Ketua DPRD Kota Bogor, Jawa Barat, Atang Trisnanto menyatakan Kota Bogor di usia ke-539 tahun saat ini sudah berkembang pesat dan sudah menjadi magnet di kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) yang ditandai banyaknya kaum urban.
Atang Trisnanto mengatakan hal itu dalam sambutannya saat memimpin Rapat Paripurna Istimewa Hari Jadi Bogor (HJB) ke-539 di Gedung DPRD Kota Bogor, Senin.
Pada kesempatan tersebut, Atang Trisnanto didampingi para wakil ketua DPRD Kota Bogor yakni Jenal Mutaqin, Eka Wardhana, dan Dadang Danubroto, serta dihadiri para anggota. Hadir juga Wali Kota Bogor Bima Arya, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Danrem 061 Suryakancana Brigjen TNI Achmad Fauzi, Danim 0606 Kota Bogor Kol Inf Roby Bulan, Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Susatyo Purnomo Condra, dan undangan lainnya.
Menurut Atang Trisnanto, harapan terhadap Kota Bogor saat ini sudah semakin berubah. Kota Bogor sudah menjadi magnet di Jabodetabek yang ditandai banyaknya kaum urban yang berdomisili di Kota Bogor. "Hal ini membawa berbagai konsekuensi pada aspek kehidupan di perkotaan," katanya.
Perkembangan yang pesat, banyaknya kaum urban, dan akses ke ibukota negara Jakarta, kata dia, memberikan pengaruh pada perkembangan perekonomian dan pembangunan di Kota Bogor, khususnya pada sektor jasa, maupun konsekuensinya seperti kemacetan arus lalu lintas.
"Penataan transportasi, masih menjadi salah satu prioritas program Pemerintah Kota Bogor yang harus diperhatikan," katanya.
Menurut dia, beberapa persoalan transportasi yang masih terus perlu penanganan seperti, minimnya kesadaran tertib berlalu lintas, penyalahgunaan fasilitas jalan, kondisi fisik jalan masih banyak yang kurang memadai, masih minimnya fasilitas gedung parkir khususnya di jalur rawan kemacetan, serta timbulnya titik-titik kemacetan baru. "Semua ini perlu menjadi perhatian bersama," kata Atang.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, hal lainnya yang perlu penanganan lebih seksama, adalah semakin minimnya ruang terbuka hijau di Kota Bogor, di mana semakin berkurangnya lahan perkebunan dan persawahan, sebagai konsekuensi dari meningkatnya pembangunan di Kota Bogor.
Atang menegaskan pembangunan di Kota Bogor harus tetap memperhatikan rencana tata ruang wilayah (RTRW), mengutamakan analisis dampak lingkungan serta memperhatikan akses ruang terbuka hijau untuk keasrian kota dan kelestarian lingkungan hidup.
Menurut dia, Pemerintah Kota Bogor sudah banyak melakukan pembangunan dan perbaikan fasilitas taman dan akses trotoar bagi pejalan kaki, tapi hal itu masih terkonsentrasi di pusat kota, belum menyentuh ke seluruh wilayah Kota Bogor.
Baca juga: Puncak HJB ke-539 ditandai Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kota Bogor
Baca juga: Bogor usung tema "Bangkit Bersama" di hari jadi ke-539
Baca juga: GOW Bogor gelar "Gowes Cantik" meriahkan HJB ke-539
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021
Atang Trisnanto mengatakan hal itu dalam sambutannya saat memimpin Rapat Paripurna Istimewa Hari Jadi Bogor (HJB) ke-539 di Gedung DPRD Kota Bogor, Senin.
Pada kesempatan tersebut, Atang Trisnanto didampingi para wakil ketua DPRD Kota Bogor yakni Jenal Mutaqin, Eka Wardhana, dan Dadang Danubroto, serta dihadiri para anggota. Hadir juga Wali Kota Bogor Bima Arya, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim, Danrem 061 Suryakancana Brigjen TNI Achmad Fauzi, Danim 0606 Kota Bogor Kol Inf Roby Bulan, Kapolresta Bogor Kota Kombes Pol Susatyo Purnomo Condra, dan undangan lainnya.
Menurut Atang Trisnanto, harapan terhadap Kota Bogor saat ini sudah semakin berubah. Kota Bogor sudah menjadi magnet di Jabodetabek yang ditandai banyaknya kaum urban yang berdomisili di Kota Bogor. "Hal ini membawa berbagai konsekuensi pada aspek kehidupan di perkotaan," katanya.
Perkembangan yang pesat, banyaknya kaum urban, dan akses ke ibukota negara Jakarta, kata dia, memberikan pengaruh pada perkembangan perekonomian dan pembangunan di Kota Bogor, khususnya pada sektor jasa, maupun konsekuensinya seperti kemacetan arus lalu lintas.
"Penataan transportasi, masih menjadi salah satu prioritas program Pemerintah Kota Bogor yang harus diperhatikan," katanya.
Menurut dia, beberapa persoalan transportasi yang masih terus perlu penanganan seperti, minimnya kesadaran tertib berlalu lintas, penyalahgunaan fasilitas jalan, kondisi fisik jalan masih banyak yang kurang memadai, masih minimnya fasilitas gedung parkir khususnya di jalur rawan kemacetan, serta timbulnya titik-titik kemacetan baru. "Semua ini perlu menjadi perhatian bersama," kata Atang.
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini menambahkan, hal lainnya yang perlu penanganan lebih seksama, adalah semakin minimnya ruang terbuka hijau di Kota Bogor, di mana semakin berkurangnya lahan perkebunan dan persawahan, sebagai konsekuensi dari meningkatnya pembangunan di Kota Bogor.
Atang menegaskan pembangunan di Kota Bogor harus tetap memperhatikan rencana tata ruang wilayah (RTRW), mengutamakan analisis dampak lingkungan serta memperhatikan akses ruang terbuka hijau untuk keasrian kota dan kelestarian lingkungan hidup.
Menurut dia, Pemerintah Kota Bogor sudah banyak melakukan pembangunan dan perbaikan fasilitas taman dan akses trotoar bagi pejalan kaki, tapi hal itu masih terkonsentrasi di pusat kota, belum menyentuh ke seluruh wilayah Kota Bogor.
Baca juga: Puncak HJB ke-539 ditandai Rapat Paripurna Istimewa DPRD Kota Bogor
Baca juga: Bogor usung tema "Bangkit Bersama" di hari jadi ke-539
Baca juga: GOW Bogor gelar "Gowes Cantik" meriahkan HJB ke-539
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021