Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi, melemah seiring pelaku pasar yang menanti pidato Gubernur The Fed, Jerome Powell.
Pada pukul 10.31 WIB, rupiah melemah 28 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp14.508 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.480 per dolar AS.
"Pelaku pasar mengekspektasikan kebijakan moneter longgar The Fed tetap dipertahankan, hingga membaiknya data tenaga kerja dan target inflasi," tulis Tim Riset NH Korindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun dari 1,42 persen ke level 1,4 persen, di tengah penantian pidato Gubernur The Fed Jerome Powell mengenai kebijakan moneter.
Dari domestik, investor menantikan rilis data neraca perdagangan Juni, yang diproyeksikan kembali surplus senilai 1,8 miliar dolar AS. Proyeksi tersebut lebih rendah dari realisasi bulan sebelumnya yang surplus 2,3 miliar dolar AS.
Di sisi lain, pelaku pasar tetap mencermati dampak dari rencana perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2021 akan melambat menjadi 4 persen sampai 5,4 persen. Sementara, periode kuartal IV 2021 diperkirakan akan tumbuh 4,6 persen hingga 5,9 persen.
Di Indonesia, pada Rabu (14/7) kemarin, jumlah kasus baru COVID-19 mencetak rekor harian baru yaitu 54.517 kasus sehingga total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menjadi 2.670.046 kasus.
Pada Rabu (14/7) lalu, rupiah ditutup melemah 16 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.480 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.464 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah Kamis pagi melemah 15 poin
Baca juga: Kurs Rupiah ditutup melemah tertekan data inflasi AS
Baca juga: Kurs rupiah terkoreksi imbas rekor kasus harian COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Pada pukul 10.31 WIB, rupiah melemah 28 poin atau 0,19 persen ke posisi Rp14.508 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.480 per dolar AS.
"Pelaku pasar mengekspektasikan kebijakan moneter longgar The Fed tetap dipertahankan, hingga membaiknya data tenaga kerja dan target inflasi," tulis Tim Riset NH Korindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.
Imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun turun dari 1,42 persen ke level 1,4 persen, di tengah penantian pidato Gubernur The Fed Jerome Powell mengenai kebijakan moneter.
Dari domestik, investor menantikan rilis data neraca perdagangan Juni, yang diproyeksikan kembali surplus senilai 1,8 miliar dolar AS. Proyeksi tersebut lebih rendah dari realisasi bulan sebelumnya yang surplus 2,3 miliar dolar AS.
Di sisi lain, pelaku pasar tetap mencermati dampak dari rencana perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III 2021 akan melambat menjadi 4 persen sampai 5,4 persen. Sementara, periode kuartal IV 2021 diperkirakan akan tumbuh 4,6 persen hingga 5,9 persen.
Di Indonesia, pada Rabu (14/7) kemarin, jumlah kasus baru COVID-19 mencetak rekor harian baru yaitu 54.517 kasus sehingga total kasus terkonfirmasi positif COVID-19 menjadi 2.670.046 kasus.
Pada Rabu (14/7) lalu, rupiah ditutup melemah 16 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.480 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.464 per dolar AS.
Baca juga: Kurs Rupiah Kamis pagi melemah 15 poin
Baca juga: Kurs Rupiah ditutup melemah tertekan data inflasi AS
Baca juga: Kurs rupiah terkoreksi imbas rekor kasus harian COVID-19
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021