Harga minyak beragam pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), dengan patokan global Brent menetap di level tertinggi dua tahun, karena data ekonomi AS yang kuat dan ekspektasi permintaan global akan rebound melebihi kekhawatiran tentang lebih banyak pasokan dari Iran setelah sanksi dicabut.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juli terangkat 17 sen atau 0,20 persen, menjadi menetap di 69,63 dolar AS per barel, penutupan tertinggi sejak Mei 2019. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS terpangkas 53 sen atau 0,79 persen, menjadi ditutup di 66,32 dolar AS per barel.

"Didorong oleh data ekonomi yang baik dan selera risiko di antara investor di pasar keuangan, Brent membuat tawaran baru untuk angka psikologis penting 70 dolar AS per barel," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.

“Kekhawatiran akan permintaan karena pandemi tersebut memberi jalan kepada optimisme mengingat para konsumen akan kembali dengan cepat,” tambahnya.

Analis memperkirakan permintaan minyak global akan pulih mendekati 100 juta barel per hari pada kuartal ketiga ketika perjalanan musim panas di Eropa dan Amerika Serikat menyusul program vaksinasi COVID-19 yang meluas.

"Permintaan bensin sekarang telah melampaui level 2019 di banyak wilayah," kata analis ANZ dalam sebuah catatan.

Data ekonomi yang kuat dari Amerika Serikat, ekonomi dan konsumen minyak terbesar dunia, juga memberikan dukungan ketika jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah sejak pertengahan Maret 2020, melampaui perkiraan.

Namun, meningkatnya infeksi virus corona di Asia menekan harga. Infeksi di wilayah Asia Selatan melampaui 30 juta pada Jumat (28/5), menurut penghitungan Reuters, dipimpin oleh India yang sedang berjuang dengan gelombang COVID-19 kedua dan kekurangan vaksin di seluruh wilayah.

Prospek lebih banyak minyak Iran yang masuk ke pasar juga membatasi kenaikan.

"Iran akan memperlambat reli," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York, menambahkan bahwa pelaku pasar berhati-hati menjelang akhir pekan tentang kemungkinan bahwa kesepakatan antara Iran dan kekuatan Barat dapat meningkatkan pasokan ke pasar.

Iran dan kekuatan global telah bernegosiasi di Wina sejak April untuk menyusun langkah-langkah yang harus diambil Teheran dan Washington terkait sanksi dan kegiatan nuklir agar kembali ke kepatuhan penuh dengan pakta nuklir 2015 Iran dengan kekuatan dunia.

Di Amerika Serikat, Yawger mengatakan kekhawatiran tentang potensi permintaan pada liburan akhir pekan Memorial Day menjadi tidak bersemangat. “Ada beberapa hal yang menjadi perhatian,” katanya.

Lebih dari 34 juta orang Amerika diperkirakan akan turun ke jalan raya antara 27 Mei dan 31 Mei, liburan akhir pekan yang menandai dimulainya musim mengemudi musim panas. Tetapi mereka menghadapi harga bensin rata-rata sekitar 3,04 dolar AS per galon, yang paling mahal sejak 2014.

Juga di Amerika Serikat, produksi minyak mentah melonjak 14,3 persen pada Maret menjadi 11,2 juta barel per hari, setelah terpukul oleh cuaca dingin pada Februari, kata pemerintah dalam laporan bulanan terbaru. Jumlah rig minyak, indikator awal produksi di waktu mendatang, telah meningkat selama sembilan bulan berturut-turut, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes.

Menyeimbangkan ekspektasi pemulihan permintaan terhadap kemungkinan peningkatan pasokan Iran, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya, termasuk Rusia, sebuah kelompok yang dikenal sebagai OPEC+, kemungkinan akan tetap berpegang pada langkah yang ada yaitu secara bertahap mengurangi pembatasan pasokan minyak pada pertemuan Selasa (1/6), kata sumber OPEC.

Baca juga: Harga minyak naik, data ekonomi AS imbangi potensi kenaikan pasokan Iran

Baca juga: Harga minyak naik karena prospek permintaan menguat saat persediaan AS turun

Baca juga: Harga minyak naik tipis hadapi naiknya permintaan di musim panas

Pewarta: Apep Suhendar

Editor : Yuniardi Ferdinan


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2021