Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengatakan bahwa pemerintah terus berupaya meningkatkan ketersediaan obat untuk mendukung penanganan pasien COVID-19.
"Tentu dengan kondisi (yang) kritis seperti ini salah satu hal yang harus diperhatikan adalah kesediaan obat," katanya saat menyampaikan keterangan pers secara virtual di Jakarta, Senin siang.
Menurut Erick, setidaknya ada empat produk obat yang diincar untuk diproduksi di dalam negeri guna mendukung penanganan pasien COVID-19 yakni Ivermectin serta obat antiviral Oseltamivir, Remdesivir, dan Favipiravir.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyetujui pelaksanaan uji klinik Ivermectin untuk pengobatan COVID-19 di Indonesia. Uji klinik penggunaan Ivermectin untuk penanganan COVID-19 rencananya dilaksanakan di delapan rumah sakit.
"Tentunya hari ini khususnya kita bicara Ivermectin. Pertama, kita sudah menyiapkan produksi 4,5 juta," kata Erick.
Apabila hasil uji klinik menunjukkan obat untuk kecacingan itu ternyata efektif untuk membantu penyembuhan pasien COVID-19, Erick mengatakan, maka pemerintah akan meningkatkan produksinya.
Obat lain yang diteliti penggunaannya untuk pengobatan COVID-19 adalah Oseltamivir, Remdesivir, dan Favipiravir.
Oseltamivir digunakan dalam penanganan infeksi virus influensa tipe A dan B, termasuk dalam penanganan penyakit flu burung.
"Kemarin saya melaporkan baik kepada Kementerian Kesehatan, BPOM, bahwa kondisi-kondisi daripada kesediaan obat, contoh misalnya Oseltamivir, bahwa Oseltamivir itu tersedia," kata Erick.
Ia mengatakan, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan juga berupaya menyediakan Remdesivir, obat antivirus yang dikembangkan oleh Gilead Sciences.
"Tentu yang kemarin kita bekerja keras juga dengan Kementerian Luar Negeri dengan Kementerian Kesehatan (untuk) yang namanya Remdesivir, karena sempat dari India itu terbatas mengenai ini," katanya.
Menurut dia, pemerintah sedang mengupayakan agar Remdesivir bisa diproduksi dalam jumlah banyak di Indonesia.
Sedangkan Favipiravir merupakan obat anti-influensa yang dikembangkan oleh Fujifilm Toyama Chemical.
"Kita coba membantu rakyat mendapat obat murah atau terapi murah yang nanti tentu diputuskan setelah uji klinis," demikian Erick Thohir.
Baca juga: BPOM setujui lakukan uji klinik Ivermectin untuk pasien COVID-19
Baca juga: Ivermectin mempercepat penyembuhan COVID-19, kata dokter paru
Baca juga: Ikhtiar menjaga kesehatan dengan tumbuhan tradisional saat pandemi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Tentu dengan kondisi (yang) kritis seperti ini salah satu hal yang harus diperhatikan adalah kesediaan obat," katanya saat menyampaikan keterangan pers secara virtual di Jakarta, Senin siang.
Menurut Erick, setidaknya ada empat produk obat yang diincar untuk diproduksi di dalam negeri guna mendukung penanganan pasien COVID-19 yakni Ivermectin serta obat antiviral Oseltamivir, Remdesivir, dan Favipiravir.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah menyetujui pelaksanaan uji klinik Ivermectin untuk pengobatan COVID-19 di Indonesia. Uji klinik penggunaan Ivermectin untuk penanganan COVID-19 rencananya dilaksanakan di delapan rumah sakit.
"Tentunya hari ini khususnya kita bicara Ivermectin. Pertama, kita sudah menyiapkan produksi 4,5 juta," kata Erick.
Apabila hasil uji klinik menunjukkan obat untuk kecacingan itu ternyata efektif untuk membantu penyembuhan pasien COVID-19, Erick mengatakan, maka pemerintah akan meningkatkan produksinya.
Obat lain yang diteliti penggunaannya untuk pengobatan COVID-19 adalah Oseltamivir, Remdesivir, dan Favipiravir.
Oseltamivir digunakan dalam penanganan infeksi virus influensa tipe A dan B, termasuk dalam penanganan penyakit flu burung.
"Kemarin saya melaporkan baik kepada Kementerian Kesehatan, BPOM, bahwa kondisi-kondisi daripada kesediaan obat, contoh misalnya Oseltamivir, bahwa Oseltamivir itu tersedia," kata Erick.
Ia mengatakan, Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Kesehatan juga berupaya menyediakan Remdesivir, obat antivirus yang dikembangkan oleh Gilead Sciences.
"Tentu yang kemarin kita bekerja keras juga dengan Kementerian Luar Negeri dengan Kementerian Kesehatan (untuk) yang namanya Remdesivir, karena sempat dari India itu terbatas mengenai ini," katanya.
Menurut dia, pemerintah sedang mengupayakan agar Remdesivir bisa diproduksi dalam jumlah banyak di Indonesia.
Sedangkan Favipiravir merupakan obat anti-influensa yang dikembangkan oleh Fujifilm Toyama Chemical.
"Kita coba membantu rakyat mendapat obat murah atau terapi murah yang nanti tentu diputuskan setelah uji klinis," demikian Erick Thohir.
Baca juga: BPOM setujui lakukan uji klinik Ivermectin untuk pasien COVID-19
Baca juga: Ivermectin mempercepat penyembuhan COVID-19, kata dokter paru
Baca juga: Ikhtiar menjaga kesehatan dengan tumbuhan tradisional saat pandemi
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021