Harga minyak mentah sedikit lebih rendah pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menyerahkan beberapa keuntungan yang dicetak di sesi sebelumnya, setelah Brent sempat naik di atas 75 dolar AS per barel untuk pertama kalinya dalam lebih dari dua tahun karena OPEC+ membahas peningkatan produksi minyak mereka.
Minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan Agustus turun 9 sen menjadi ditutup pada 74,81 dolar AS per barel setelah mencapai tertinggi sesi di 75,30 dolar AS per barel, terkuat sejak 25 April 2019.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 60 sen atau 0,8 persen, menjadi menetap pada 73,06 dolar AS per barel.
OPEC+ sedang mendiskusikan peningkatan bertahap untuk produksi minyak mulai Agustus, tetapi belum ada keputusan yang diambil mengenai volume pastinya, kata sumber OPEC+ pada Selasa (22/6/2021).
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, telah mengembalikan 2,1 juta barel per hari (bph) ke pasar mulai Mei hingga Juli, sebagai bagian dari rencana untuk mengurangi rekor pembatasan produksi tahun lalu secara bertahap seiring pulihnya permintaan yang terpukul pandemi. Kelompok ini bertemu berikutnya pada 1 Juli.
Kedua harga acuan minyak telah meningkat selama empat minggu terakhir sebagai tanggapan terhadap peluncuran global vaksinasi COVID-19 dan peningkatan yang diharapkan dalam perjalanan musim panas.
“(Karena) pasar fisik yang ketat dan persepsi permintaan yang sehat, risiko tetap cenderung positif,” kata pialang minyak PVM.
BofA Global Research menaikkan perkiraan harga minyak mentah Brent untuk tahun ini dan tahun depan, dengan mengatakan pasokan minyak yang lebih ketat dan pemulihan permintaan dapat mendorong minyak ke 100 dolar AS per barel pada 2022.
Kepala perusahaan-perusahaan energi terkemuka mengatakan di Forum Ekonomi Qatar pada Selasa (22/6/2021) bahwa sementara harga acuan minyak bisa mencapai 100 dolar AS per barel dan volatilitas harga juga bisa meningkat karena investasi yang lebih rendah dan transisi energi.
"Ada banyak orang berbicara tentang minyak mentah 100 dolar AS dan itu mendorong pasar," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Kepala Eksekutif BP Bernard Looney pada Selasa (22/6/2021) mengatakan kepada Reuters ada "kemungkinan yang sangat kuat" tingkat harga tinggi akan dipertahankan selama tahun-tahun mendatang, "dan jika mereka melakukannya, itu sangat baik untuk strategi kami."
Negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran terhenti pada Minggu (20/6/2021) setelah hakim garis keras Ebrahim Raisi memenangkan pemilihan presiden negara itu.
Raisi pada Senin (21/6/2021) mendukung pembicaraan antara Iran dan enam kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 tetapi dengan tegas menolak pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden, sekalipun jika Washington menghapus semua sanksi.
Stok minyak mentah AS diperkirakan telah turun untuk minggu kelima berturut-turut pada pekan lalu, dengan stok sulingan dan bensin keduanya meningkat, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (21/6/2021).
Baca juga: Harga minyak reli didorong pelemahan dolar dan ketidakpastian pasokan Iran
Baca juga: Harga minyak "rebound" setelah OPEC perkirakan produksi AS akan melambat
Baca juga: Harga minyak anjlok dari tertinggi multi-tahun tertekan menguatnya dolar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Minyak mentah berjangka Brent untuk penyerahan Agustus turun 9 sen menjadi ditutup pada 74,81 dolar AS per barel setelah mencapai tertinggi sesi di 75,30 dolar AS per barel, terkuat sejak 25 April 2019.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 60 sen atau 0,8 persen, menjadi menetap pada 73,06 dolar AS per barel.
OPEC+ sedang mendiskusikan peningkatan bertahap untuk produksi minyak mulai Agustus, tetapi belum ada keputusan yang diambil mengenai volume pastinya, kata sumber OPEC+ pada Selasa (22/6/2021).
Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya, yang secara kolektif dikenal sebagai OPEC+, telah mengembalikan 2,1 juta barel per hari (bph) ke pasar mulai Mei hingga Juli, sebagai bagian dari rencana untuk mengurangi rekor pembatasan produksi tahun lalu secara bertahap seiring pulihnya permintaan yang terpukul pandemi. Kelompok ini bertemu berikutnya pada 1 Juli.
Kedua harga acuan minyak telah meningkat selama empat minggu terakhir sebagai tanggapan terhadap peluncuran global vaksinasi COVID-19 dan peningkatan yang diharapkan dalam perjalanan musim panas.
“(Karena) pasar fisik yang ketat dan persepsi permintaan yang sehat, risiko tetap cenderung positif,” kata pialang minyak PVM.
BofA Global Research menaikkan perkiraan harga minyak mentah Brent untuk tahun ini dan tahun depan, dengan mengatakan pasokan minyak yang lebih ketat dan pemulihan permintaan dapat mendorong minyak ke 100 dolar AS per barel pada 2022.
Kepala perusahaan-perusahaan energi terkemuka mengatakan di Forum Ekonomi Qatar pada Selasa (22/6/2021) bahwa sementara harga acuan minyak bisa mencapai 100 dolar AS per barel dan volatilitas harga juga bisa meningkat karena investasi yang lebih rendah dan transisi energi.
"Ada banyak orang berbicara tentang minyak mentah 100 dolar AS dan itu mendorong pasar," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho.
Kepala Eksekutif BP Bernard Looney pada Selasa (22/6/2021) mengatakan kepada Reuters ada "kemungkinan yang sangat kuat" tingkat harga tinggi akan dipertahankan selama tahun-tahun mendatang, "dan jika mereka melakukannya, itu sangat baik untuk strategi kami."
Negosiasi untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran terhenti pada Minggu (20/6/2021) setelah hakim garis keras Ebrahim Raisi memenangkan pemilihan presiden negara itu.
Raisi pada Senin (21/6/2021) mendukung pembicaraan antara Iran dan enam kekuatan dunia untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 tetapi dengan tegas menolak pertemuan dengan Presiden AS Joe Biden, sekalipun jika Washington menghapus semua sanksi.
Stok minyak mentah AS diperkirakan telah turun untuk minggu kelima berturut-turut pada pekan lalu, dengan stok sulingan dan bensin keduanya meningkat, jajak pendapat awal Reuters menunjukkan pada Senin (21/6/2021).
Baca juga: Harga minyak reli didorong pelemahan dolar dan ketidakpastian pasokan Iran
Baca juga: Harga minyak "rebound" setelah OPEC perkirakan produksi AS akan melambat
Baca juga: Harga minyak anjlok dari tertinggi multi-tahun tertekan menguatnya dolar
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021