Wakil Rektor IPB University bidang Pendidikan dan Kemahasiswaan Dr Drajat Martianto mengatakan pendidikan vokasi harus meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dari segi soft skills dan hard skills sesuai dengan kebutuhan di industri.
"Tentu yang paling penting adalah menciptakan Sumber daya Manusia (SDM) unggul. SDM yang tahu betul bukan hanya teori, tapi sejak awal dia sudah dirancang untuk bisa praktik,” kata Drajat dalam keterangannya, Jakarta, Senin.
Selain persoalan kurikulum yang harus link and match dengan industri, dia menuturkan perbaikan sarana dan fasilitas pembelajaran juga dinilai penting. Sarana yang dipelajari di sekolah atau perguruan tinggi harus yang masih digunakan industri.
"Yang kami lakukan selama ini adalah mencoba mendatangkan industri ke dalam kampus. Dengan membuat teaching factory. Misalnya untuk program studi peternakan, kita bekerja sama dengan perusahaan multinasional. Kita bangun industri peternakan di kampus dengan adanya closed house di Kampus IPB Sukabumi," ujar Drajat.
Dia mengatakan industri bisa terlibat untuk melakukan supervisi dan mendidik mahasiswa secara langsung. Mahasiswa juga betul-betul mendapatkan ilmu dari orang-orang industri yang tentunya sudah berpengalaman selama puluhan tahun.
Beberapa program studi yang diselenggarakan Sekolah Vokasi IPB University sudah bekerja sama dengan industri, mulai dari penyusunan kurikulum hingga perekrutan mahasiswa di mana 100 persen lulusannya langsung diserap oleh industri yang merekrut. IPB University mempunyai 17 program studi vokasi.
"Sekolah vokasi merupakan salah satu program pendidikan yang harus kita kuatkan ke depan supaya mengurangi pengangguran," ujarnya.
Drajat mencontohkan kasus di Eropa yang menerapkan pendidikan vokasi sebagai program utama dalam pendidikannya ternyata menunjukkan tingkat pengangguran rendah. Begitu juga dengan Jerman dan Swiss.
Dia menuturkan pendidikan vokasi juga harus menciptakan lulusan vokasi yang powerfull agile learner. Selain hard skill yang kuat, kebutuhan soft skill mahasiswa juga harus menjadi perhatian perguruan tinggi.
"Kita ingin membangun tandem antara soft skill dan hard skill. IPB University sejak awal mahasiswa ada talent mapping. Selain itu juga kita lakukan pelatihan seven habits. Sehingga dengan begitu, mahasiswa vokasi meskipun condong hard skill, juga diperkuat soft skill agar mereka juga bisa menduduki posisi puncak di industri," tuturnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Wikan Sakarinto mengatakan pendidikan vokasi harus link and match dengan industri.
Menurut dia, ada sedikitnya lima kriteria yakni, kurikulum harus disusun bersama industri; jumlah guru atau dosen tamu dari industri harus tinggi; sertifikasi kompetensi; magang minimal satu semester, baik dilakukan mahasiswa maupun dosen; serta pembelajaran berbasis proyek.
"Ini untuk semuanya (penyelenggara pendidikan vokasi), untuk sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi vokasi, termasuk lembaga kursus dan pelatihan juga harus link and match," ujarnya.
Baca juga: Dosen IPB beri pelatihan pengembangan produk teh krisan bagi petani Cianjur
Baca juga: Alumnus IPB pendiri dua perusahaan berbagi ilmu soal pupuk
Baca juga: Kemendikbud dengan IPB bahas pentingnya regenerasi pola pikir petani
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
"Tentu yang paling penting adalah menciptakan Sumber daya Manusia (SDM) unggul. SDM yang tahu betul bukan hanya teori, tapi sejak awal dia sudah dirancang untuk bisa praktik,” kata Drajat dalam keterangannya, Jakarta, Senin.
Selain persoalan kurikulum yang harus link and match dengan industri, dia menuturkan perbaikan sarana dan fasilitas pembelajaran juga dinilai penting. Sarana yang dipelajari di sekolah atau perguruan tinggi harus yang masih digunakan industri.
"Yang kami lakukan selama ini adalah mencoba mendatangkan industri ke dalam kampus. Dengan membuat teaching factory. Misalnya untuk program studi peternakan, kita bekerja sama dengan perusahaan multinasional. Kita bangun industri peternakan di kampus dengan adanya closed house di Kampus IPB Sukabumi," ujar Drajat.
Dia mengatakan industri bisa terlibat untuk melakukan supervisi dan mendidik mahasiswa secara langsung. Mahasiswa juga betul-betul mendapatkan ilmu dari orang-orang industri yang tentunya sudah berpengalaman selama puluhan tahun.
Beberapa program studi yang diselenggarakan Sekolah Vokasi IPB University sudah bekerja sama dengan industri, mulai dari penyusunan kurikulum hingga perekrutan mahasiswa di mana 100 persen lulusannya langsung diserap oleh industri yang merekrut. IPB University mempunyai 17 program studi vokasi.
"Sekolah vokasi merupakan salah satu program pendidikan yang harus kita kuatkan ke depan supaya mengurangi pengangguran," ujarnya.
Drajat mencontohkan kasus di Eropa yang menerapkan pendidikan vokasi sebagai program utama dalam pendidikannya ternyata menunjukkan tingkat pengangguran rendah. Begitu juga dengan Jerman dan Swiss.
Dia menuturkan pendidikan vokasi juga harus menciptakan lulusan vokasi yang powerfull agile learner. Selain hard skill yang kuat, kebutuhan soft skill mahasiswa juga harus menjadi perhatian perguruan tinggi.
"Kita ingin membangun tandem antara soft skill dan hard skill. IPB University sejak awal mahasiswa ada talent mapping. Selain itu juga kita lakukan pelatihan seven habits. Sehingga dengan begitu, mahasiswa vokasi meskipun condong hard skill, juga diperkuat soft skill agar mereka juga bisa menduduki posisi puncak di industri," tuturnya.
Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi Wikan Sakarinto mengatakan pendidikan vokasi harus link and match dengan industri.
Menurut dia, ada sedikitnya lima kriteria yakni, kurikulum harus disusun bersama industri; jumlah guru atau dosen tamu dari industri harus tinggi; sertifikasi kompetensi; magang minimal satu semester, baik dilakukan mahasiswa maupun dosen; serta pembelajaran berbasis proyek.
"Ini untuk semuanya (penyelenggara pendidikan vokasi), untuk sekolah menengah kejuruan (SMK), perguruan tinggi vokasi, termasuk lembaga kursus dan pelatihan juga harus link and match," ujarnya.
Baca juga: Dosen IPB beri pelatihan pengembangan produk teh krisan bagi petani Cianjur
Baca juga: Alumnus IPB pendiri dua perusahaan berbagi ilmu soal pupuk
Baca juga: Kemendikbud dengan IPB bahas pentingnya regenerasi pola pikir petani
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021