh tiba-tiba pascaCOVID yang bersepeda banyak sekali, berarti bisnis buat sepatu sepeda, kaos kaki sepeda, baju sepeda, sepedanya," kata Kang Emil.
Selain itu, menurut Kang Emil, Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar juga menyiapkan sebuah inovasi yang disebut kampus ekspor Shopee. Dengan adanya inovasi ini, diharapkan semakin banya produk-produk Jabar, termasuk koperasi, yang diekspor.
"Satu inovasi terakhir kampus UMKM Shopee. Kami tidak mau Jabar itu hanya impor. Oleh karena itu, dalam waktu dekat ini, tolong dimanfaatkan. Kita punya kampus untuk ekspor," ujarnya.
"Jadi produk-produknya lihat mana yang ekspor apakah kita tahu di Malaysia butuh apa, di sini nanti kampusnya akan memberi tahu, sehingga pasar kita tidak dibatasi oleh pasar berbasis paspor lagi hanya Indonesia tapi bicaranya minimal sudah satu ASEAN sebagai satu wilayah ekonomi," katanya.
Baca juga: Gubernur Jawa Barat: Tol Cisumdawu rampung akhir tahun 2021
Baca juga: Tenaga kesehatan di 92 rumah sakit dapat kiriman kue dari Gubernur Jabar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021